Esa mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan Ottawa, Kanada. Tangannya yang menyentuh kemudi masih bergetar hebat sebab dia sangat ketakutan. Sebentar lagi kalau polisi menemukan mayat pria itu maka kemungkinan besar Esa akan masuk penjara. Apalagi, bukti pembunuhan tadi dipegang oleh Esa. Esa tentu akan mendapatkan pasal berlapis dari apa yang terjadi.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang?” ucapnya sambil menggigit jari. Bayangan tentang pria yang terkapar di tempat itu membuat Esa ketakutan.
Sesampainya di rumah, Esa buru-buru mencuci tangannya dengan panik. Dia tidak ingin menyisakan darah sedikit pun di tangannya. Dia kebingungan setengah mati sebab dia tidak terlibat dengan pembunuhan itu tapi tiba-tiba saja alat bukti pembunuhan berada di genggamannya. Wanita itu memutar otaknya, dia harus segera menemukan cara untuk melindungi Elif. Jika sampai dia masuk penjara, dia tidak mau Elif berakhir dirawat di tempat penampungan anak-anak narapidana. Dia mau Elif hidup berlimpah kasih sayang.
“Haruskah aku membawa Elif ke Turki?” gumam Esa.
Di tengah-tengah lamunannya, Elif yang terbangun dari tidur karena mimpi tidur keluar dari kamar sambil menenteng bonekanya. Anak kecil itu menghampiri Esa sambil mengucek-ucek matanya.
“Mommy,” panggilnya.
Esa tersentak lalu menoleh. “Elif! Kau membuat Mommy terkejut,” ucap Esa sambil meletakkan telapak tangan di dada.
“Mommy, aku baru saja bermimpi buruk. Di dalam mimpiku aku melihat orang-orang jahat membawa Mommy pergi meninggalkan aku,” ucapnya dengan wajah sedih, sesaat kemudian dia menangis.
Esa menghampiri Elif, kemudian berjongkok di depan Elif. “Mommy tidak akan pernah meninggalkan dirimu, Elif. Percayalah kalau Mommy akan selalu ada di sampingmu,” ucap Esa sambil tersenyum lemah, dia saja tidak tahu bagaimana nasibnya nanti.
“Apakah Mommy berjanji?” tanya Elif, dia menghentikan tangisannya tapi masih sesegukan.
Esa menganggukkan kepalanya. Esa mengusap aie mata di pipi Elif. “Kau jangan khawatir, Elif. Ngomong-ngomong, apakah kau masih mau pergi berlibur ke Turki?” tanya Esa.
Beberapa bulan lalu Esa dan Elif memang berencana liburan ke Turki untuk beberapa hari. Mereka juga sudah membuat visa dan paspor. Sayangnya saat itu tiba-tiba Elif sakit jadi mereka tidak jadi pergi.
“Iya, Mommy. Aku mau,” jawab Elif dengan mata berbinar.
Elif pernah mendengar percakapan ibunya dengan temannya kalau ayah Elif tinggal di Turki. Jadi, Elif ingin pergi ke sana karena dia ingin tahu siapa ayahnya.
“Baiklah, malam ini kita berkemas dan pergi ke bandara, ya? Kau siapkan dulu pakaian yang ingin kau bawa, Mommy akan mengambil koper dulu,” ucap Esa.
Elif sontak memeluk Esa. Akhirnya dia bisa pergi ke Turki setelah berkali-kali batal pergi ke sana. Dia merasa sangat senang karena dia bisa pergi ke kampung halaman ibunya.
“Ayo cepat, kita tidak punya banyak waktu,” ucap Esa sambil terkekeh kecil.
Elif mengangguk lalu melepaskan pelukannya. Dengan patuh anak kecil itu berlari menuju ke kamarnya untuk mengemasi barang-barangnya.
Sementara Esa langsung memesan tiket pesawat ke Turki dengan keberangkatan malam ini juga. Setelah itu barulah dia memasukkan barang-barang Elif ke dalam koper lalu pergi ke kamarnya untuk mengemasi barang-barangnya juga. Esa berniat menitipkan Elif kepada Emir jika sesuatu yang buruk terjadi padanya.
Usai berkemas-kemas, Esa dan Elif pergi ke bandara. Mereka berlari cepat menuju ke pintu keberangkatan sebab pesawat mereka akan terbang sebentar lagi.
*****
Setelah hampir enam belas jam menempuh perjalanan udara dari Kanada ke Turki, akhirnya seorang arsitek berparas cantik bernama Esana Evren menginjakkan kakinya kembali ke tanah Turki setelah enam tahun lamanya tinggal di Kanada. Wanita yang terkenal mandiri dan tegas itu menggandeng sang putri, Elif Evren, keluar dari bandara. Orang-orang biasa menjulukinya sebagai hot mommy sebab paras dan fisiknya yang sangat memukau.
Dari bandara, mereka beristirahat sejenak di hotel terdekat sebelum pergi menemui Emir keesokan harinya. Esa tidak tega kalau mengajak Elif langsung ke rumah lamanya atau pun rumah Emir setelah perjalanan panjang yang mereka lalui. Selain itu dia juga masih lelah.
Keesokan harinya, Esa dan Elif pergi ke rumah Emir mengendarai taksi. Jantung Esa berdebar-debar sebab dia dulu sempat diusir oleh Emir. Dia takut Emir tidak bisa menerima kehadirannya kembali. Tapi dia tidak ada pilihan lain karena saat ini dia terancam masuk sel penjara.
“Mommy, kita akan ke mana hari ini?” tanya Elif.
Esa tersenyum. “Kita akan menemui Daddy-mu, Elif,” jawab Esa.
Elif sontak menoleh. Matanya berbinar-binar karena hari ini dia akan bertemu dengan ayahnya. Ia penasaran bagaimana sosok ayahnya karena selama ini kata Esa, ayahnya sibuk bekerja di Turki dan belum sempat menemuinya.
“Mommy, benarkah aku akan bertemu Daddy?” tanya Elif bersemangat. Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan sang ayah.
“Iya, sebentar lagi kita akan sampai di rumah Daddy-mu,” jawab Esa sambil menganggukkan kepalanya.
Begitu sampai di rumah Emir, Esa merasa kebingungan karena di rumah Emir sedang ramai sekali. Dia memberanikan diri menggandeng Elif masuk ke pekarangan rumah Emir.
Esa mematung di tempatnya. Rupanya di sana Emir Hakeem sedang merayakan kehamilan istrinya. Esa tidak tahu kalau pria dingin itu sudah satu tahun menikah dengan seorang perempuan bernama Ceyda.
Esa berniat untuk berbalik dan pergi, tapi suara cempreng Elif yang sudah tidak sabar bertemu ayahnya membuat orang-orang yang ada di sana menoleh ke arah mereka.
“Mommy, apakah dia Daddy-ku?” tanya Elif sambil tersenyum lebar.
Tatapan orang-orang langsung tertuju pada Esa dan Elif, termasuk Emir. Emir terkejut melihat Esa datang membawa seorang anak perempuan yang sangat cantik dan menggemaskan.
‘Siapa anak yang dibawa Esa? Apakah dia ...,’ pikir Emir.
Suara bisikan-bisikan terdengar. Orang-orang mulai membandingkan wajah Emir dan Elif yang memiliki banyak kemiripan. Esa yang tidak ingin dianggap sebagai pengganggu rumah tangga orang dan tidak mau Elif memiliki ibu tiri mengajak Elif pergi dari sana. Dia berniat untuk mengajak Elif pergi ke negara lain saja.
“Elif, di sini tidak ada Daddy-mu. Ayo kita pergi,” ucap Esa sambil menarik Elif pergi dari sana.
Elif menoleh ke belakang kemudian bertanya, “Tapi kata Mommy di sini aku bisa bertemu dengan Daddy,” ucapnya lagi, membuat orang-orang semakin terkejut.
Melihat Esa pergi, Emir buru-buru mengejarnya.
“Esa!” panggil Emir seraya menahan tangan Esa.
“Mommy, apakah dia Daddy-ku?” lagi-lagi Elif bertanya namun Esa tidak mengacuhkannya.
“Esa, kenapa kau datang lagi padahal dulu kau pergi meninggalkan aku?” tanya Emir tanpa rasa bersalah. Padahal dulu penyebab Esa pergi karena Emir menuduhnya selingkuh dan mengusirnya tepat satu minggu sebelum pernikahan mereka berlangsung.
“Esa, jawab pertanyaanku! Aku butuh penjelasan darimu!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
rain03
gila tuh si emir, dia yg ngusir, dia yg nyakitin, eh malah nuduh balik.
playing victim banget sih
2022-12-18
2
Julia 05
idih g jls bgt si Emir, dia yg ngusir Esa🙄
2022-12-16
0
NIKEN SAYUTI WIDYASTUTI
drku hadir say
2022-12-16
0