MILLIARDER CINTA GADIS KAMPUNG
"Lepaskan! Jangan kalian pikir mentang-mentang orangtuaku memiliki hutang dengan juragan Somad, bisa seenaknya kalian membawaku!" teriak Popoy atau Tiara dengan lantang, sambil menggigit tangan Dodoy dan Tono.
Dodoy dan Tono berteriak kesakitan, mereka spontan melepaskan pegangannya pada tangan Popoy.
Kesempatan itu, Popoy pergunakan untuk lari secepat mungkin, menghindar dan sembunyi dari kejaran kedua anak buah juragan Somad.
Sifat dan perilaku Popoy yang agak tomboy, membuat dirinya tidak merasa takut untuk melawan kedzaliman orang-orang seperti juragan Somad beserta para anak buahnya.
Kalau saja Popoy tidak sedang sakit, dia tidak akan lari dan mungkin bisa menang melawan keduanya.
Popoy bersyukur, dia menguasai ilmu beladiri, meski hanya dasar, yang dia dapatkan dari ekskul di sekolah.
Dengan nafas ngos-ngosan, Popoy bersembunyi di bawah bendungan dekat area persawahan. Tubuhnya kedinginan, karena berendam di dalam saluran air.
Untung saja makanan dalam rantang untuk ibu bapaknya sudah Popoy antar. Jika tidak, bakal tumpah dan terendam air.
Walaupun Popoy sedang sakit, tetap saja dia memasak untuk orangtuanya, karena Popoy tidak tega jika melihat sang ibu sudah lelah di sawah, masih harus memasak lagi untuk bekal makan siang.
Toni dan Dodoy yang masih mengejar Popoy, kini sudah berdiri di atas jembatan dekat bendungan air, dimana Popoy bersembunyi.
"Kemana gadis itu ya Ton, cepat juga larinya."
"Iya Doy, giginya juga sangat tajam, lihat lenganku! Masih saja mengeluarkan darah. Seperti Vampir saja, main gigit-gigit orang."
"Iya, sama. Lihat, lukaku malah lebih dalam dan takutnya bisa infeksi. Nanti, kita minta obat sama Bos, aku nggak mau kena rabies!" ucap Dodoy.
"Doy, Doy...memangnya kamu pikir dia anjing atau kucing, hingga kita bisa terkena rabies."
"Bisa saja, siapa tahu dia menulari kita virus rabies. Kamu ingatkan, tempo hari kita ke rumahnya? Banyak sekali kucing di sana."
"Iya ya, hihihi. Aku nggak mau ah, mati karena rabies. Yuk, kita pulang saja, minta obat sama Bos. Lagipula, gadis itu entah kemana. Nggak mungkinkan, jika dia bersembunyi di sekitar tempat ini, mana cuma ada sawah yang membentang dan padinya juga masih baru di tanam."
"Mungkin saja, jika dia bisa mengubah diri menjadi belut atau ular sawah. Hahaha...." canda Dodoy.
"Kamu canda melulu, tapi tunggu! Apa tidak sebaiknya kita cari dulu di dalam air. Barangkali dia bersembunyi di bawah bendungan irigasi itu!" ucap Tono sambil menunjuk ke arah bawah bendungan di mana Popoy bersembunyi.
Popoy berusaha tenang, agar tidak terlihat gerakan di dalam air. Dia, sebisa mungkin menahan nafas saat pandangan mata Toni dan Dodoy mengarah ke tempat persembunyiannya.
"Mana mungkin Ton! Jika memang dia bersembunyi di sana, pasti ada riak air, sedangkan sejak tadi air di sana tampak tenang."
"Iya juga ya. Ayo kita pulang! besok kita akan cari dia lagi. Aku akan buat perhitungan dengan gadis itu."
Keduanya pun berbalik pergi, menyusuri pematang sawah, sedangkan Popoy menyembulkan kepala di atas air untuk menghirup udara.
Setelah keduanya menjauh, Popoy naik ke pematang sawah, dia duduk sejenak memulihkan tenaga dengan tubuh yang masih menggigil.
Popoy bangkit dan berjalan menuju rumahnya. Kemudian, dia membersihkan diri, berganti pakaian, lalu mencari obat demam dan meminumnya.
Suhu tubuh Popoy makin panas, dia berharap setelah minum obat dan istirahat, demamnya akan segera turun.
Sambil menunggu demamnya reda, Popoy iseng menghubungi temannya. Dia mengenal Kania lewat Facebook dan akhirnya sering chatting via WhatsApp.
Popoy menanyakan, apakah ada lowongan pekerjaan di tempat Kania bekerja.
Karena Popoy melihat, uploadan Kania seringkali berlatarkan area perkantoran.
Kania mengatakan jika saat ini belum ada lowongan, tapi gadis itu menawarkan, agar Popoy datang dan tinggal dulu di rumahnya, sambil dia berusaha mencarikan pekerjaan untuk Popoy.
Popoy senang, dia akhirnya mendapatkan jalan keluar. Popoy akan pergi ke kota untuk mencari pekerjaan guna membantu keuangan orangtuanya.
Sekaligus, dia ingin menghindar dulu dari Juragan Somad dan anak buahnya sampai Ibu dan bapak, sanggup membayar hutang.
Kalau hanya bertahan di kampung, Popoy tidak yakin bisa membantu, malah mungkin akan semakin menyusahkan orangtuanya.
Sementara, tanggungan ibu dan bapak masih sangat besar untuk biaya kuliah sang Kakak yang tinggal di luar kota. Dan juga untuk biaya pondok pesantren, adik laki-laki Popoy.
Popoy bangkit dari tempat tidur, dia mengambil sebuah celengan berbentuk guci, lalu memecahkannya. Ternyata, isinya lumayan banyak, meski hanya uang pecahan lima ribu hingga sepuluh ribuan.
Uang itu hasil Popoy menabung selama 3 tahun dan rencananya untuk biaya pendaftaran kuliah. Tapi, melihat kondisi keuangan orangtuanya, Popoy tidak tega, dia tidak mau menambah beban ekonomi keduanya.
Biarlah, saat ini, Popoy putuskan untuk mencari pekerjaan dulu, baru memikirkan bagaimana nanti agar bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas.
Setelah Popoy hitung, ternyata jumlahnya sekitar 6 jutaan. Rencana Popoy, sebagian uang itu akan dia berikan kepada ibu dan sebagian lagi untuk biaya hidupnya di kota, sampai dia mendapatkan pekerjaan.
Popoy menyimpan uang tersebut ke dalam tas, lalu memasukkan kembali ke dalam lemari.
Setelah itu, dia membersihkan pecahan guci dan membuangnya ke tempat pembuangan sampah.
Sambil menunggu ibu dan ayah pulang, Popoy merapikan pakaian yang akan dia bawa. Malam ini juga, Popoy harus pergi meninggalkan kampungnya, sebelum juragan Somad beserta anak buahnya datang kembali untuk menangkapnya.
Sementara di rumah kediaman juragan Somad, Toni dan Dodoy di sambut dengan kemarahan sang majikan karena gagal menjalankan tugas.
Padahal, juragan Somad sudah tidak sabar ingin cepat-cepat menikahi Popoy, gadis yang sejak dua tahun lalu telah membuatnya tergila-gila.
Juragan Somad, memanfaatkan kesulitan ayah, dia menjerat ibu dan ayah dengan lilitan hutang, saat Intan, Kakak Popoy membutuhkan biaya kuliah yang cukup besar. Sementara, hasil sawah saat itu sedang menurun drastis karena serangan hama.
Mau tidak mau, ayah terpaksa meminjam uang kepada juragan Somad untuk biaya intan, sekaligus untuk biaya hidup mereka, sampai putaran panen berikutnya.
Dari situlah, ayah terus terlilit hutang, beliau hanya sanggup mencicil bunganya saja, sedangkan pokoknya belum terbayar sedikitpun.
Juragan Somad sengaja ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan apa yang sudah lama dia impikan, yaitu menjadikan Popoy sebagai istri kelimanya.
Dia tidak peduli, jika Popoy seharusnya lebih pantas menjadi cucu, ketimbang menjadi istri.
Toni dan Dodoy hanya bisa mengelus pipi, saat beberapa kali tamparan juragan Somad berhasil mendarat di pipi mereka.
Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah nasib Toni dan Dodoy saat ini. Sakit pada lengannya saja belum diobati, malah sekarang ditambah lagi dengan sakit pada pipi mereka.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
MIKU CHANNEL
gila aja mn mau ank msh belia disrh nikah sm rentenir, bandot tua, mending Tiara pergi semoga sukses tiara
2022-12-08
4