Usai subuh, Bu Ros sudah berangkat. Ia diantar oleh Pak Parman, tentu saja atas izin bosnya. Malam itu Ken ikut menginap di rumah majikan ibunya, karena tidak bisa tidur lagi ia segera ke dapur. Menunaikan tugasnya sebagai asisten rumah tangga di rumah ini, menggantikan ibunya.
Ken membuka kitchen set dimana ibunya menyimpan daftar menu untuk bos besar. Di situ hanya tercantum menu makan siang dan malam selama 40 hari. Sarapan tidak ditulis oleh ibunya.
"Masak apa?" Ken berpikir sesaat. Ia melihat di majic com masih ada nasi dan di kulkas juga sudah siap berbagai sayuran segar dan lauk pauk yang sudah siap di masak.
"Nasi goreng seafood cabe ijo, seperti cocok nih. Ada cumi dan udang yang tersimpan di box,"
Ken mengeluarkan 3 cumi ukuran sedang dan 5 udang dari box. Menyiapkan bumbunya sekaligus. Cabe hijau keriting tiga biji, bawang merah dan bawang putih, garam, menghaluskannya dengan cobek kecil dari batu.
"Masaknya nanti, jam 08.30 biar hangat begitu bos besar siap sarapan,"
Ken juga melihat di kulkas banyak jambu biji yang masih segar. Sepertinya baru di petik dari kebun di belakang rumah.
"Apa aku bikin jus, ya? Tapi ibu tidak pesan jika harus menghilangkan jus saat ia makan. Tapi ga apalah, toh sarapannya nasi goreng, tidak ada serat sama sekali,"
Ken mengeluarkan 3 buah jambu biji dan memotongnya menjadi beberapa bagian. Setelah menambahkan sedikit gula, ia blender buah itu hingga halus kemudian menyaringnya agar bijinya terpisah. Tidak lupa, Ken membagi jus itu menjadi tiga gelas dalam ukuran yang sama, satu untuk sang majikan, satu untuk pak Parman, dan satunya untuk dirinya sendiri.
*****
Nasi goreng yang masih ngebul, Ken tempatkan pada satu wadah ukuran sedang. Tidak lupa ia juga menyiapkan centong berikut piring, sendok dan garpunya. Telor ceplok, potongan timun, selada dan kerupuk udang juga sudah disiapkan sebagai pelengkapnya.
Satu gelas jus jambu merah, dan satu gelas air putih hangat sudah Ken siapkan di atas meja.
"Sepertinya sudah lengkap,"
Ia ingat pesan ibunya, "Jangan pernah menampakkan muka di depannya," jadi Ken berpikir bagaimana agar ia bisa mengetahui apakah rasa nasi goreng itu sudah pas atau belum jika tidak boleh menanyakan secara langsung.
Akhir Ken mengambil satu lembar kertas memo kecil dan menuliskan sesuatu pada bosnya.
"Maaf, Pak. Jika menunya kurang asin atau terlalu pedas mohon ditulis di sini. Bisa dikasih catatan khusus agar besok saya koreksi rasanya. Selamat menikmati makanannya,"
Ia sematkan kertas itu di bawah gelas yang berisi air putih agar terlihat jelas oleh bos besar. Kemudian ia kembali ke kamarnya karena sudah saatnya si bos turun untuk sarapan pagi.
Sebentar-sebentar Ken mengintip dari balik hordeng kamarnya, ia masih penasaran seperti apa tampang majikan ibunya itu. Kenapa ia begitu misterius. Apakah ia cacat fisik, buruk rupa, atau punya kekurangan lainnya hingga ia begitu menutup diri dari dunia luar.
"Sudah jam 09.00 tapi orangnya belum turun?" Ken bertanya pada dirinya sendiri.
Akhirnya ia merapikan tempat tidurnya, mengeluarkan pakaiannya yang masih ada di tas dan menyusunnya di dalam lemari pakaian ibunya. Menyiapkan satu stel pakaian ganti yang akan dikenakan setelah ia mandi.
Jika libur kuliah ia memang mandi lebih siang, setelah membereskan rumah dan menyelesaikan semua tugas-tugasnya. Saking malasnya, kadang mandinya di rapel, sore sekalian.
Ken kembali lagi ke jendela, ia membuka sedikit hordengnya dan mengintip ke arah meja makan.
Jantung Ken berdetak seketika itu juga, ia melihat seorang pria tengah menikmati sarapannya dengan begitu tenang. Wajahnya tidak terlihat begitu jelas karena ia duduk menyamping ke arah kamar yang di tempati Ken. Pria itu mengenakan kaos putih tanpa kera dan celana pendek di atas lutut.
"Sepertinya tidak menyeramkan," bisik Ken dalam hati.
Tiba-tiba Ken ingat sesuatu, ia belum menyiapkan air putih hangat dan koran seperti pesan ibunya. Harusnya sebelum ia masuk kamar, ia lebih dulu menyiapkan itu agar tidak bertemu majikan ibunya.
"Duh, bagaimana ini. Jika aku siapkan sekarang berati aku menampakkan diri di depan pria itu,"
Kamar yang ditempati letaknya di sisi dapur, berbatasan langsung dengan ruang makan. Jika ia keluar dan mengambil air di dapur pasti akan terlihat oleh orang itu. Terus ia juga harus melintasi meja makan jika akan keluar menuju teras depan.
"Kalau nunggu ia selesai makan, berarti lebih parah lagi, ia pasti akan bertemu pria itu di depan. Dia juga pasti akan marah, koran dan air minumnya belum siap ditempat. Duh, gimana ini?" Ken menepuk keningnya dengan keras. Kenapa ia begitu lalai. Mengingat tugas yang remeh seperti itu saja sampai lupa.
"Ah sudahlah, apapun resikonya, aku harus keluar. Masa ga ada toleransinya. Namanya juga hari pertama kerja, wajar kalau ada kesalahan,"
Ceklekkkk [ suara pintu dibuka]
Kemudian Ken menutupnya kembali dengan pelan. Dengan mengendap-endap ia berjalan ke arah dapur. Ia tidak berani menoleh ke arah majikannya. Dari sudut matanya ia bisa melihat pria itu tetap menikmati sarapannya tanpa bergeming sedikitpun.
"Syukurlah," ujar Ken begitu lega ketika majikannya itu tidak merasa terganggu dengan kemunculan di dapur.
Ken mengambil gelas berukuran besar kemudian mengisinya dengan setengah air panas dan memenuhi sisanya dengan air biasa sehingga suhunya menjadi hangat-hangat kuku. Kemudian ia meletakkan gelas itu di atas nampan kecil, tidak lupa ia tutup gelasnya itu agar awet hangatnya.
Dengan setengah berjinjit, Ken melintas di meja makan, berjalan pelan menuju teras. Tatapannya tetap tertunduk agar ia tidak melihat sang majikan yang masih duduk di meja makan.
"Apa Bu Ros sudah berangkat?" tanya Pria itu dengan nada lembut. Masih duduk di tempatnya semula.
Ken benar-benar kaget. Langkahnya terhenti seketika itu juga, tepat di belakang pria itu. Untung ia segera menguasai diri hingga air yang ada ditangannya tidak tumpah karena tubuhnya yang nyaris bergetar.
"Iya, usai subuh ia sudah berangkat diantar Pak Parman,"
Ken memalingkan wajahnya ke arah pria itu. Dilihatnya punggung pria itu yang begitu lebar dan bahu yang kekar. Tengkuknya yang putih dan bersih ditumbuhi anak-anak rambut yang lebat dan tidak beraturan. Meskipun potongan rambutnya pendek, Ken bisa melihat rambut manjikannya itu bergelombang dan tebal.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Ken memberanikan diri karena cukup lama ia diam, pria itu tidak bersuara. Suaranya masih terbata-bata, Ken begitu khawatir kehadirannya menganggu pria itu, seperti yang sudah dipesankan oleh ibunya.
Pria itu masih diam. Ia meraih gelas dan meneguk air putih yang masih tersisa setengah gelas itu hingga tidak bersisa satu tetes pun dengan pelan. Tak lama kemudian ia menggeser kursinya ke belakang dan berdiri dari tempat duduknya.
Ia membalikkan tubuhnya, hingga jarak mereka kini begitu dekat. Pria itu berdiri persis di samping Keny dengan pandangan yang tajam ke arah gadis itu.
********
Happy reading all! Author tidak bosan-bosan minta dukungannya. Mohon untuk tinggalkan
✓ LIKE
✓ KOMENTAR
✓ VOTE -nya ya🙏🙏🙏
Apresiasi dari kalian semua membuat saya semakin bersemangat untuk update. terimakasih 😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Ersa
jeng jeng ...
2023-08-11
1
Ratna_Na🐬
Astaga aku Deg degan..
2020-10-03
2
Isu💟THY
next
2020-09-20
2