Juna diam-diam menatap Keana dari dalam ruang kerjanya, meja kerja Keana terletak tepat di depan ruangannya sehingga bisa terlihat dengan jelas apa yang sedang perempuan itu lakukan. Keana terus melamun semenjak mereka bertemu Rafael.
Juna tidak tahu mengapa dirinya begitu peduli terhadap Keana, padahal dirinya saja baru putus cinta. Bukan berarti Juna sudah lupa kejadian beberapa jam yang lalu, Juna hanya tidak terlalu memikirkannya karena melihat Keana sedih.
Juna tidak pernah melihat Keana sedih, meskipun perempuan itu sering menerima perlakuan kasar dari teman kampus mereka dulu, bahkan saat menjadi bahan gosip di kantor, Keana masih bisa terlihat santai dan mengacuhkan semuanya.
Tapi, hari ini saat mereka melihat Rafael bersama perempuan lain sampai gandengan tangan, Keana terlihat seperti kehilangan semangat hidupnya. Juna saja sampai ikut hilang fokus dari dokumen yang masih menumpuk diatas meja kerjanya.
Juna kemudian melihat arloji yang melingkar di tangannya, sudah lewat lima belas menit dari jam kerja mereka dan Keana masih betah di meja kerjanya. Juna menghela nafas, lalu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Keana.
"Audie, kamu belum pulang?" Tegur Juna kepada perempuan yang menatap kosong satu titik yang sepertinya menarik. Keana tersentak dan segera beranjak dari tempat duduknya, dia tidak terlalu mendengar perkataan Juna karena melamun.
"Iya pak?" Tanya Keana tidak yakin karena dirinya sempat melamun. Dia tidak tahu apa yang baru saja bosnya katakan dan bicara sekenanya. Juna mengangkat sedikit sudut bibirnya karena itu, wajah Keana terlihat sangat lucu di matanya.
"Kamu belum pulang?" Ucap Juna mengulangi pertanyaan sebelumnya, padahal sudah sangat jelas Keana masih berada disana dan artinya perempuan itu belum pulang. Keana spontan melihat benda yang melingkar di tangan kirinya.
"Oh, itu ... saya baru akan pulang." Ucap Keana bergegas mengemasi barangnya ke dalam tas. Juna hanya terus memperhatikan Keana sampai akhirnya perempuan itu menatap padanya, baru Juna mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Audie, apa malam ini kamu kosong?" Tanya Juna tanpa melihat lawan bicaranya. Dia seperti baru saja tertangkap basah sudah menatap Keana yang sibuk mengemasi barangnya. "Saya merasa bosan di rumah, bisakah kamu menemani saya keluar?"
Juna melihat Keana melalui sudut matanya, dia tidak yakin dengan ekspresi wajah yang Keana tunjukkan, sepertinya Keana akan menolak pergi keluar bersamanya. Juna melihat Keana berpikir lama, padahal dirinya berniat menghibur Keana.
"Baiklah, saya pulang duluan, Pak Juna. Sampai bertemu nanti malam." Ucap Keana akhirnya, dia merasa tidak salah dirinya menemani sang bos yang baru putus dengan kekasihnya. Keana juga merasa dirinya membutuhkan sedikit hiburan.
Juna tersenyum menatap punggung Keana, tidak tahu mengapa dirinya begitu senang mendengar jawaban Keana. Jangan berpikir Juna menjadikan Keana sebagai pelampiasan setelah dirinya putus cinta. Karena Juna hanya ingin menghibur Keana.
Tidak lama Juna mengingat sesuatu, dia bergegas mengejar Keana. Juna menahan langkah sejenak dan melihat Keana baru akan masuk ke dalam lift. Laki-laki itu langsung berlari secepat mungkin sebelum pintu lift yang Keana naiki itu tertutup.
"Pak, ada apa?" Tanya Keana heran melihat Juna sampai berlari mengejar dirinya, atau mungkin bosnya itu berlari karena pintu lift akan tertutup. Entahlah. Juna terlihat memegang kedua lututnya dan mengatur nafas sebelum akhirnya bicara.
"Bagaimana kita bertemu nanti kalau saya tidak tahu tempat tinggalmu?" Tanya Juna setelah dia berhasil mengatur nafasnya. Keana hampir saja menganga mendengar pertanyaan Juna, bosnya sengaja berlari hanya untuk bertanya hal itu?
Heol, Keana terbiasa datang sendiri ke mansion Juna saat mereka harus menghadiri sebuah acara atau apapun itu, Keana sampai menghafal banyak ruangan di mansion bosnya. Tapi sekarang Juna tiba-tiba menanyakan tempat tinggal Keana?
"Pak, anda mau menjemput saya di apartemen?" Keana terlihat ragu saat menanyakan itu kepada laki-laki di hadapannya, sepertinya bukan gaya Juna menjemput Keana ke apartemennya. Keana ingat Juna lebih suka menyuruhnya datang.
"Tentu saja. Saya mengajak kamu keluar, mana mungkin saya membiarkan kamu datang sendiri ke tempat saya." Jawab Juna enteng kemudian membenarkan posisi berdirinya. "Bukankah seharusnya laki-laki yang datang menjemput?"
"Oh ..." Keana tidak bisa mengatakan apapun mendengar perkataan Juna, semua yang keluar dari mulut bosnya itu seperti kepingan puzzle, Keana masih harus menyusunnya supaya dirinya bisa memahami apa yang barusan Juna katakan.
"Audie, kamu mendengar saya? tolong beritahu saya dimana tempat tinggalmu supaya saya bisa menjemputmu nanti malam!" Ucap Juna melihat Keana terus terdiam. Beruntung mereka hanya berdua di dalam lift sehingga mereka selamat.
Ya selamat. Juna dan Keana selamat dari gosip kantor yang kadang menjengkelkan. Keana tetap bergeming sambil menatap Juna, tiba-tiba saja waktu seakan berhenti saat mereka berdua saling menatap tanpa ada satupun yang berbicara.
Keana menatap bayangannya di cermin sambil memberi sentuhan akhir pada riasan wajahnya. Entah mengapa Keana merasa sedikit khawatir dengan penampilannya, padahal Keana hanya akan menemani bosnya yang bosan di rumah.
Keana tiba-tiba teringat Rafael, hatinya kembali sakit mengingat bagaimana Rafael dan Amelia bergandengan tangan. Keana tahu dirinya tidak seharusnya merasa sedih melihat sahabatnya sendiri bahagia bersama perempuan lain.
Tapi, bukan Keana yang menginginkan rasa sakit itu tumbuh di hatinya. Keana menatap kosong cerminan dirinya sampai akhirnya terdengar bunyi ketukan di pintu apartemennya, sepertinya yang sedang Keana tunggu sudah datang, Juna.
Keana menyimpan lipstik di tangannya, kemudian keluar dari kamar dan membuka pintu apartemen. Tepat setelah pintu apartemen terbuka, Keana melihat seseorang tersenyum dan membuat hatinya menghangat, orang itu adalah Juna.
"Audie, sudah siap?" Tanya Juna masih dengan senyuman yang terukir di bibirnya, tidak akan ada yang mengira laki-laki itu baru saja putus cinta. Karena Juna terlihat seperti orang yang sedang jatuh cinta, terlebih senyumannya tidak biasa.
"Hm. Saya akan mengambil tas sebentar." Keana pergi ke kamar tanpa mempersilahkan Juna untuk masuk ke dalam apartemennya, perempuan itu terlalu bersemangat untuk pergi bersama Juna sampai melupakan tatakrama terhadap bosnya.
Juna tidak mempermasalahkan hal itu, dia berdiri di depan pintu apartemen Keana tanpa protes. Juna mengamati apartemen sekretarisnya, tempat ini sangat jauh berbeda dari apartemen yang Juna belikan kepada Joanna, mantan kekasihnya.
"Pak Juna?" Tegur Keana yang sudah mengambil tasnya. Juna menoleh dan tersenyum, lalu Juna mengulurkan tangannya kepada Keana yang langsung Keana sambut. Orang lain yang melihat mungkin akan mengira mereka pasangan kekasih.
Kenyataannya, Keana dan Juna sudah terbiasa saling gandengan tangan sebagai sekretaris dan bosnya. Keana maupun Juna menganggap itu sebagai profesionalitas dalam bekerja. Bagaimana pun mereka harus menjadi rekan kerja yang baik.
"Ana, kamu mau pergi kemana?" Tanya seseorang yang mencegat langkah mereka, lalu orang itu melihat tangan Keana yang sedang digandeng oleh Juna. "Sudah malam, kamu mau pergi kemana dengan pakaian seperti itu, Keana?"
Keana memegang erat tangan Juna dan berusaha mengabaikan pertanyaan orang yang tidak lain adalah Rafael. Keana sedikit menarik tangan Juna supaya kembali melangkah dan melewati Rafael, namun Rafael berhasil memegang tangannya.
"Keana, apa yang terjadi padamu? kenapa kamu terus menghindariku dan apa yang akan kamu lakukan dengan bosmu ini, hah?" Tanya Rafael sambil mencengkram tangan Keana dan membuat perempuan itu meringis menahan rasa sakit.
"Rafa, tolong lepaskan tanganmu dari Audie, kamu bisa melukainya." Ucap Juna memegang tangan Rafael dengan tangannya yang lain dan membuat sahabat Keana itu menggeram. Rafael menepis tangan Juna dengan begitu kasar.
"Bukan urusanmu!" Ucap Rafael tidak peduli, dia tertawa emosi melihat Keana begitu dekat dengan Juna yang merupakan musuhnya sejak mereka kuliah. Juna kehilangan kesabaran karena hal itu, dia akhirnya melayangkan pukulan kepada Rafael.
Keana panik melihat sahabat dan bosnya saling memukul satu sama lain. Keana tidak tahu bagaimana caranya memisahkan mereka berdua. Sampai akhirnya Keana tidak memiliki pilihan lain, selain berdiri diantara Juna dan Rafael.
"Rafa, ada apa denganmu? aku hanya menemani bosku keluar, apa masalahmu, hah?" Teriak Keana di depan Rafael dan membuat Rafael mendesah tidak percaya. Keana berteriak kepada Rafael demi orang lain? Benar-benar sulit di percaya!
"Ana, memang berapa banyak uang yang bosmu berikan sampai mengubahmu seperti ini?" Balas Rafael sarkas dan berhasil memancing Keana untuk menampar wajahnya. Keana tidak terima Rafael merendahkan dirinya seperti itu.
"Rafa, aku pikir kamu mengenalku, tapi ternyata begitu caramu memandangku." Ucap Keana tidak menyangka. Tepat disaat air matanya menetes, Keana menarik tangan Juna meninggalkan tempat itu, tidak membiarkan Rafael melihatnya.
Rafael termenung di tempatnya, dia sama sekali tidak bermaksud menyinggung Keana. Emosinya akibat cemburu yang membuatnya mengatakan hal bodoh itu. Sementara Juna hanya mengikuti kemana kaki Keana melangkah membawa dirinya.
"Audie, kamu baik-baik saja?" Tanya Juna tanpa berniat untuk melepaskan tangannya dari Keana. Rasanya Juna ingin sekali memeluk tubuh Keana yang terlihat bergetar seperti sedang berusaha menahan tangis, tapi takut disebut tidak sopan.
"Pak, Kita akan pergi kemana?" Tanya Keana tanpa menjawab pertanyaan Juna padanya. Dia menghentikkan langkah dan berbalik menatap Juna. Untuk sesaat mereka terjebak dan menatap satu sama lain, sampai Erina kembali bicara.
"Bagaimana kalau kita pergi ke klub malam? bukankah kita berdua sama-sama sedang patah hati sekarang?" Sambung Keana mengusulkan. Juna nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengar telinganya. Keana ingin ke klub?
Juna memang patah hati karena ternyata Joanna benar-benar ingin mengakhiri hubungan mereka, tapi Juna tidak pernah berpikir untuk mengajak sekretarisnya pergi ke tempat semacam itu dan dia mengajak Keana keluar hanya untuk makan.
Tapi, melihat wajah memohon Keana membuat Juna mengabulkan keinginan perempuan itu, mereka berdua pergi ke klub malam yang tidak jauh dari sana. Kebetulan klub malam itu juga merupakan milik salah satu teman Juna.
Setibanya di klub malam, Keana menghabiskan beberapa gelas wine. Sementara Juna hanya terus memperhatikan Keana, dia baru tahu perempuan itu bisa segila itu saat minum alkohol. Keana minum alkohol seperti sedang minum air putih.
"Audie, kamu sudah banyak minum." Tegur Juna menahan tangan Keana yang hendak meneguk gelas berikutnya. Jujur, melihat Keana seperti itu membuatnya terluka. Juna tidak tahu alasannya, tapi memang begitu yang di rasakan hatinya.
"Saya antar kamu pulang, oke?" Sambung Juna. Tanpa menunggu persetujuan, Juna membantu Keana untuk berdiri dan memapah perempuan yang sudah di pengaruhi alkohol itu. Keana terus mengungkapkan kekecewaannya terhadap Rafael.
"Juna, apa yang terjadi? kenapa calon kekasihku sampai mabuk seperti ini?" Tanya seseorang yang menghampiri Juna dan Keana. Dia adalah Willis sang pemilik klub malam sekaligus teman Juna. Mendengar itu Juna hanya memutar mata malas.
"Tuan, apa aku harus mengingatkan si kecil yang menunggumu di rumah? berapa kali harus aku ingatkan, jangan berani mendekati sekretarisku!" Juna berbicara datar sebelum akhirnya memilih pergi meninggalkan klub malam milik Willis.
Malam itu Juna membawa Keana ke apartemen. Bukan apartemen Keana, melainkan apartemen Juna yang jaraknya lumayan jauh dari klub, dia tidak mengantar Keana ke apartemen sendiri karena melihat Keana di pengaruhi alkohol.
~TBC~
"Anna, aku membecimu untuk beberapa alasan dan aku membenci diriku karena satu alasan ... tanpa sadar aku sudah membagi hatiku kepada perempuan lain. Maaf, aku sudah berusaha untuk menyangkal perasaan ini, tapi tidak bisa." _Juna
Terimakasih sudah membaca It's Okay, That's Fate. Mari berhubungan baik antara penulis dan pembaca. Jangan lupa juga untuk memberi dukungan kalian terhadap karyaku. Makasih 💙
Regards,
Nur Alquinsha A | IG : light.queensha
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
🍁Silvi94@vhie cell1510🍁
wah semakin lanjut BCA semakin menarik,,, Kya awal BCA judul yg pertama ikatan tanpa cinta,,,, semangat y author apa pun comenan orang, trus lanjut lah berkarya,,,
2020-03-09
1
Ay Fie
Juna akhirnya suka sama keana 🥰
2020-03-05
1