"Aku masih menunggu jawaban darimu." ucap Dhanil. Nadine terdiam, gadis itu benar-benar tidak dapat menggerakkan tubuhnya.
Tubuhnya dihimpit oleh 2 orang laki-laki, sehingga membuat Nadine mematung tak berkutik.
Devano masih tertidur dipangkuan nya sedangkan Dhanil ikut menyandarkan kepalanya di bahu Nadine sembari kedua tangannya melingkar di tubuh Devano dan juga Nadine.
****************
"Mbak, lihat Kak Dhanil sama Devano gak?" tanya Dhena pada ART.
"Mereka pergi Non, bilangnya mau kerumah mbak Nadine." Jawabnya.
"Makasih yaa mbak ." setelah mengetahui kakak dan sepupu nya pergi, Dhena memutuskan untuk pergi juga.
Ternyata tempat yang di tuju Dhena adalah kost Nadine, dia berniat mengunjungi Nadine.
Ia pergi berkendara seorang diri, tanpa ditemani supir. lebih enak nyetir sendiri bebas mau pulang kapan aja. Karena setelah dari rumah Nadine dirinya akan berkencan dengan kekasih hati.
Setelah tiba di kost Nadine, tanpa mengetuk dan memberi salam. Dhena masuk seketika mematung menyaksikan pemandangan indah yang baru pertama kali ia lihat.
Dhena mematung dan tertawa tanpa bersuara, gadis itu ingin mengolok-olok sahabatnya yang tidak dapat bergerak, dan hanya mampu menatap tajam Dhena yang bahagia melihatnya menderita.
Nadine memberi isyarat dengan mencibirkan bibirnya, memohon pertolongan pada Dhena. Karena ia sudah sangat lelah, tapi Dhena terus tertawa tanpa melakukan apapun.
Setelah puas menertawakan sahabatnya, akhirnya Dhena menarik nafas dan memberanikan diri untuk membangunkan kedua pria yang seperti prangko ini menempel tanpa ingin melepaskan Nadine.
"Kakak Dhanil... Bangun Kak." Panggil Dhena setelah duduk diseberang menghadap Nadine dan kedua laki-laki tersebut.
"Mas Dhanil.. Mas." Bisik Nadine, sambil tangannya mengusap lembut pipi Pria itu.
Dhena dan Nadine sudah berusaha berkali-kali untuk membangun mereka, akhirnya setelah 10menit, kedua laki-laki itu bangun bersamaan.
"Kalian ya pergi pagi-pagi sekali, hanya untuk numpang tidur di kost Nadine." ucap Dhena.
Dhanil terkejut karena tidak ada niatan dirinya akan ikut tertidur, disusul Devano yang baru terbangun, dan mulai menggeliat, mengucek kedua matanya, dan diakhiri dengan menguap.
"Tante Dhena ada disini?" Ujarnya.
"Iya sayang, Tante Dhena Disni mau ajak kamu jalan-jalan." ucapnya.
"Mau kemana?" tanya Devano.
"Kemana aja, Devano laper enggak gak? kita keluar yuk beli makanan habis itu beli ice cream juga." Ajak Dhena.
"Tapi aku sudah makan." jawabnya.
"Yaudah ikut Tante aja yuk." ajak Dhena.
"Mau dibawa kemana Dhena, Devano masih sakit." tanya Nadine.
"Tenang aja, aku ga akan bawa dia jauh-jauh kok. Nanti kita balik lagi. Byeeee." ucap Dhena dan berlalu pergi.
"Tante, Papa kok gak ikut?" tanya Devano.
"Enggak usah, papa biar disana nemenin Tante Nadine." Jawab Dhena dan menggandeng tangan Devano setelah keluar dari kamar kost.
"Menyebalkan sekali Dhena." batin Nadine. gadis itu akhirnya terbebas dan mulai meregangkan otot-otot nya yang sudah kaku.
"Nad, Kamar mandi dimana?" Tanya Dhanil.
"Ada disana Mas." Jawabnya, menunjuk kearah pintu toilet. Dhanil pun masuk ke kamar mandi, saat itulah menjadi kesempatan Nadine untuk meluruskan tubuhnya di kasur.
Tak lama Dhanil pun keluar dari kamar mandi, ternyata dia hanya membasuh muka dan merapikan pakaiannya. Ia duduk di meja belajar milik Nadine, memainkan handphone dan mencari tahu, apakah ada pesan atau email yang belum terbaca.
"Mas Dhanil mau kopi atau teh hangat?" tanya Nadine.
"Air putih saja, tadi pagi aku udah minum kopi." Mendengar jawaban Dhanil, Nadine segera mengambil cangkir dan sebotol air putih, untuk berjaga-jaga Dhanil ingin minum banyak.
"Ini Mas." Nadine mempersilahkan.
Gadis itu duduk di tempat tidur bersebrangan dengan Dhanil, karena ruangan kost yang kecil jadi tak banyak barang didalamnya.
Nadine berinisiatif untuk menghubungi Dhena, karena sudah hampir 15menit tak kunjung tiba. Tapi ia merasa sungkan karena ponselnya berada tepat di hadapan Dhanil.
Namun tiba-tiba handphone nya berdering, tertulis jelas disana nama laki-laki.
"Maaf Mas, aku mau ambil handphone ku." Izinnya.
"Silahkan." Dengan tatapan tajam ia melihat ponsel yang berdering tersebut, tertulis atas nama 'Rayyan'. Semakin membuat Dhanil penasaran dan ingin sekali mendengarkan percakapan mereka.
"Siapa?" Tanyanya datar.
"Teman." jawab Nadine singkat.
"Ada perlu apa?" tanyanya lagi.
"Hmm... mau ambil barangnya yang tertinggal dirumah ku." Balas Nadine. tanpa ia sadari hati Dhanil terasa terbakar.
"Jadi dia mau kesini?" tanyanya lagi.
"Iya. Sebentar ya mas. Sepertinya itu Rayyan." tak lama terdengar suara bell.
"Sebentar ya. Aku ambilkan dulu barangmu. Masuk dulu." Ajak Nadine.
"Gak apa-apa aku masuk?" tanyanya memastikan.
"Iyaa masuk aja sini, ada Mas Dhanil kakaknya Dhena juga ko." Jawab Nadine.
"Mas Dhanil Disini juga?" tanya Rayyan basa-basi.
"Kamu sering kesini?" tanya Dhanil curiga.
"Iya Mas." jawabnya canggung.
"Dhena tahu kamu ma kesini?" tanyanya lagi
"Enggak mas, aku cuma mau ambil barang ku aja sebentar" jawab Rayyan.
"Ini Yan, sudah ku cuci juga, tinggal di pakai aja." Nadine memberikan jaket milik Rayyan.
"Terimakasih." ucapnya.
Akhirnya Dhena dan Devano datang membawa begitu banyak makanan.
"Ya ampun Dhena, banyak banget, apa akan ada pesta disini?" Nadine terkejut dengan bawaan Dhena yang banyak.
"Loh Sayang, kok kamu disini, ada apa?" tanya Dhena.
"Aku mau ambil jaketku. kamu sendiri kenapa gak bilang mau kesini, kan bisa berangkat bareng." Balasnya.
"Maaf ya tadi aku buru-buru sampai lupa ngabarin kamu." ucap Dhena.
"Kalau gitu sarapan bareng yuk." Ajaknya.
"Emang gak apa-apa, aku ikutan gabung." Rayyan merasa tidak enak.
"Gak apa-apa." balas Nadine.
Mereka berlima tanpa disengaja dan tanpa direncana bertemu dan berkumpul bersama dalam satu moment yang tak diduga-duga.
Sementara Dhena dan Rayyan asik berdua bak Dunia milik mereka, berbeda dengan Dhanil dirinya merasa diasingkan, karena Nadine lebih sibuk memperhatikan Devano.
"Kalian kenapa enggak nikah aja si?" Tanya Dhanil.
"Kakak, kita kan lagi makan. bisa gak nanti aja bahas hal itu" Tolak Dhena.
"Justru ini waktu yang tepat, untuk aku menanyakan hal ini. kalau sudah selesai makan, dia langsung pergi gimana?" Ucap Dhanil ketus.
"Apaan si Kak, bikin mood buruk aja deh." Balas Dhena.
"Maaf ya mas, aku belum banyak mempersiapkan kearah sana." ucap Rayyan
"Jangan kaku gitu si kak, kaya kakak gak pernah pacaran aja si." Ucap Dhena.
"Udah ach, aku malas bahas ini. Ayo Devano pergi lagi sama Tante dan Om Rayyan. Papa mu biar pulang sendiri." Dhena terlihat sangat kesal dan pergi mengajak Rayyan kekasihnya beserta Devano.
"Dhena tunggu, kamu gak sopan kalo langsung pergi kaya gitu. itu kakak kamu, kamu harus hargai dia." ujar Rayyan.
"Ihhhh udah ayooo, Sttttt gak usah banyak tanya nanti aku jelasin diluar." Bisik Dhena sambil menarik pakaian Rayyan. membuat sang kekasih kebingungan.
"Kenapa menatap ku seperti itu?" Ucap Dhanil. tinggallah mereka dua.
"Mas Dhanil gak asik, padahal kapan lagi kita bisa kumpul kaya tadi." ucap Nadine.
"Kok nyalahin aku, salah Dhena tiba-tiba main pergi gitu aja. Aku kan hanya bertanya apa salahnya." Dhanil membela diri.
"Iya juga ya, kenapa Dhena main pergi gitu aja ya. seharusnya Mas Dhanil gak salah si, dia benar bertanya karena dia kakaknya." Batin Nadine, hatinya terus bertanya-tanya sambil membereskan peralatan makan dan kardus-kardus bekas makanan.
Nadine masih berpikir keras bahkan dibuat bingung karena ulah Dhena, sampai saat dirinya mencuci peralatan makan pun masih saja dipikirkan, Dhanil mendekat tanpa sepengetahuannya dan berbisik ditelinga Nadine.
"Apa Jawaban mu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments