IOTF #3

Keana sedang mempersiapkan bahan kerja Juna saat seseorang datang dan mengajaknya bicara. Dia adalah Willis, direktur keuangan sekaligus sahabat Juna. Willis sering menghampiri meja kerja Keana dan bicara hal yang tidak penting.

"Selamat pagi, Ana." Sapa Willis ramah disertai senyuman yang membuat kaum hawa terpesona, kecuali Keana tentunya. Keana selalu merasa malas menanggapi Willis setiap harinya, tapi dia tetap berusaha sopan karena jabatan laki-laki itu.

"Selamat pagi, pak Willis." Balas Keana seramah mungkin sambil menunjukkan seulas senyuman. Keana merasa tidak nyaman dengan cara Willis menatap dirinya, namun berusaha untuk terlihat biasa saja dan bertanya. "Mau bertemu pak Juna?"

"Tidak, saya datang kesini bukan untuk bertemu pak Juna." Willis menggantung kalimatnya dan kembali tersenyum. "Saya kesini untuk melihat wanita yang sudah membuat kantor ini heboh karena datang bersama sang direktur utama."

Keana tahu siapa yang di maksud Willis, tapi dia berpura-pura tidak peka. Kalau boleh jujur, hal ini yang membuat Keana malas menanggapi Willis. Karena Willis selalu berusaha mendekati dirinya, disaat hatinya sepenuhnya dimiliki oleh Rafael.

Keana kembali melakukan pekerjaannya dengan mengabaikan Willis disana. Keana merasa tidak ada salahnya mengabaikan hal tidak penting, Juna tidak akan marah karena dia bekerja bukan untuk meladeni keisengan sahabat bosnya.

"Ana, kamu sudah sarapan?" Tanya Willis yang berusaha mencari topik pembicaraan meskipun Keana mengabaikan dirinya. Willis merasa belum waktunya dirinya menyerah untuk melakukan pendekatan dengan perempuan di depannya itu.

"Hm." Gumam Keana sambil mengangguk dan hanya melihat sekilas kepada Willis, kemudian dia fokus kembali dengan pekerjaannya. Hal itu membuat Willis memutar otaknya, memikirkan topik lain yang bisa mereka berdua bicarakan.

"Audie!" Suara itu membuat Keana dan Willis spontan melihat kearah Juna yang menghampiri meja kerja Keana. Kalau Juna sudah melihat kedatangan Willis, mau tidak mau Willis harus menyerah melakukan pendekatan dengan Keana.

"Ya, pak Juna?" Sahut Keana beranjak dari tempat duduknya. Willis menatap Keana dan Juna secara bergantian, melihat dua manusia dingin sekaligus membuat dirinya penasaran tentang bagaimana mereka berdua bisa saling berkomunikasi.

Juna tidak langsung menjawab pertanyaan Keana, dia menatap laki-laki yang tadi sedang mengobrol dengan sekretarisnya. Willis yang mendapatkan tatapan seperti itu tersenyum dan menunjukkan deretan giginya sebelum akhirnya menyapa Juna.

"Selamat pagi, pak Juna. Aku kesini hanya untuk memastikan anda tidak membutuhkan bantuan saya." Ucap Willis tidak membiarkan Juna bicara terlebih dulu, karena Willis tahu Juna pasti akan mengusir dirinya secara tidak hormat dari sana.

Juna mengabaikan Willis dan kembali menatap kepada Keana, untuk sekarang Juna merasa malas untuk meladeni ketidak jelasan Willis. "Audie, ikut saya dan tolong kamu atur ulang jadwal saya hari ini, saya akan bertemu seseorang sebentar."

"Baik, pak." Keana bergegas mengambil semua barang yang akan dirinya perlukan dan langsung mengikuti Juna dari belakang, meninggalkan Willis yang memandangi mereka dengan tatapan tidak percaya. Willis diabaikan oleh mereka. Lagi.

Kalian perlu tahu siapa Willis. Nama lengkapnya Algio Willis Bagaskara, anak Leo dan Krystal. Sama seperti sang ayah, Willis laki-laki pemain perempuan. Bedanya Willis belum insaf seperti ayahnya. Dia masih suka bermain dengan wanita.

Usia Willis hanya beberapa bulan lebih muda dari Juna. Karena Krystal diketahui hamil saat Erina berpura-pura mengidam buah mangga waktu itu. Krystal dan Leo sudah tidak tinggal di Indonesia, mereka berdua menetap di Montreal, Kanada.

"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Juna kepada Keana saat mereka berjalan menuju lift. Keana nampak kurang mengerti arah pembicaraan Juna dan membuat Juna memutar matanya. "Kamu dan Willis, apa yang sedang kalian bicarakan?"

"Oh?" Keana yang semula sibuk dengan ponselnya dan berniat mengatur ulang jadwal bosnya pun menatap kepada Juna yang berjalan di depannya. "Kami tidak terlibat pembicaraan apapun. Oh ya, satu jam lagi akan ada rapat dengan ..."

"Kamu undur rapatnya, kurang lebih dua jam. Saya memiliki urusan yang benar-benar penting dan sepertinya tidak akan selesai dalam waktu singkat. Jadi, tolong kamu undur rapatnya." Ucap Juna menyambar penjelasan Keana padanya.

Sebenarnya, Juna merasa sedikit kesal Keana mengalihkan pembicaraan mereka begitu saja, tapi Juna berusaha menyembunyikan itu dengan menyambar perkataan Keana dan bicara datar. Keana hanya mengiyakan perkataan Juna.

Keana bergegas menekan tombol lift saat mereka tiba di depan lift. Keana mempersilahkan Juna untuk masuk duluan, lalu menyusul masuk dan kembali menekan tombol yang ada di dalam lift supaya pergi ke lantai dasar di gedung itu.

Setelah itu Keana sibuk mengatur ulang jadwal Juna, dia menghubungi orang yang akan rapat bersama Juna dan mengatakan rapatnya akan diundur dua jam. Sementara yang Juna lakukan hanya memperhatikan perempuan di depannya.

"Pak, semuanya sudah selesai, apa masih ada yang harus saya lakukan?" Tanya Keana setelah melakukan tugasnya. Keana menatap Juna dan merasa ada sesuatu yang salah dari bosnya, dia melihat dasi Juna tidak enak untuk di pandang.

"Maaf ..." Keana dengan telaten merapihkan dasi yang Juna pakai. Juna sampai menahan nafas dan mengurungkan niatnya untuk bicara. Keana repot dengan barang bawaannya, tapi masih sempat untuk memperhatikan penampilan Juna.

"Selesai, anda terlihat lebih tampan sekarang." Ucap Keana memuji Juna. Tidak ada senyuman yang terlukir di wajahnya, tapi berhasil membuat kerja jantung Juna kurang baik. Keana kembali fokus pada ponsel karena ada pesan masuk.

Juna diam-diam membuang nafasnya. Sebagai sekretaris, Keana memang melakukan tugasnya dengan baik, tapi sebagai perempuan Keana sepertinya lupa untuk tidak bersikap berlebihan terhadap laki-laki. Termasuk terhadap Juna.

Juna tidak masalah Keana melakukan hal seperti itu padanya, tapi Juna tidak bisa membayangkan bagaimana kalau Keana melakukan hal yang sama terhadap Willis atau orang lain. Juna tidak yakin orang lain mengerti tentang bersikap propesional.

"Bapak belum menjawab pertanyaan saya, apa masih ada lagi yang perlu saya kerjakan?" Keana kembali pada topik mereka, setelah membaca pesan dari seseorang yang tidak dirinya ketahui, pesan yang berisi kedekatan Rafael dan Amelia.

"Tidak ada, kamu hanya perlu mengikuti saya bertemu seseorang." Jawab Juna yang kemudian melangkah keluar dari lift tepat setelah pintu itu terbuka. Keana mengikuti Juna dari belakang dan berusaha menahan dirinya untuk tidak menangis.

Keana sedih melihat foto Rafael dan Amelia, tapi berusaha untuk tidak menunjukkan itu di depan Juna. Memang susah mencintai sahabat sendiri, melarang Rafael untuk tidak terlalu dekat dengan perempuan lain juga Keana tidak memiliki hak.

"Nona Audie." Sapa pria setengah baya saat Keana dan Juna tiba di parkiran kantor. Keana spontan tersenyum tipis mengetahui siapa yang menyapa dirinya. Pak Budi, supir pribadi Juna. Sepertinya hari ini Juna tidak mengendarai mobilnya sendiri.

"Selamat pagi, pak." Balas Keana ramah sambil membuka pintu mobil bagian belakang untuk Juna, kebetulan saat itu pak Budi sudah menekan tombol yang membuat pintu mobil bisa dibuka. "Bagaimana kabar bapak?" Tanyanya kemudian.

"Pak, tolong antar kami ke apartemen Joanna." Ucap Juna menyela pak Budi yang baru akan membuka mulutnya. Alhasil pak Budi hanya tersenyum menanggapi Keana, pria setengah baya itu kemudian duduk dibagian kemudi.

Keana duduk disamping supir, baru setelah itu dia dan pak Budi bisa mengobrol. Mereka jarang bertemu karena Juna lebih sering mengendarai mobilnya sendiri dan sekalinya bertemu, mereka memiliki banyak sekali hal yang bisa bicarakan.

Keana memang lumayan akrab dengan pak Budi. Alasannya sangat sederhana, karena Keana tidak memiliki ayah dan pak Budi menganggap Keana seperti anaknya sendiri. Saat mereka bersama, maka Juna yang harus merasa terabaikan disana.

Joanna tiduran di apartemen saat ponselnya berbunyi nyaring. Perempuan itu menghela nafas, mengira Juna kembali menelpon dirinya sampai dia melihat nama yang tertera di layar ponselnya dan ternyata bukan dari Juna melainkan Gilang.

"Anna, kamu dimana?" Kalimat itu yang pertama kali Joanna dengar setelah menggeser ikon hijau di ponselnya. Joanna mengambil nafas berat, dari nada bicara Gilang sepertinya ada sesuatu yang terjadi dan  Joanna tidak tahu hal apa itu.

"Apartemen, kenapa?" Tanya Joanna balik tanpa mau berbasa-basi. Joanna merasa malas untuk banyak hal setelah putus dari Juna, padahal dia sendiri yang menginginkan untuk putus. Joanna seperti kehilangan sebagian dari semangatnya.

"Sebaiknya kamu bersiap, Juna sedang dalam perjalanan menuju apartemen mu." Ucap Gilang yang spontan membuat Joanna bangkit dari tempatnya berbaring. Tanpa mengatakan apapun, Joanna mengakhiri telpon mereka secara sepihak.

Joanna menatap bayangan dirinya di cermin dan langsung merias wajahnya, terutama bagian bibirnya yang terlihat pucat. Joanna memilih warna lipstik yang terang, apapun yang terjadi Juna tidak boleh melihat wajah pucat dirinya.

Sementara di tempat lain, Gilang menatap layar ponselnya sambil mencibir. Sudah menjadi sebuah kebiasaan Joanna mengakhiri telpon secara sepihak dan itu membuat Gilang kesal. Joanna benar-benar tidak sopan padanya.

Kembali ke apartemen Joanna, perempuan itu membereskan apapun yang tidak seharusnya Juna lihat. Joanna takut semua itu mempengaruhi hubungan mereka. Tidak lama terdengar bel di apartemen Joanna, sepertinya Juna sudah datang.

Joanna menarik nafas sebelum akhirnya berjalan menuju pintu utama apartemennya. Saat pintu itu terbuka, Joanna bisa melihat Juna dan Keana berdiri di depan pintu apartemennya. Joanna tersenyum dan mempersilahkan mereka masuk.

"Ada yang harus kita berdua bicarakan." Ucap Juna tanpa berniat masuk ke dalam apartemen Joanna. Dia benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa Joanna tetap tersenyum menyambut kedatangan dirinya setelah apa yang terjadi diantara mereka.

"Kita bicara di dalam, kalian masuklah terlebih dahulu." Ucap Joanna tenang. Juna mendengus geram, tidak mengerti apa yang sebenarnya sudah terjadi terhadap perempuan di depannya. Juna merasa ada banyak hal yang berubah dari Joanna.

"Pak Juna, ada sesuatu yang tertinggal di mobil, saya akan mengambilnya sebentar." Ucap Keana pada Juna, sengaja ingin lari dari pasangan yang sepertinya sedang bertengkar. Keana merasa malas ikut campur dalam percintaan orang lain.

"Tunggu!" Bukan Juna, melainkan Joanna yang menahan kepergian Keana. Sementara Juna hanya terdiam menatap lurus mantan kekasihnya. Juna tidak menanggapi perkataan Keana dan Keana menahan langkah karena perkataan Joanna.

Keana berbalik dan menatap Joanna yang juga sedang menatap padanya, sepertinya usahanya untuk kabur gagal. Keana hanya bisa berharap Juna akan mengusirnya dari sana, demi tuhan Keana tidak ingin menjadi orang ketiga.

Hey, pasangan yang sedang bertengkar akan sangat menakutkan, Keana harus memastikan dirinya aman. Karena bagaimana pun Keana belum menikah, dia tidak mau menjadi korban antara Juna dan perempuan bernama Joanna.

"Barangmu tidak ada sangkutan denganku bukan? jadi untuk apa kamu repot-repot mengambilnya? masuklah! asisten rumah tangga di apartemen ku kebetulan sedang pulang kampung, aku takut akan ada yang salah paham nanti." Ucap Joanna.

Juna mendesah tidak percaya setelah mendengar perkataan Joanna. Apa itu lelucon?! memang siapa yang akan salah paham? Juna akhirnya masuk duluan ke dalam apartemen Joanna dan membiarkan Joanna mengajak Keana masuk.

Lagipula, Juna memang sengaja mengajak Keana untuk ikut bersamanya ke apartemen Joanna. Sementara Keana hanya bisa pasrah saat Joanna kembali mengajaknya masuk ke dalam apartemen, semoga saja dirinya bernasib baik.

"Kalian duduklah, aku akan membuat minum sebentar." Ucap Joanna setelah mereka semua masuk apartemen. Joanna meninggalkan Juna dan Keana di ruang tamu, lalu bergegas pergi ke dapur membuat minuman untuk tamu di apartemennya.

Juna maupun Keana menurut dan duduk di sofa ruang tamu. Mereka berdua hanyut dalam pikiran masing-masing. Entah kenapa yang Juna pikirkan sekarang malah Keana, mungkin perempuan itu merasa tidak nyaman terlibat dalam masalahnya.

~TBC~

Terimakasih sudah membaca It's Okay, That's Fate. Mari berhubungan baik antara penulis dan pembaca. Jangan lupa juga untuk memberi dukungan kalian terhadap karyaku. Makasih 💙

Regards,

Nur Alquinsha A | IG : light.queensha

Terpopuler

Comments

Setia Ningsih

Setia Ningsih

Thor suka banget sama cerita ny..semangt terus ya Thor..

2020-04-07

0

🍁Silvi94@vhie cell1510🍁

🍁Silvi94@vhie cell1510🍁

cerita y cukup menarik,👍

2020-03-09

0

kanaya

kanaya

semnangat kak💪💪💪

2019-11-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!