Andre tiba-tiba menulis cek sebesar seratus juta. Dia kemudian menyodorkan cek itu ke arah Fatia.
"Ini. Ambil cek ini. Dan mulai sekarang, kamu pergi dari sini! Pergilah dari kehidupanku. Dan jangan pernah kamu muncul lagi di kehidupan aku. Dan mulai sekarang, kamu aku pecat...!" ucap Andre yang membuat Fatia terkejut.
"Apa! di pecat?" pekik Fatia.
"Iya. Mulai hari ini, kamu bukan karyawan di sini lagi," ucap Andre menegaskan.
Fatia tidak menyangka kalau pengakuannya pada Andre, justru membuatnya di pecat. Dia fikir, Andre akan bertanggung jawab. Tapi ternyata Andre malah memecat Fatia.
"Tapi Pak Andre. Tolong, jangan pecat saya. Saya masih butuh pekerjaan ini Pak," ucap Fatia memohon.
"Fatia. Cek segini cukup kan untuk kamu! kamu gugurkan anak itu, atau kamu pergi dari kehidupan aku. Dan jangan bicarakan masalah ini dengan siapapun...!" ucap Andre dengan nada tinggi.
Jika sudah seperti ini, apa yang bisa Fatia lakukan. Dia sudah tidak bisa berkutik lagi. Andre sudah memecatnya dan menyuruh Fatia untuk menggugurkan kandungannya.
Andre diam. Dia tidak memperdulikan lagi ucapan Fatia. Dia lebih memilih untuk melanjutkan pekerjaannya.
Fatia sejak tadi masih duduk di depan Andre sembari menatap cek yang bernilai seratus juta itu.
'Apakah seperti ini, cara orang kaya memperlakukan orang miskin seperti aku. Pak Andre jahat banget sih. Kenapa dia tega bicara seperti itu sama aku. padahal jelas-jelas dia yang sudah menghamili aku. Bukan lelaki lain.'batin Fatia.
"Kenapa kamu masih di sini heh...!" sentak Andre yang membuat Fatia terkejut.
"Pergi kamu dari ruanganku dan bereskan semua barang-barang kamu. Besok, kamu tidak usah kerja lagi di kantorku. Cari saja perusahaan lain yang mau menerima kamu untuk jadi karyawannya," ucap Andre.
Fatia meneteskan air matanya. Dia kemudian mengusapnya kasar. Dia tidak mau menangis di depan Andre. Bisa saja Andre menyeretnya dari ruangannya.
"Kenapa kamu malah nangis di sini hah...! kamu punya telinga kan? Kamu nggak tulikan? pergi kamu dari sini...!" Andre kembali mengusir Fatia.
Andre mengusir Fatia dari ruangannya. Bukannya mendapat keadilan, justru Fatia malah di pecat dari kantor. Itu membuat hati Fatia sangat sakit.
Fatia bangkit dari duduknya. dia kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangan Andre. Fatia kemudian melangkah ke ruangan kerjanya. Di sana, tampak Erin masih berkutat di depan layar monitornya.
Erin terkejut saat melihat kedatangan Fatia. Karena mata Fatia tampak sembab seperti habis menangis tadi.
"Fatia. Kamu kenapa? kamu habis nangis?" tanya Erin penasaran.
Fatia menatap Erin dan menggeleng.
"Aku nggak apa-apa," ucap Fatia sembari mengusap sisa-sisa air matanya.
"Katanya kamu mau ke toilet. Kenapa ke toilet lama sekali?" tanya Erin.
Fatia diam. Dia tidak langsung menjawab pertanyaan Erin.
Fatia kemudian membereskan meja kerjanya.
"Lho Fat. Kamu kok beres-beres? mau ke mana? kamu mau pulang?" tanya Erin. Dia tidak tahu saja, kalau sahabatnya itu sudah di pecat oleh bosnya.
"Iya. Mulai besok, aku sudah tidak kerja di sini lagi" jawab Fatia.
"Lho. Kok gitu?" tanya Erin yang masih tidak mengerti.
"Aku di pecat Rin."
Erin tampak terkejut.
"Apa! Siapa yang sudah mecat kamu?"
"Pak Andre."
"Salah apa, kamu sama dia?"
Fatia diam. Dia kemudian mengedikan bahunya.
"Nggak tahu."
Erin hanya bisa melongo. Menyaksikan sahabatnya yang tiba-tiba saja di pecat dari pekerjaannya.
"Nggak mungkin Pak Andre tiba-tiba saja mecat kamu tanpa alasan. Apa kamu sudah membuat salah sama dia?" tanya Erin.
Erin tidak menyangka, kalau Fatia akan dipecat dari kerjaannya begitu saja.
"Aku nggak pernah buat salah," jawab Fatia.
'Justru dia yang sudah bersalah. Dia yang sudah merenggut kesucianku.' batin Fatia.
Setelah membereskan meja kerjanya, Fatia kemudian melangkah ke ruangan Andre lagi. Tanpa mengetuk pintu, kemudian dia masuk.
Fatia membawa cek dan tiba-tiba saja, dia sudah menggebrak meja kerja Andre ...!
Bruak...
Andre terkejut saat melihat Fatia. Dia membelalakkan matanya dan menatap tajam ke arah Fatia. Andre bangkit berdiri.
"Apa-apaan ini?" Ucap Andre.
Fatia menyobek-nyobek kertas yang dipegangnya.
"Aku nggak butuh uang ini. Aku nggak butuh Pak Andre yang terhormat," ucap Fatia.
Fatia kemudian melempar sobekan kertas itu ke wajah Andre.
"Apa..! beraninya kau Fatia...!" Andre masih tidak menyangka kalau Fatia akan seberani itu padanya.
"Aku benci sama kamu Pak Andre. Kamu itu jahat! kamu sudah menghamili aku, dan sekarang kamu tidak mau bertanggung jawab!," ucap Fatia dengan nada tinggi.
"Sssttt...! jangan kencang-kencang ngomongnya. Kalau sampai ada orang yang tahu masalah ini, aku nggak akan pernah bisa memaafkan kamu Fatia...!"
"Biarin. Biarin semua orang tahu dengan kebejatan anda. Asal anda tahu ya Pak Andre. Kalau aku tidak akan pernah menggugurkan kandungan ini. Aku nggak akan pernah membunuh calon anakku sendiri. Karena aku masih punya hati nurani."
Andre sudah mengepalkan tangannya geram. Rahangnya sudah mulai mengeras. Andre benar-benar tidak menyangka dengan sikap Fatia. Baru kali ini, ada seorang wanita yang berani menantang Andre.
Andre mendekat ke arah Fatia. Dia kemudian menatap Fatia tajam.
"Kamu berani melawan ku heh..! Kamu tidak tahu siapa aku?"
"Apa! apa yang mau kamu lakukan Pak Andre. Kamu itu memang orang kaya. Dengan uang kamu bisa melakukan apapun. Tapi ingat. Hukum karma itu ada...! sekarang anda bisa membuang ku dan darah daging mu sendiri. Tapi Tuhan pasti akan menghukum kamu suatu hari nanti."
"Halah, terserah apa kata mu. Aku nggak perduli. Sekarang pergilah kamu dari sini. Jangan injakan kaki kamu lagi di kantor saya...! mengerti...!"
Sudah habis kesabaran Fatia. Andre sudah benar-benar keterlaluan karena dia menyuruh Fatia untuk menggugurkan anak yang di ada di dalam kandungnya itu. Sesuatu yang tidak akan pernah mungkin Fatia lakukan. Membunuh darah dagingnya sendiri.
Fatia sudah tidak mau berlama-lama di ruangan Andre. Fatia kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangan Andre.
Dia melangkah kembali ke meja kerjanya.
"Fatia. Kamu mau pergi?" tanya Erin menatap iba Fatia.
"Iya. Aku udah di pecat."
"Tapi kamu dapat pesangon kan?"
Fatia menggeleng.
"Lho. Kok bisa begitu. Seharusnya Pak Andre memberikan kamu pesangon."
"Nggak perlu. Aku juga cuma sebentar kerja di sini. Belum ada setahun juga."
"Tapi tetap aja Pak Andre sudah keterlaluan."
"Aku pergi ya. Kalau kamu mau main ke rumah aku, main aja."
Erin tersenyum. Sebelum Fatia pergi, Erin memeluk tubuh Fatia.
"Sabar ya Fat. Kamu pasti kuat. Kamu pasti akan cepat mendapat pekerjaan lagi Fat." ucap Erin sembari mengusap-usap bahu sahabatnya. Dia tidak tahu saja, kalau Fatia di pecat itu karena dia hamil.
Fatia melepaskan pelukannya. Dia kemudian menatap Erin.
"Aku pergi dulu ya. Kamu baik-baik di sini" ucap Fatia sebelum pergi.
Erin mengangguk.
Fatia kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangan kerjanya.
Dia melangkah ke luar dari kantor Andre.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Rice Btamban
lanjutkan
2023-02-05
0
qtine
andre...andre...aku tgg kebucinan km...
aku harap Fatia ttp sama tunangany
2023-01-07
1