Gadis Yang Ternoda
Tubuh Fatia bergetar hebat saat melihat garis dua terpampang dengan jelas di dalam tes pack yang sedang dipegangnya.
"Aku hamil," ucap Fatia.
"Nggak mungkin, nggak mungkin aku hamil."
Tak terasa, air mata Fatia bercucuran membasahi pipinya. Fatia menangis di dalam kamar mandi.
"Aku harus bagaimana ini. Aku harus bilang apa sama mama dan papa, dan bagaimana caranya aku untuk meminta pertanggungjawaban pada Pak Andre," ucap Fatia.
Fatia benar-benar ketakutan sekali. Dia tidak menyangka kalau peristiwa di malam itu akan membuatnya hamil.
Malam itu, Fatia masih berada di kantor. Karena pekerjaan yang cukup banyak, Fatia memutuskan untuk lembur.
Praaank...
Fatia mendengar sesuatu dari luar ruangannya. Fatia yang penasaran dengan apa yang terjadi di luar, kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangannya untuk melihatnya.
"Tidak ada apa-apa di sini," ucap Fatia setelah sampai di depan ruangannya.
Fatia kemudian melangkah ke arah ruangan Pak Andre bosnya.
"Kenapa Carisa, kenapa kamu harus tinggalkan aku. Kenapa...!" seru Andre dari dalam ruangannya.
'Kenapa dengan Pak Andre. Kenapa dia teriak-teriak begitu.'
Fatia yang masih penasaran, kemudian membuka pintu ruangan Andre. Fatia terkejut, saat melihat di atas meja kerja bosnya, ada banyak botol minuman keras. Dan salah satu botol itu, sudah pecah berserakan di lantai.
Fatia melangkah mendekat ke arah Andre.
"Pak Andre. Bapak kenapa?" Tanya Fatia yang melihat Andre tampak masih menundukan kepalanya.
Andre menatap Fatia. Dia tersenyum saat melihat Fatia.
"Sayang," ucap Andre.
Fatia bingung, saat tiba-tiba saja Andre memanggilnya sayang.
"Pak Andre. Pak Andre bilang apa?"
Andre bangkit berdiri. Dia kemudian melangkah dan mendekat ke arah Fatia.
"Sayang, kamu datang," ucap Andre.
"Pak Andre, ternyata kamu lagi mabuk? apa yang mau kamu lakukan?"
Andre tiba-tiba saja memeluk tubuh Fatia dengan erat.
"Carisa, aku yakin kalau kamu akan kembali sayang. Kamu tidak boleh tinggalin aku. Aku sangat mencintai kamu Carisa."
"Pak, saya bukan Carisa. Tolong, lepaskan saya Pak."
Pelukan Andre sangat erat, membuat Fatia susah untuk melepaskannya. Sejak tadi dia masih memberontak untuk ke luar dari perangkap Andre. Namun, sayangnya Fatia tidak bisa untuk lari karena kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan seorang Andre, Lelaki bertubuh tinggi besar, yang ketampanannya di atas rata-rata itu.
Fatia terperangkap satu malam bersama Andre, di ruangan Andre . Tidak ada satu orangpun yang menolongnya. Karena malam itu, kebetulan hanya ada Fatia dan Andre yang ada di lantai paling atas. Sementara satpam penjaga, hanya berada di lantai paling bawah. Percuma Fatia berteriak minta tolong, karena tidak akan ada yang mendengar teriakannya.
Fatia ke luar dari kamar mandi dengan membawa tes pack itu. Dia masih menatap benda kecil pipih itu. Fatia menghempaskan tubuhnya di atas ranjangnya.
Tubuhnya terasa lemas, sejak tadi, jantungnya masih berdebar kencang. Air matanya berlinang membasahi pipinya. Sejak tadi, dia masih berfikir, apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
Tok tok tok...
"Fatia...! Fatia...!" seru seorang wanita dari luar kamar Fatia.
Fatia buru-buru menyembunyikan tes packnya. Fatia kemudian mengusap air matanya dan ke luar untuk menemui mamanya.
"Mama, ada apa Ma?" tanya Fatia.
"Kamu lagi ngapain di dalam Fat? Mama tungguin kamu dari tadi, kamu nggak keluar-keluar," ucap Bu Dewi Mama Fatia.
"Ayo sarapan dulu. Bukankah kamu sekarang harus kerja ke kantor?"
"Iya Ma."
Bu Dewi menatap anaknya lekat.
"Kamu kenapa? Kenapa kamu pucat banget begitu?" tanya Bu Dewi.
"Aku nggak apa-apa Ma."
"Kamu mau kerja kan?"
Fatia menggeleng.
"Kenapa?" tanya Bu Dewi.
"Aku lagi nggak enak badan."
"Oh. Ya udah, kamu istirahat saja."
"Iya Ma."
Fatia kemudian melangkah kembali masuk ke dalam kamarnya. Dia kemudian berbaring di atas tempat tidurnya.
Hari ini, Fatia memang tidak enak badan. Sejak kemarin, dia mual dan selalu muntah-muntah. Fatia tahu, kalau sakitnya itu adalah tanda-tanda kehamilannya.
"Aku harus bisa merahasiakan semua ini, sampai aku bisa bicara dengan Pak Andre," ucap Fatia.
Ring ring ring...
Suara ponsel Fatia berbunyi. Fatia meraba ke sampingnya tidur. Fatia kemudian mengangkat ponselnya.
"Halo..."
"Sayang, aku lagi ada di perjalanan ke rumah kamu nih."
"Kamu mau ke sini Mas?"
"Iya sayang. Aku mau jemput kamu."
"Mas, mendingan kamu nggak usah ke sini. Kamu langsung berangkat aja ke kampus."
"Sayang, kenapa?"
"Aku lagi nggak enak badan Mas."
"Kamu sakit?"
"Iya Mas."
"Ya udah deh, aku ke rumah kamu sekarang ya. Aku khawatir sayang sama kamu."
"Terserah kamu Mas."
"Ya udah. Kamu istirahat saja sayang. I love u"
"Iya Mas."
Fatia kemudian memutuskan saluran telponnya.
Remon adalah tunangan Fatia. Dan dua bulan lagi, mereka akan melangsungkan pernikahan mereka. Fatia tidak tahu harus berbuat apa lagi sekarang.
Mungkinkah, dia akan berterus terang dengan kehamilannya saat ini pada keluarga besarnya dan keluarga besar Remon. Mungkin bagi Fatia, itu akan sangat memalukan sekali. Karena ini adalah sebuah aib besar untuk Fatia.
Fatia masih mondar-mandir di kamarnya. Fikirannya benar-benar sangat kacau.
"Fat...! Fatia...!" Seruan Bu Dewi kembali terdengar.
"Fatia...! Remon datang nih Fat...!" ucap Bu Dewi dari luar kamar Fatia.
Fatia membuka pintu kamarnya. Dia kemudian melangkah untuk turun ke bawah.
"Ma, Remon ke sini?" tanya Fatia.
"Iya. Dia ada di ruang tamu. Sana, temui dia."
"Iya Ma."
Fatia kemudian melangkah untuk menemui Remon yang sekarang sudah duduk di ruang tamu.
"Mas Remon," ucap Fatia.
Fatia kemudian mencium punggung tangan Remon.
Yah, Fatia dan Remon memang sudah lama menjalin hubungan. Orang tua mereka sudah menjodohkan mereka sejak mereka masih kecil. Jarak usia mereka juga terpaut cukup jauh. Remon enam tahun, lebih tua dari Fatia. Makanya, Fatia sangat menghormatinya.
Dan setelah Fatia lulus kuliah, Remon melamarnya dan mereka bertunangan. Dan hari ini, adalah tepat satu tahun mereka bertunangan. Dan dua bulan lagi, mereka akan melangsungkan pernikahan mereka.
"Duduk di sini sayang," ucap Remon sembari salah satu tangannya menepuk sofa.
Fatia hanya tersenyum dan mengangguk. Dia kemudian duduk di dekat Remon kekasihnya.
"Kamu kenapa sayang? kenapa kamu kelihatan pucat banget?" tanya Remon sembari menyibak rambut Fatia dan meletakannya di belakang telinga.
"Aku ngga apa-apa Mas."
"Sayang, kamu lagi sakit ya. Kamu sakit apa?"
Fatia diam.
Fatia tidak mungkin bilang ke Remon kalau dia sekarang sedang hamil. Itu sama saja akan menghancurkan hubungannya dengan Remon dan menghancurkan hubungan baik antara ke dua keluarga besar Fatia dan Remon.
"Kamu kenapa sayang?" tanya Remon sekali lagi.
"Aku sakit biasa aja Mas. Mungkin masuk angin Mas."
"Terus, kamu nggak mau berangkat ke kantor?"
Fatia menggeleng. "Nggak Mas."
"Ya udah. Nggak apa-apa. Jangan dipaksa sayang. Nanti, kalau kita udah nikah, kamu nggak usah kerja ya. Kamu momong anak aja di rumah."
Fatia mengangguk.
Sangat besar harapan Remon pada Fatia. Sudah dari dulu, Remon menginginkan Fatia menjadi istrinya. Karena menurut Remon, Fatia adalah gadis yang sangat berbeda dari gadis lainnya.
Remon adalah seorang dosen yang mengajar di salah satu kampus swasta di kotanya. Walau dia banyak kegiatan, tapi dia selalu menyempatkan diri untuk mengantar jemput Fatia bekerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Ny Abii
Menarik kak ceritanya. Mampir juga ya ke cerita ku
2023-06-06
1
Rice Btamban
kshn Fatia 🥲
2023-02-05
0
Nurhafizzah Izah
ini novel kyak apa cara klik favorit nya ya
2023-01-08
0