Bu Dewi melangkah ke arah Remon dan Fatia.
"Nak Remon, udah sarapan?" tanya Bu Dewi pada calon menantunya.
"Udah Tan tadi di rumah. Saya sengaja ke sini, ingin mengantar Fatia ke kantornya. Dan ternyata Fatia malah nggak masuk kantor," ucap Remon.
Bu Dewi duduk di dekat Remon dan Fatia.
"Aku juga bawa buah-buahan untuk Fatia Tan. Karena tadi aku telpon dia, katanya dia lagi sakit. Jadi aku bawakan dia buah."
"Duh, makasih banyak ya Nak Remon."
Hoek...Hoek...
Tiba-tiba saja Fatia mual. Dia langsung bergegas pergi meninggalkan Remon di ruang tamu. Dia berlari ke arah kamar mandi, dan masuk ke dalam kamar mandi.
Bu Dewi dan Remon saling menatap.
"Fatia kenapa?" tanya Remon.
"Biasa. Dari kemarin dia memang suka mual-mual gitu. Masuk angin mungkin Nak Remon," jawab Bu Dewi.
"Iya mungkin ya Tan. Dia mungkin kecapean. Karena akhir-akhir ini, dia sering lembur di kantornya.
"Iya. Mungkin begitu Nak."
Fatia masih berada di dalam kamar mandi. Dia masih menatap pantulan dirinya di depan cermin. Fatia kemudian membasuh mulut dan wajahnya dengan air.
"Kenapa, perut aku berulah lagi. Kenapa aku harus mual-mual segala di depan Mas Remon. Aku nggak mau, Mas Remon dan orang tua aku tahu dulu tentang masalah ini. Aku ingin bicara dulu dengan Pak Andre," ucap Fatia.
Setelah menuntaskan dan mengeluarkan semua isi perutnya,Fatia kemudian melangkah keluar dari kamar mandi.
Dia kemudian melangkah kembali ke ruang tamu.
"Fat, aku pulang dulu ya. Aku mau langsung ke kampus," ucap Remon.
Fatia tersenyum dan mengangguk.
"Iya Mas."
Sebelum Remon pergi, Fatia mencium punggung tangan Remon, calon suaminya itu. Setelah itu Remon pun pergi meninggalkan rumah Fatia.
****
Satu bulan sudah berlalu. Sejak kejadian di malam itu, Fatia selalu merasa resah. Dia takut kalau kejadian itu akan membuatnya sampai hamil. Dan akhirnya, ketakutan Fatia terjadi juga. Dia hamil anak Andre CEO di perusahaan tempatnya bekerja.
Fatia tidak tahu, apakah Andre mau bertanggung jawab dengan kehamilannya atau tidak. Karena yang Fatia tahu, Andre itu lelaki yang dingin dan tempramen. Belum pernah ada satu orangpun dari karyawan Andre yang berani membantahnya. Karena Andre tidak akan pernah main-main untuk memecat seorang karyawan.
Andre Deniswara. Seorang pengusaha muda yang menggantikan posisi ayahnya menjadi seorang CEO di perusahaan milik ayahnya. Setelah ayah Andre pensiun, Andre yang menjadi pemimpin di perusahaan ayahnya.
Pagi ini, Fatia masih mondar-mandir di kamarnya.
"Aku harus temui Pak Andre. Dia harus tanggung jawab dengan semua perbuatannya. Gara-gara dia, aku hamil. Dan aku nggak mungkin meminta Mas Remon untuk tanggung jawab. Karena anak ini bukan anaknya Mas Remon. Tapi anaknya Pak Andre," ucap Fatia.
Fatia bergegas untuk ke kamar mandi. Dia mandi dan setelah itu, dia ganti baju. Setelah rapi, Fatia pun ke luar dari kamarnya.
"Fatia. Kamu udah mau ke kantor?" tanya Bu Dewi.
"Iya Ma."
"Nggak mau sarapan dulu?"
"Nggak usah Ma. Aku lagi malas sarapan."
Fatia buru-buru pergi ke luar.
"Fat. Kamu nggak mau nungguin Remon jemput kamu?" Seru Bu Dewi setelah Fatia sampai di pintu depan.
"Nggak Ma. Aku mau naik taksi aja."
Fatia melangkah ke arah jalanan untuk menunggu taksi. Setelah taksi berhenti di depannya, Fatia kemudian masuk ke dalam taksi. Fatia kemudian meluncur pergi meninggalkan rumahnya untuk menuju ke kantornya.
Sesampai di depan kantor, Fatia pun turun. Dia melangkah masuk ke dalam kantor dan menuju ke ruangannya.
Fatia kemudian duduk di ruangannya.
Beberapa saat kemudian, seorang wanita bernama Erin duduk di sisi Fatia. Kebetulan meja Erin dan Fatia bersebelahan. Dan Erin adalah rekan kerja sekaligus sahabat yang baik untuk Fatia.
"Tumben banget jam segini sudah nyampe?" Basa-basi Erin.
"Iya."
Fatia diam. Dia menundukan kepalanya.
"Kamu kenapa? lagi ada masalah?"
Fatia menatap Erin dan menggeleng.
"Bohong."
"Nggak. Aku nggak bohong kok. aku memang lagi nggak punya masalah."
"Tapi kalau kamu lagi ada masalah, cerita ya ke aku. Siapa tahu aku bisa nyari solusi untuk masalah kamu dan bisa bantu kamu untuk mengatasi masalah ini."
"Nggak enak lho. Masalah di pendam sendiri. Bicarakan saja, agar bisa meringankan beban di hati kamu."
"Iya."
Bagaimana mungkin Fatia akan menceritakan masalahnya pada orang lain. Itu sama saja, dia membongkar aibnya sendiri.
Beberapa saat kemudian, seorang lelaki lewat di depan tempat kerja Fatia dan Erin. Yah, dia ceo di perusahaan Fatia. Lelaki yang sudah menghancurkan hidup Fatia di malam itu.
"Eh, lihat deh Fat. Pak Andre. Sombong banget ya. Masak dia lewat di depan kita nggak menyapa kita sedikit pun."
"Ya, karena dia itu bos. Dia itu minta di sapa dulu."
"Tapi beda banget sama ayahnya. Dia itu ramah banget. Tapi punya anak, bisa sombong banget begitu."
Fatia bangkit berdiri.
"Kamu mau ke mana?" tanya Erin.
"Aku mau ke toilet sebentar."
"Oh iya Fat."
Fatia kemudian melangkah pergi meninggalkan Erin. Dia akan menemui Andre di ruangannya. Dia ingin bicara empat mata dengan Andre.
Fatia masih berdiri di depan ruangan sang ceo. Dia ingin mengetuk pintu ruangan Andre. Tapi dia ragu.
"Apa aku sanggup untuk menghadapinya."
Tanpa berfikir lama, akhirnya Fatia memberanikan diri untuk mengetuk pintu ruangan Andre.
Tok tok tok...
"Permisi..."
"Masuk...!" Suara Andre sudah terdengar dari luar ruangannya.
Dengan takut-takut, dan hati bergetar, Fatia melangkah masuk ke dalam ruangan Andre.
Andre menatap tajam ke arah Fatia.
"Ada apa?" tanya Andre.
Fatia hanya bisa menegak ludahnya saat Andre menatapnya tajam.
"Sa-Saya... ingin bicara empat mata dengan bapak."
"Bicara apa?" tanya Andre yang sudah mulai serius.
Fatia mendekat ke arah Andre.
"Duduk!" Pinta Andre.
"Baik Pak." Fatia kemudian duduk di depan Andre.
Fatia menghela nafas dalam. Dia harus kuat mental saat bicara degan Andre.
"Ada apa?" tanya Andre yang sudah mulai penasaran dengan kedatangan Fatia.
"Sa-Saya..." Fatia masih ragu untuk bicara. Bagaimana jika Andre, tidak mau tanggung jawab dengan semua perbuatannya.
"Saya apa?"
"Saya hamil Pak."
Andre terkejut bukan main saat mendengar ucapan Fatia.
"Apa! kamu hamil? kamu yakin kalau itu anak aku?"
Fatia mengangguk.
"Iya Pak. Karena aku cuma pernah melakukan hubungan itu dengan bapak."
"Nggak mungkin kamu bisa hamil secepat itu Fatia. Mungkin saja, kamu hamil sama cowok lain. Mungkin saja kamu hamil sama pacar kamu."
"Demi Tuhan Pak. Saya memang hamil anak bapak. Dan sekarang saya sedang mengandung darah daging bapak."
Andre benar-benar bingung dengan pengakuan Fatia. Karena dia melakukan hubungan itu hanya satu malam saja.
Andre sejak tadi tampak diam. Sepertinya dia masih tampak berfikir.
'Kenapa bisa Fatia hamil. Padahal aku hanya melakukannya sekali.'
"Pak. Bapak harus tanggung jawab dengan kehamilan aku. Bapak harus nikahin aku."
"Apa! nikahin kamu? kamu udah gila ya? bagaimana mungkin aku akan nikahin kamu Fatia. Aku tidak mencintai kamu."
"Tapi Pak. Bagaimana dengan kehamilan aku."
"Gugurkan ! gugurkan kehamilan kamu itu. Aku tidak mau sampai ada orang yang tau tentang kehamilan kamu itu."
Fatia terkejut saat mendengar ucapan Andre.
"Apa! di gugurkan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Rice Btamban
tetap semangat
2023-02-05
1
alifa
lanjut Thor, semangat berkarya 💪😘
2022-12-09
2