Prang!!!
Suara itu menahan Juna yang hendak berbicara kepada Keana, laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya dan melangkah cepat kearah dapur untuk melihat yang terjadi disana. Begitu pun Keana yang mengikuti Juna dari belakang.
"Anna, kamu baik-baik saja?" Tanya Juna yang memasuki dapur dengan wajah khawatirnya. Dia buru-buru menahan tangan Joanna saat melihat perempuan itu hendak memunguti pecahan gelas di lantai. Joanna terdiam menatap wajah Juna.
"Kenapa tidak hati-hati, hah? bagaimana kalau kamu terluka?" Ucap Juna sambil membantu Joanna berdiri. Sementara Keana inisiatif untuk membantu membereskan pecahan gelas di lantai dan membuangnya ke tempat sampah disana.
Joanna masih terus terdiam, sibuk memikirkan cara supaya Juna tidak mengetahui yang terjadi. Joanna harus terlihat baik-baik saja demi tidak merusak masa depan laki-laki yang di cintainya itu. Juna menghela nafas melihat Joanna diam.
"Pak, sebaiknya anda membawa nona Joanna istirahat, biar aku yang membuat minum untuk kalian." Ucap Keana menengahi. Tanpa basa-basi Juna langsung mengajak Joanna pergi dari dapur dan membiarkan Keana membuat minuman.
"Juna, aku baik-baik saja. Aku hanya tidak sengaja menjatuhkan gelas, tolong jangan berlebihan seperti ini." Ucap Joanna menahan langkahnya. Joanna merasa tidak enak jika membiarkan tamu di apartemennya membuat minuman sendiri.
"Nona Audie, kamu adalah tamu di apartemenku, sebaiknya kamu dan Juna kembali ke ruang tamu, biar aku saja yang membuat minuman." Joanna mencegah Keana yang akan membuat minuman. Juna hanya mampu menghela nafas karenanya.
"Jangan sungkan, anda sepertinya kurang sehat, biar aku saja yang membuat minuman." Keana menurunkan tangan Joanna yang memegang tangannya, lalu bergegas untuk membuat tiga gelas minuman dengan jenis yang berbeda-beda.
Keana tidak bertanya dimana letak semua bahan minuman itu, karena memang Keana mengetahui setiap bahan yang berada disana. Keana sudah sangat sering datang ke apartemen Joanna hanya untuk menyiapkan keperluan kekasih bosnya.
Ya, selama ini memang Keana yang membeli dan menyiapkan semua kebutuhan pokok Joanna. Setiap dua minggu sekali Keana akan datang ke apartemen Joanna dan mengecek barangkali kebutuhan pokok kekasih bosnya sudah habis.
"Kenapa kalian masih diam disana? pak Juna, apa anda tidak melihat nona Joanna sedang kurang sehat? sebaiknya anda mengajak nona Joanna duduk!" Ucap Keana memberi saran kepada Juna dan membuat Joanna membuang wajahnya.
Joanna sudah berusaha semaksimal mungkin supaya wajah pucatnya tidak terlihat oleh Juna, tapi Keana dengan mudahnya memberitahu Juna bahwa dirinya kurang sehat. Joanna memegang dress bawahnya kuat dan menutup mata sejenak.
"Anna ..."
"Juna, bukankah kamu bilang ada yang harus kita bicarakan?" Tanya Joanna menyela perkataan Juna. Dia kemudian mengajak Juna kembali ke ruang tamu, sengaja supaya Juna tidak memiliki kesempatan untuk membahas kesehatannya.
Juna menarik nafas dalam, dia sempat melihat kearah Keana yang sedang sibuk di dapur sebelum akhirnya mengikuti Joanna ke ruang tamu. Juna merasa sulit untuk menggambarkan perasaannya saat ini, yang jelas pikirannya mendadak kacau.
Keana bernafas lega setelah melihat kepergian pasangan kekasih itu, dengan begitu dirinya tidak harus menyaksikan hal yang tidak seharusnya di lihat. Keana membuat dua gelas teh hijau dan satu gelas coklat panas, Juna tidak suka teh.
Sementara itu di ruang tamu, Juna dan Joanna saling terdiam sambil menatap satu sama lain. Juna terus memperhatikan wajah Joanna yang kata Keana kurang sehat dan memang benar wajah Joanna pucat meskipun tertutup make up.
"Anna, kamu sakit?" Tanya Juna setelah sekian lama mereka berdua saling terdiam. "Apa ini alasan kamu mengakhiri hubungan kita? memang separah apa penyakitmu, huh? Anna, aku bisa mencari dokter terbaik untuk mengobatimu!"
Joanna kembali memegang erat bagian bawah dressnya. Memang benar apa yang Juna katakan, Joanna bertekad mengakhiri hubungan mereka karena dirinya sakit dan hidupnya tidak lama lagi, tapi Joanna tidak mungkin memberitahu Juna.
Joanna tidak ingin menjadi perempuan egois, bagaimana pun juga hubungan diantara mereka akan berakhir dengan Joanna yang meninggalkan dunia ini. Jadi tidak salah Joanna meminta putus supaya Juna bisa mencari perempuan lain.
Sebelum meninggal, Joanna ingin melihat Juna menemukan pengganti dirinya. Joanna juga ingin memastikan perempuan itu layak dan tidak akan pernah meninggalkan Juna seperti yang dirinya lakukan. Joanna ingin memastikan Juna bahagia.
"Juna, aku tidak mengerti apa yang sedang kamu bicarakan, aku ingin putus darimu bukan karena aku sakit, tapi karena aku merasa kita sudah tidak cocok dan kamu pantas bersama perempuan yang lebih baik dariku." Ucap Joanna berusaha tenang.
"Benar aku memang sedikit lelah akhir-akhir ini, pekerjaanku juga terhambat karena kondisi tubuhku kurang stabil. Tapi satu-satunya alasan aku ingin putus darimu karena aku merasa kita berdua kurang cocok." Joanna memperjelas.
Juna mengepalkan tangan, berani sekali Joanna mengatakan itu padanya. Juna akan menanggapi perkataan Joanna, tetapi kedatangan Keana menahannya untuk bicara. Keana menyimpan minuman diatas meja tanpa tahu yang terjadi.
"Nona Joanna, minum dulu teh hijaunya." Ucap Keana menyarankan. Juna tiba-tiba meranjak dari tempat duduknya dan menarik tangan Keana yang masih sedikit membungkuk kearah Joanna karena sedang menyimpan teh hijau buatannya di meja.
"Baiklah, meskipun sebenarnya aku sama sekali tidak mengerti tidak cocok yang kamu maksud, aku akan berusaha untuk menerimanya. Kamu memang perempuan yang tidak tahu caranya menghargai orang yang berjuang untukmu ..."
Juna tidak melanjutkan kalimatnya dan menarik tangan Keana pergi dari apartemen itu. Juna tahu perasaan orang bisa berubah, tapi hatinya tidak bisa terima mendengar Joanna mengatakan diantara mereka sudah tidak ada kecocokkan.
Keana tidak tahu apa yang sudah terjadi, Keana hanya mengikuti Juna karena tangannya ditarik. Sementara Joanna menangis setelah kepergian Juna, tiba-tiba saja hidungnya mengeluarkan darah dan kepalanya semakin terasa berat.
Meskipun begitu, Joanna menarik sedikit sudut bibirnya, setidaknya usahanya terlihat baik-baik saja di depan Juna berhasil. Joanna merasa lega Juna tidak melihat keadaannya yang seperti itu, sampai akhirnya Joanna kehilangan kesadaran.
"Anna!"
Juna terus menarik tangan Keana dengan emosi yang sulit untuk di kendalikan, dia sampai tidak sadar sudah membuat Keana kesakitan akibat tangannya yang terlalu kuat memegang tangan sekretarisnya. Juna benar-benar dikuasai emosi.
"Pak ..." Tegur Keana pelan. Dia tidak kuat terlalu lama menahan rasa sakit pada tangannya. Juna berhenti melangkah dan mulai menyadari apa yang sudah dirinya lakukan terhadap Keana dan meminta maaf dengan tatapan lurus ke depan.
"Pak, pertengkaran dalam suatu hubungan itu wajar." Ucap Keana tanpa sadar, tidak biasanya dia angkat bicara dalam hal semacam ini. Juna yang mendengarnya saja sampai tertawa, merasa ada yang lucu dari perkataan sekretarisnya.
"Kamu saja tidak memiliki kekasih." Ucap Juna datar, lalu memasukan tangannya ke dalam saku celana dan melanjutkan langkahnya. Juna merasa sedikit terlibur dengan perkataan sekretarisnya, sementara Keana hanya mampu mendengus.
Keana memang tidak memiliki kekasih, tapi dia memiliki seseorang yang sangat dekat dengan dirinya dan hubungan mereka sudah seperti pasangan kekasih, dimana Keana dan orang itu selalu bersama dalam keadaan apapun.
Tapi, beberapa hari terakhir Keana dan orang itu sering bertengkar hanya karena hal kecil, padahal dulu hubungan mereka selalu baik-baik saja. Orang itu adalah Rafael, sahabat Keana yang entah kenapa sekarang menjadi orang asing.
"Audie, apa kamu akan tetap disana? kamu mau jalan kaki ke kantor?" Tanya Juna membuyarkan lamunan Keana. Laki-laki itu sudah duduk di dalam mobil dengan menurunkan kaca mobilnya, melihat Keana yang masih berdiri ditempatnya.
"Cepat masuk! bukankah sebentar lagi akan ada rapat?" Juna kembali bicara saat Keana masih saja terdiam. Keana bergegas masuk ke dalam mobil, dia berusaha untuk tidak memikirkan Rafael yang juga belum tentu memikirkan sedang dirinya.
Keana kembali duduk disamping supir. Pak Budi merasa ada yang aneh dari kedua orang yang memasuki mobil sehingga pria setengah baya itu memilih untuk diam dan mulai melajukan mobilnya menuju kantor tanpa banyak bicara.
Juna dan Keana saling terdiam selama perjalanan menuju kantor, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Juna merasa ada yang Joanna sembunyikan darinya, tapi Juna malas untuk mencaritahu hal apa yang Joanna sembunyikan.
Keana kembali memikirkan foto yang di kirim seseorang padanya. Entah apa tujuan orang itu mengirim foto Rafael dan Amelia, hal itu sangat mengganggu pikirannya. Terlebih Keana ingat Amelia sudah berkali-kali membuat masalah.
"Audie, kita sudah sampai. Apa kamu masih betah duduk di mobilku?" Tegur Juna melihat Keana melamun. Juna tidak tahu apa yang terjadi pada sekretarisnya, Keana terus melamun semenjak mereka berdua pergi dari apartemen Joanna.
"Oh?" Keana tidak merespon perkataan Juna dan langsung keluar dari mobil setelah sebelumnya melepaskan sabuk pengaman. Keana berusaha mengingatkan dirinya untuk terus fokus terhadap kerjaannya dan berhenti memikirkan Rafael.
Tapi, usaha Keana gagal karena dirinya tanpa sengaja berpapasan dengan Rafael dan Amelia. Tidak heran Rafael ada disana, meskipun mereka bekerja di perusahaan yang berbeda, gedung perusahaan keduanya lumayan berdekatan.
"Ana!" Rafael menyapa Keana dengan senyuman yang terukir di bibirnya. Juna menyadari ada yang berbeda dari Keana, perempuan itu sama sekali tidak tersenyum dan juga tidak membalas sapaan Rafael. Sepertinya mereka sedang ada masalah.
"Pak, masih ada waktu sekitar setengah jam lagi sebelum kita rapat, sebaiknya kita bersiap." Ucap Keana kepada Juna yang otomatis mengabaikan sapaan Rafael padanya. Bahkan Keana melewati Rafael begitu saja dan berjalan mendahului Juna.
Senyuman Rafael memudar, tidak biasanya Keana sampai mengabaikan dirinya seperti itu. Rafael menatap Juna yang kemudian menyusul Keana pergi. Rafael mendengus tidak percaya, akhirnya hari ini datang, Keana mengabaikan dirinya.
Rafael tahu akan ada saatnya dimana sikap Keana berubah, tapi Rafael tidak menyangka waktu itu datang begitu cepat, bahkan Rafael belum siap. Rafael sudah terbiasa melihat senyuman Keana yang jarang di tunjukkan kepada orang lain.
"Sayang, yang lain sudah menunggu kita." Tegur Amelia kepada Rafael, perempuan itu diam-diam tersenyum menyaksikan yang baru saja terjadi di hadapannya. Keana si parasit itu akhirnya sadar dan mengabaikan tunangannya, Rafael.
Well, Rafael dan Amelia memang bukan sekedar teman kantor, mereka berdua sudah tunangan. Keana tidak mengetahui hal itu karena Rafael memang sengaja menyembunyikan pertunangan yang sebenarnya tidak diinginkan itu.
Jujur, Rafael menyayangi Keana. Bukan sebagai sahabat, melainkan sebagai laki-laki terhadap perempuan. Rafael dan Amelia bertunangan juga bukan karena cinta, melainkan perjodohan orang tua yang tidak bisa untuk Rafael tolak.
"Rafael, kamu dengar aku tidak?!" Bentak Amelia, itu yang tidak Rafael suka dari Amelia. Karena Amelia sering meninggikan suaranya dan juga emosional, sangat jauh berbeda dengan Keana yang bicara lembut meskipun terkesan dingin.
"Iya, bawel." Jawab Rafael akhirnya mengajak Amelia pergi ke tempat tujuan, mereka sedang ada janji dengan client di restoran dan Rafael sengaja memilih jalan kaki karena restoran itu melewati kantor tempat Keana bekerja.
Sayangnya, meskipun Rafael bertemu Keana, perempuan itu mengabaikan sapaan darinya. Rafael tidak menyalahkan Keana, dia sadar bahwa dirinya yang membuat Keana acuh. Rafael sangat ingat apa yang dirinya lakukan tadi malam.
Sementara itu, Juna berjalan di belakang Keana sambil memperhatikan perempuan itu. Juna bisa merasakan Keana sedih hanya dengan melihat punggungnya. Juna ingin sekali menegur Keana, tapi tidak memiliki keberanian untuk itu.
"Apa kamu menyukai laki-laki itu, Audie?" Juna hanya bisa menanyakan itu di dalam hatinya. Dia tidak ingin ikut campur dengan urusan pribadi Keana. Tapi ada sesuatu yang membuat Juna tidak mengerti, hatinya tiba-tiba terasa sakit.
~TBC~
"Satu hal yang harus kamu tahu. Juna, aku tidak ingin meninggalkanmu. Aku tidak ingin ... tapi aku tidak bisa menolak takdirku. Dalam tiga bulan ke depan, mungkin kita bisa bertemu. Juna, aku mencintaimu ... sangat." __Joanna
Terimakasih sudah membaca It's Okay, That's Fate. Mari berhubungan baik antara penulis dan pembaca. Jangan lupa juga untuk memberi dukungan kalian terhadap karyaku. Makasih 💙
Regards,
Nur Alquinsha A | IG : light.queensha
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Nhur Aj Hasna
lanjut
2020-05-20
0
Rizky Sitorus
semangat nulis ya thor
aku syuka sama novel nya 😍😍😍
2020-01-07
1