Hot Mommy
Esa tersenyum sambil menatap benda panjang nan pipih yang ada di tangannya. Dua garis biru tampak tergores jelas di alat pendeteksi kehamilan yang ia bawa. Sebentar lagi dia akan menikah dengan tambatan hatinya dan pagi ini dia mendapati dirinya tengah mengandung buah cintanya dengan seorang pria bernama Emir yang tak lain adalah kekasihnya.
Saat ini Emir sedang melakukan perjalanan bisnis di luar negeri. Rencananya, saat Emir pulang nanti Esa akan memberikan kejutan berupa berita tentang kehamilannya. Wanita itu semakin tak sabar menunggu kehadiran sang kekasih.
Hari demi hari berlalu, persiapan pernikahan mereka sudah semakin matang. Gaun pernikahan Esa sudah jadi, dia juga sudah menentukan makanan catering pernikahannya dengan Emir. Undangan sudah disebar dan beberapa hari lagi dekor pernikahannya akan dipasang.
Sekarang tepat satu minggu sebelum acara pernikahannya akan berlangsung. Jantung Esa berdebar penuh bahagia karena hari ini juga Emir akan pulang dari luar negeri.
Mendengar suara mobil berhenti di depan rumah Esa mengintip ke jendela. Senyumnya mengembang sempurna tatkala dia melihat mobil yang biasa digunakan sang kekasih terparkir di sana. Esa buru-buru keluar dari kamar dan menyambut kedatangan Emir.
“Emir, akhirnya kau pulang juga,” ucap Esa lalu berlari memeluk Emir untuk menumpahkan kerinduannya.
Namun, beberapa detik kemudian, senyum Esa pudar bersamaan dengan dirinya yang menyadari kalau ada sesuatu yang aneh dengan Emir. Hari itu tidak ada sambutan dan pelukan untuk Esa. Emir berdiri kaku dengan tatapan dingin mengarah kepadanya.
Esa melepaskan pelukannya. Dia menatap Emir dengan tatapan penuh tanda tanya. Tidak biasanya Emir seperti ini. Biasanya, Emir selalu bersikap hangat kepada Esa. Tapi hari ini, sosok Emir yang berdiri di hadapan Esa benar-benar berbeda dengan Emir yang selama ini dia kenal.
“Emir, ada apa?” tanya Esa.
“Kau berselingkuh dariku,” ucap Emir.
Esa terkejut bukan main. Dari mana asalnya gagasan itu? “Apa maksudmu, Emir? Aku tidak mengerti,” jawab Esa kebingungan.
“Halah! Kau tidak usah pura-pura tidak mengerti. Aku tahu apa yang selama ini kau lakukan di belakangku. Ayle dan ibu sudah menceritakan semuanya kepadaku,” ucap Emir.
“Memangnya apa yang mereka katakan, Emir?” tanya Esa tidak mengerti.
“Mereka berkata kalau selama aku tidak ada di sini kau berselingkuh dengan pria lain. Kau bahkan beberapa kali membawa pria yang berbeda kemari. Apa kau begitu kesepian saat aku pergi hingga membawa banyak pria kemari? Aku tidak menyangka kau akan sekotor itu, Esa," jawab Emir.
"*Dan kau percaya?" tanya Esa.
"Andai saja tidak ada bukti, maka aku dapat menentang dunia untukmu. Namun bukti menjawab semuanya!" Emir melemparkan beberapa foto pada Esa yang terdiam menatap foto-foto yang terdapat dirinya dan beberapa pria berbeda*.
Emir berjalan melewati Esa menuju ke kamar. Di sana, dia mengambil koper dan mengambil barang-barang Esa dari dalam lemari. Pria itu memasukkan barang-barang Esa ke dalam koper, membuat Esa membulatkan matanya dan panik. Ia tidak mengerti apa saja yang telah dikatakan oleh Ayle dan ibunya sampai-sampai Emir semarah ini pada Esa.
“Emir, apa salahku? Kenapa kau mengemasi barang-barangku?” tanya Esa.
Emir tidak menjawab, ia terus melakukan aktivitasnya. Setelah selesai mengemasi barang-barang Esa, Emir memberikan koper itu pada Esa sembari membentak Esa.
“Aku mau kau angkat kaki dari rumah ini sekarang juga!” bentaknya. Suara Emir menggelegar memenuhi ruangan itu.
“T-tapi sebentar lagi kita akan menikah dan saat ini aku—”
Belum sempat Esa mengatakan kalau dia sedang hamil anak Emir, pria itu sudah kembali menuduhnya.
“Aku bahkan curiga jika kau mungkin saja sudah hamil dengan pria lain selama satu bulan aku pergi ke luar negeri. Kau bermain dengan begitu hebat, Esa. Benar-benar wanita licik,” tuduh Emir.
Esa menggelengkan kepalanya. “Tidak, Emir. Aku tidak pernah melakukan hal-hal seperti itu. Kumohon berikan aku kesempatan untuk menjelaskan,” ucap Esa.
Emir menarik Esa dan koper Esa secara paksa keluar dari rumahnya. “Pergi dan jangan pernah kembali lagi. Aku tidak mau kau muncul di hadapanku selamanya,” perintah Emir.
“Emir, tapi ... Tapi ....”
“Tidak ada tapi-tapi. Aku tidak mau ****** seperti dirimu berada di depan mataku. Perempuan seperti dirimu lebih pantas di luar sana daripada menikah denganku. Aku benae-benar kecewa padamu, Esa. Aku tidak ingin lagi melihatmu dalam hidupku,” ucapnya telak lalu menutup pintu tepat di depan muka Esa.
“Emir, buka pintunya! Emir!” teriak Esa.
Namun percuma, Emir tidak mau membuka pintu itu sama sekali. Esa tak bisa lagi berkata-kata. Air mata mengalir deras di pipinya. Sambil menangis, Esa melangkahkan kakinya pergi. Ia kecewa dengan Emir yang lebih memilih percaya dengan ucapan saudara tiri dan ibu tirinya dibandingkan ucapan Esa yang jelas sebagai kekasihnya dan telah beberapa tahun bersama.
Esa tersadar dari lamunannya tentang masa lalunya di Turki saat Emir mengusir dan menghinanya hingga membuat dia pergi meninggalkan Turki dan memilih untuk tinggal di Kanada.
Beberapa bulan awal dia meninggalkan Turki mungkin adalah masa terburuk yang pernah dia hadapi, ditambah lagi dengan hormon kehamilan yang membuat Esa semakin sulit mengendalikan perasaannya.
Namun, semua masa suram itu berakhir ketika Elif, putrinya dengan Emir, terlahir di dunia ini. Elif bagaikan pelita baru di hidup Esa. Kini hidup Esa terasa jauh berwarna dengan kehadiran putrinya yang sempurna meskipun Elif adalah buah cintanya dengan pria yang sangat menyakiti perasaannya.
Sebagai salah satu arsitek yang paling diandalkan di Kanada, Esa telah menggarap berbagai proyek besar, salah satunya adalah renovasi rumah mewah yang saat ini tengah digarap oleh timnya. Esa tentu tidak hanya mendesain rumah dan menyerahkan kelanjutan proyek pada timnya, tapi dia juga turun ke lapangan untuk memastikan tidak ada yang salah dari penggarapan bangunannya.
Seperti hari ini, Esa mendatangi rumah mewah yang tengah mengalami renovasi. Saat dia datang, hanya ada dua orang saja di sana karena para pegawai sudah pulang sebab hari sudah agak malam.
“Aaaaaa!” teriak seseorang tiba-tiba, membuat Esa terkejut dan berlari menuju ke sumber suara. Dia khawatir kalau salah seorang timnya mengalami kecelakaan di tempat pembangunan.
Mata Esa membulat sempurna ketika dia melihat tubuh seorang pria sudah tergeletak di lantai berlumuran darah. Esa menutup mulutnya dengan telapak tangan. Napasnya tercekat. Dia terkejut bukan main melihat hal tersebut.
“Apa yang terjadi? Siapa yang membunuh pria ini?” tanyanya ketakutan sebab ada kejadian pembunuhan di proyek yang tengah dia garap.
Tiba-tiba saja kepala Esa terasa pusing saat melihatnya dan dia pun jatuh pingsan.
Beberapa menit kemudian, Esa tersadar dari pingsan. Saat ia menatap ke arah tangannya, matanya membelalak lebar karena sebuah pisau berlumuran darah berada di tangannya. Esa refleks melemparkan pisau itu ke sembarang arah dan bangkit berdiri. Dengan tubuh bergetar dia berlari keluar dari rumah itu, meninggalkan mayat pria yang dibunuh secara misterius di proyek yang sedang dia pantau.
“Apa yang sebenarnya terjadi dengan pria tadi? Kenapa dia bisa seperti itu?” gumamnya. Sedetik kemudian, dia mengoreksi ucapannya. “Ya Tuhan, kenapa barang bukti pembunuhan bisa berada di tanganku? Siapa yang telah meletakkannya di tanganku?” gumam Esa bertanya-tanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
amalia gati subagio
mo gmn lg, jalang murahan, terusir, jd tumbal, yack! what nex... selamat berbahagialah kan ya
2022-12-24
0
rain03
pasti esa dijebak sebagai pelakunya deh...
episode pertama aja udah bikin dagdigdug
2022-12-18
1