Kakak yang Malang.

Flasback On

"Mau kemana Dhen...?" tanya Nadine. Saat melihat Sahabatnya terlihat sibuk bolak balik kesana kemari.

"Mas Dhanil ada di Jogya, aku disuruh ke hotel tempat dia menginap." jawab Dhena.

"Bagus dong, kenapa kamu keliatan panik?" Ucap Nadine.

"Ya ampun Nad, ini weekend, jadwal aku menghabiskan waktu bareng Rayyan." Jawab Dhena kesal.

"Datang bareng Rayyan kan bisa." ucap Nadine.

"Enggak, Enggak, bisa dibunuh aku sama Mas Dhanil. Belum lulus kuliah udah pacaran." Jawabnya.

"Terus gimana dong? apa gak bisa jadwal bareng Rayyan kamu batalin dulu, untuk ketemu sebentar sama Mas Dhanil." Saran Nadine.

"Pengen nya gitu, tapi udah sebulan aku gak ketemu Rayyan, aku udah kangen banget sama dia." jawab Dhena memelas.

"Sangat membingungkan. Aku mau lanjut tidur." ucap Nadine.

"Ihh... kok tidur si. sekarang waktunya bangun terus mandi." Titah Dhena.

"Mau ngapain si, masih jam 6 pagi. lagian ini weekend, aku mau istirahat." Nadine menolak, dan kembali menarik selimut.

"Nadineeeee...... Aku mau ngajak kamu, ikut ketemu sama Mas Dhanil." Ucap.

"Apa... kenapa harus aku si, kenapa gak sama Rayyan aja." Nadine terkejut bukan main, mendengar permintaan Dhena. Karena ini kali pertama ia bertemu dengan Mas Dhanil, Kakak dari sahabat nya yaitu Dhena.

"Mau yaa Nad. temenin aku sebentar aja." Dhena memohon dan berharap Nadine mau membantu nya.

"Iyaa.... kalau gitu aku mandi dulu." Jawab Nadine dengan berat hati.

2jam berlalu.

Akhirnya Dhena dan Nadine tiba disebuah hotel yang letaknya tak jauh dari tempat kost mereka.

Dhena berjalan seolah ia tahu kamar yang ditempati oleh sang Kakak, dan Nadine hanya mengikuti langkah Dhena dari belakang.

Setelah menaiki lift menuju lantai 15, kini kedua gadis itu sudah tiba tepat didepan sebuah kamar. Dhena menekan Bell berharap pintu terbuka dengan cepat, tapi setelah berkali-kali ditekan, tak ada respon apapun dari dalam kamar.

Sambil menghubungi sang kakak via phone, Dhena masih tetap menekan Bell kamar tersebut. Akhirnya setelah 5menit menunggu pintu kamar pun terbuka.

Terlihat sosok pria bertubuh tinggi dan berkulit putih muncul dari balik pintu. Dhanil muncul hanya menggunakan kaos oblong berwana Navy dan celana Levis panjang yang sangat cocok untuknya.

"Lama banget si Mas." ucap Dhena yang sudah terlihat kesal.

"Siapa dia?, aku kan sudah jangan pernah bawa teman mu lagi." tanya Dhanil.

"Tenang aja Mas, dia berbeda dengan teman-teman ku yang lain." Sahut Dhena dan menyerobot masuk tanpa izin.

"Dhena, aku tunggu dibawah aja ya." Izin Nadine.

"Enggak perlu Nad, masuk aja sini. Mas Dhanil gak akan gigit kok." Jawab Dhena dan menarik tangan Nadine lalu mendorong nya masuk kedalam kamar hotel yang dipesan Dhanil.

"Mas kenapa? pucat banget mukanya?" tanya Dhena.

"Enggak apa-apa." jawabnya singkat.

"Jadi ada perlu apa memanggil ku?" tanya Dhena.

"Ada titipan dari mama buat kamu, ada disana." ucap Dhanil sembari menunjuk pada sebuah kardus besar didekat tempat tidur.

"Yaa ampun, apa ini mas?. Besar banget, gimana caranya aku bisa bawa ini barang." Dhena terlihat sangat kebingungan.

"Kau bisa meminta kekasih mu kesini, dan membawa nya. kenapa malah membawa teman mu." ucap Dhanil.

Dhena terkejut mendengar pernyataan sang Kakak, dia mengira Kakaknya tidak mengetahui dirinya yang telah mempunyai kekasih.

"Mas Tau, aku punya pacar?" tanya Dhena. Dhanil tidak menjawab, ia hanya duduk diam bersandar di sofa.

"Mas, jangan sampai mama sama papa tau ya." pinta Dhena.

"Please Mas, yaa jangan sampai mama sama papa tau." Dhena terus memohon pada sang kakak, untuk merahasiakan hubungan nya dengan Rayyan.

"Mas gak janji. Udah sana Mas mau istirahat, tapi sebelum pulang bawa itu dulu." titah Dhanil, namun saat dirinya beranjak ingin setelah melangkahkan kakinya tiba-tiba tubuhnya jatuh ke lantai, hingga membuat Nadine dan Dhena terkejut.

"Mas, Mas Dhanil enggak apa-apa?" teriak Dhena.

"Enggak apa-apa, Mas cuma capek aja." Jawabnya Datar.

"Kita bantu Mas mu ke tempat tidur aja Dhen." ajak Nadine.

"Iyak Nad, bantuin aku dong." pinta Dhena.

Mereka berdua memapah tubuh Dhanil menuju tempat tidur. Dhena dan Nadine merasakan tubuh Dhanil yang begitu panas.

"Sepertinya Mas Dhanil demam. Nad tolong kamu pegang Mas Dhanil dulu, aku mau cari obat demam untuknya." ucap Dhena, dan menyerah tubuh Dhanil pada sahabatnya.

"Tapi Dhena... Aku gak kuat.. Dhen.. Dhena." ucap Nadine.

Karena tubuh laki-laki itu kekar, membuat Nadine tidak mampu menopang berat tubuh Dhanil. Ia pun terjatuh ke tempat tidur, dengan posisi Dhanil berada diatas tubuhnya.

"Dhena, bantu aku." pinta Nadine, sambil mencoba mendorong tubuh Dhanil.

"Mas Dhanil... Mas Dhanil... belum pingsan kan?" ucap Nadine sambil menepuk-nepuk wajah dan pundak Dhanil, yang masih terlihat lemas.

Akhirnya berkat pertolongan Dhena, Nadine bisa kembali bernafas, karena sebelumnya posisi Dhanil berada diatas tubuhnya membuat ia kesulitan bernafas.

"Mas mu udah tidur. sekarang kita harus gimana?" tanya Nadine

"Kamu jagain Mas Dhanil yaa, aku akan pergi menemui Rayyan dan kembali bersama nya untuk mengambil barang itu.* pinta Dhena.

"Apa, kamu nyuruh aku disini berdua sama Mas mu." sahut Nadine.

"Iya, kenapa?" jawab Dhena.

"Enggak ach, aku gak mau. mending kamu aja yang jagain mas mu, biar Rayyan yang kesini sendiri." jawab Nadine.

"Nad, aku mohon yaa bantuin aku, Rayyan udah sampai di tempat kita janjian. masa aku nyuruh dia tiba-tiba datang kesini, jaraknya kan lumayan jauh." ucap Dhena.

"Lebih baik Rayyan yang kesini, daripada aku yang disini jagain Mas mu. Aku gak mau fitnah yang enggak-enggak Dhen, kalo tiba-tiba kekasih Mas Dhanil datang, terus liat aku disini berdua sama dia gimana, bisa kena masalah besar aku." Nadine bersikeras menolak untuk membantu Dhena.

Tapi karena Dhena juga tidak ingin harinya rusak karena sang kakak, dengan terpaksa ia pergi meninggalkan Nadine berdua dengan Dhanil.

"Maaf yaa Nad... aku mohon maafkan aku." ucap Dhena, dengan cepat pergi dari kamar hotel sang kakak.

"Yaa Ampun nyebelin banget si dia, kakaknya lagi sakit juga. lebih mentingin pacarnya." Nadine kesal pada Dhena, karena seenaknya bersikap buruk pada sang Kakak.

"Jika kamu ingin pergi, pergi saja. Aku akan baik-baik saja tanpa kamu disini." Ucap Dhanil.

"Ech, Mas. ku kira Mas sudah tidur." ucap Nadine.

"Bagaimana aku bisa tidur, jika kalian berdebat terus tanpa henti.

"Maaf Mas." Nadine merasa tidak enak.

"Pergilah, katakan pada Dhena. Aku yang akan membawa titipan mama ke kost nya." tukas Dhanil. lalu membalikkan badan dan tertidur.

Nadine memang ingin pergi, tapi ia juga tidak bisa meninggalkan orang yang sedang sakit sendirian. Ia masih mengingat kematian sang Ayah, yang pada saat itu sedang sakit namun tidak ada siapapun dirumah.

"Aku harus bagaimana, Jika aku tetap disini. Aku takut akan terjadi fitnah. Tapi jika aku pergi, Kasian Mas Dhanil, saat ia bangun tidak ada siapapun dirumah ini yang bisa membantunya."

Akhirnya Nadine pun memutuskan untuk menetap dan menjaga Kakak dari sahabat nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!