"Pak Parman kabur, perempuan tengil itu pura-pura mau beres-beres kamar. Ada apa ini? Aku muncul sudah seperti setan bagi mereka. Terus aku harus nunggu di sini? Ini waktunya kerja, kenapa dia seenaknya bikin jadwal baru di rumah ini," Pria itu menggerutu sendiri setelah sadar tinggal sendirian di ruang itu, berdiri mematung di tempatnya semula.
"Gak bener banget kalau begini," ia bergegas ke kamarnya, setengah berlari pria itu menapaki anak tangga.
Ceklek! [ Suara pintu di buka]
Sekilas ia tidak melihat anak Bu Ros di kamar nya, ia juga enggan jika harus memeriksa ke semua sudut yang ada di kamarnya itu. Namun ia yakin, perempuan itu masih ada di sekitar sini.
Akhirnya ia memilih untuk membaringkan tubuhnya di kasur dengan pisisi telentang. Kedua tangan dan kakinya sengaja dibuka lebar hingga memenuhi tempat tidurnya.
Ia memaksimalkan pendengaran begitu lamat-lamat ada suara dari ruang kerjanya.
"Apanya yang mau dibersihin. Satu debu pun tak ada yang menempel di sini," Ken berkacak pinggang mengamati isi ruangan dan pandangan terpaku pada 5 monitor dengan layar 30 inc itu berjajar di dinding ruang itu.
Barisan keyboard juga tersusun rapi di meja yang panjang sesuai dengan pasangan layarnya masing-masing. Anehnya, hanya ada satu kursi dengan kaki yang beroda yang ada di depan meja itu.
" Eh ..Semuanya on! Apa dia main game dengan membabi buta seperti ini?" Seru Ken kaget karena ia melihat layar dalam kondisi sleep.
Di sisi ruang ada rak buku yang cukup besar. Ken bisa melihat beberapa buku dengan ketebalan yang cukup membuat orang malas untuk membukanya tersusun rapi di rak itu.
"Hemmm...... benar-benar aneh," oceh Ken lagi.
"Apa aku harus mengelap keyboard ini satu persatu? Tapi ini juga bersih. Terus apa yang mau diberesin,"
Ken masih bingung dengan apa yang akan dikerjakan. Koceng di tangannya itu akan di sapukan ke bagian yang mana, sedangkan semua sudut yang ada di ruang itu terlihat bersih, rapi, dan mengkilap.
Merasa putus asa, Ken mengayuh sapu yang ia bawa dari bawah di atas ubin. Hampir separoh ruangan itu sudah ia sapu, hasilnya tidak satu helai rambut atau kotoran yang terseret oleh ijuk berwarna hitam itu.
"Ha.....sama aja boong kalau begini. Mungkin di ruang yang lain, kali,"
Ken tidak melanjutkan pekerjaannya tadi, ia membalikkan badan dan meninggalkan ruang itu tanpa ada yang bisa di bersihkan. Kini ia kembali ke ruang, persis saat ia masuk ke lantai dua ini. Namun belum juga melangkah, ia dikagetkan dengan kehadiran pemilik rumah yang tengah telentang di atas tempat tidur.
Ken tau persis bosnya itu tidak dalam keadaan tidur, matanya terbuka lebar dan menatap langit-langit kamar.
Ken jadi serba salah, maju atau mundur lagi? Jika mundur berarti ia akan menghabiskan waktu di sini tanpa ada yang bisa di kerjakan, jika maju mau apa dia?
Membereskan tempat tidur? Pemiliknya sedang berbaring di tempat tidur, mau ke ruang sebelahnya lagi, Ken tidak tau di sana ada apa. Sejak masuk ruangan ini, ia langsung menuju ke ruang yang berisi monitor dan rak buku.
Ken semakin putus asa, ia berdiri mematung di perbatasan ruang masih dengan kemoceng dan sapu yang ada di tangannya.
"Bagaimana ini," pekiknya dalam hati. Ia nyaris tidak bisa menguasai diri. Antara takut dan bingung apa yang mau dikerjakan kumpul menjadi satu di otaknya.
"Maaf, Pak. Ruang sebelah sudah rapi, saya harus membersihkan yang mana lagi," tanya Ken begitu hati-hati.
Tidak ada Jawaban. Ken tetap berdiri ditempatnya semula, mungkin pria itu tidak mendengar suaranya. Akhirnya ia mengulangi pertanyaan yang sama dengan volume yang yang sedikit keras.
Tetap tidak ada jawaban, merespon dengan gerak tubuhnya pun tidak. Pria itu masih dalam posisinya semula.
Ken melintasi tempat tidur itu dan menuju ke ruang yang ada di seberang, ruang yang dibatasi dengan tembok tampa ada pintu. Ternyata ini ruang ganti yang terhubung langsung dengan kamar mandi.
Ken memeriksa kamar mandi terlebih dahulu sebelum ia membereskan ruang ganti. Begitu ia membuka pintu, ia seperti berada di ruang pameran yang menampilkan desainer kamar mandi. Lagi-lagi semuanya bersih rapi bahkan ia tidak melihat ubin di kamar itu basah terkena air. Keset yang tergeletak di depan pintu, handuk, peralatan mandi, dan terakhir closet. Bersih!
"Terus aku harus ngapain," teriak Ken makin bingung.
"Ah, sudahlah, seperti memang tidak ada yang harus aku bereskan di sini,"
Ken menutup kembali kamar mandi itu dan kini ia berada di ruang ganti. Ia melihat ada keranjang di sisi lemari yang cukup besar.
"Sepertinya ini tempat pakaian kotor,"
Ken membuka keranjang itu dan melihat beberapa lembar baju tergeletak di situ.
"Baju kotor atau baju yang belum disetrika?" pikir Ken lagi.
Ia tidak mencium bau sesuatu yang mencirikan bahwa baju itu bekas di pakai. Untuk memastikannya, Ken mengambil satu pakaian yang paling atas dan menciumnya perlahan, "masih wangi, ga ada bau keringat sama sekali,"
Ken tidak sadar jika tingkahnya itu diamati oleh majikan ibunya yang sudah berdiri di belakangnya sejak tadi.
"Kau takut melihatku, tapi pakaianku kau cium-cium seperti itu," suara yang datang dari arah belakang itu cukup membakar telinga Ken. Ingin rasanya ia ditelan bumi saat ini juga agar tidak menampakkan wajahnya lagi di depan orang ini. Malu! Satu kata yang ada di pikiran Ken saat ini.
Ken tetap terduduk di depan keranjang itu, ia tidak berani mengangkat wajahnya apa lagi harus berdiri dan melihat orang itu. Yang bisa ia lakukan hanya membuang mukanya sedalam mungkin dan memejamkan matanya rapat-rapat.
"Maaf, aku cuma mau memastikan apakah ini pakaian kotor atau bukan," Ken mencoba bersuara untuk memberikan penjelasan agar orang itu tidak punya prasangka yang bukan-bukan padanya.
"Hemmm," pria itu hanya bergumam dengan nada yang sulit untuk ditafsirkan.
"Betulan, Pak. Aku ga bohong,"
"Sejak tadi aku mendengar semua ocehanmu," ujar pria itu dengan nada datar.
"Maaf, Pak. Aku bingung. Apa yang aku kerjakan di ruang ini. Semuanya bersih,"
"Kenapa kau memanggilku, Pak. Tadi kau panggil aku Tuan Bagus. Seenak-enaknya saja kau,"
"Maaf, tadi Pak Parman bilang jika dia memanggil anda Den Bagus, aku kira nama anda Bagus," Ken terpaksa berbohong.
"Berdirilah," perintah pria itu.
Karena sudah mendapat perintah dari bosnya, Ken segera berdiri dan membalikkan tubuhnya saat itu juga. Dia tidak menyangka jika lagi-lagi pandangan mereka harus bertemu dalam jarak yang begitu dekat seperti ini.
"Maaf," Ken kembali menundukkan kepalanya.
"Apa aku begitu menakutkan?" tanya pria itu.
Ken tidak menjawab, ia hanya menggeleng kepalanya pelan.
Lagi-lagi pria itu mengambil dagu Ken dan mengarahkan pandangan ke depan. Kini Ken bisa melihat, pria itu begitu intens menatapnya. Matanya yang biru begitu teduh untuk terus dipandang.
"Waktunya saja kerja, tinggalkan tempat ini," ucapnya begitu tegas.
Tanpa harus menunggu, pria itu membalikkan tubuhnya dan berjalan ke ruang kerjanya.
Merasa di usir, buru-buru Ken meninggalkan tempat itu, ia langsung kabur begitu saja. Melupakan sapu, kemoceng, dan pakaian kotor majikannya.
"Tau begini, aku tidak mau mengganti ibu," teriaknya penuh sesal. Dengan perasaan sedih, malu, dan tersinggung Ken setengah berlari menuruni anak tangga dan berlari ke kamarnya.
Butuh waktu Ken untuk menenangkan diri agar bisa menyelesaikan pekerjaannya kembali.
******
Happy reading all! Author tidak bosan-bosan minta dukungannya. Mohon untuk tinggalkan
✓ LIKE
✓ KOMENTAR
✓ VOTE -nya ya🙏🙏🙏
Apresiasi dari kalian semua membuat saya semakin bersemangat untuk update. terimakasih 😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
dyah
ceritanya bagus
2022-03-15
0
Radin Zakiyah Musbich
Ceritanya seru kak 👍👍👍
ijin promo ya 🍜🍜🍜
jgn lupa baca novel dg judul "HITAM"
kisah tentang pernikahan yg tak diinginkan,
jangan lupa tinggalkan like and commen ☀️☀️☀️
2021-01-07
0
Isu💟THY
👍👍👍👍👍
2020-09-20
1