"Bu, maaf saya numpang tanya, kenal dengan yang namanya Kania, katanya rumahnya di jalan kuini ini?"
"Ciri-ciri orangnya bagaimana ya Neng? dan blok apa dan nomor berapa rumahnya?"
"Orangnya tinggi langsung dan sekitar 3 tahun lebih tua dari saya. Kalau blok dan nomor rumah saya nggak ingat Bu, soalnya hape saya kena jambret."
"Aduh Neng, susah kalau begini. Ada sih nama Kania yang ibu kenal, rumahnya di ujung jalan sana melewati perumahan elit dan masuk ke gang kecil."
"Kania yang ini bekerja di mana ya Bu?"
"Sepertinya kerja kantor Neng, pakaiannya selalu rapi dan biasanya kalau malam dia sering kesini membeli sembako, tapi malam ini tidak tampak."
"Oh, terimakasih Bu. Saya akan coba ke rumah Kania yang ibu bilang tadi, siapa tahu memang dia orangnya."
"Iya Neng, hati-hati ya Neng."
Popoy pun meninggalkan tempat tersebut, dia menunggu kenderaan umum atau taksi, tapi belum juga ada yang lewat. Hanya mobil pribadi dan motor lalu lalang di sana.
Daripada menghabiskan waktu menunggu, Popoy pun berjalan kaki menyusuri jalan tersebut sesuai petunjuk sang ibu, melewati perumahan mewah.
Hari semakin malam, jalananpun terlihat sepi, tapi Popoy tetap bertekad harus menemukan rumah sahabatnya itu.
Sementara ibu Kania menunggu kedatangan Popoy dengan cemas, seharusnya gadis yang ditunggunya itu, sudah sampai sejak tadi.
Beliau menelepon Kania, memintanya untuk menghubungi Popoy lagi.
Kania pun ikut cemas, padahal sebelumnya, Popoy mengatakan sudah hampir sampai ke terminal.
Awalnya Kania berusaha berpikir positif, barangkali ponsel Popoy kehabisan daya baterai.
Tapi, saat ibu meneleponnya lagi jika Popoy belum juga tiba, pikiran Kania menjadi buruk. Mungkinkah terjadi sesuatu terhadap sahabatnya itu.
Kania pun pamit untuk pulang duluan, dia akan mencari Popoy ke terminal, barangkali gadis itu masih ada di sana.
Dengan cemas, Kania pun melajukan motornya dengan kencang, dia berharap Popoy akan baik-baik saja.
Popoy melihat ke kanan dan kekiri, dia merasa takut karena suasana kian sepi. Apalagi saat dia melihat dua pemuda berandal, berjalan mengikutinya.
Pengalaman penjambretan tadi membuat Popoy makin waspada, dia tidak mau kejadian yang sama terulang lagi.
"Sebaiknya aku lari, daripada celaka," monolog Popoy.
Popoy berlari sambil menoleh kebelakang, dia ingin tahu apakah kedua berandal itu memang memiliki niat jahat atau hal itu hanya prasangkanya saja.
Ternyata benar, keduanya mengejar Popoy dan itu membuat Popoy makin mempercepat larinya.
Tapi, jangkauan lari seorang wanita tentu saja masih kalah dengan lari para pria.
Kedua pemuda berandal itupun berhasil mengejarnya dan tak ayal lagi Popoy terpaksa berhenti berlari.
Satu pemuda sudah berdiri di hadapannya dan satu lagi ada di belakang.
"Manis, mau kemana? Kenapa lari? Kami tidak akan menyakitimu, kita hanya ingin bersenang-senang. Ayo kesini manis!"
"Mau apa kalian? Biarkan aku pergi! Jangan coba-coba menghalangi ku atau kalian akan tahu akibatnya!" ucap Popoy sambil memasang kuda-kuda.
Popoy bersiap jika keduanya maju untuk menyerangnya.
"Hahaha, ternyata nyalimu besar juga ya. Ini yang aku senang, ada perlawanan. Benarkan Bro?"
"Iya, aku juga jadi nggak sabar untuk bermain-main dengannya. Biasanya wanita pemberani seperti ini, paling hot di atas ranjang."
"Hahaha, iya kamu benar Bro! Ayo manis!" ucap salah satu preman sambil berusaha hendak mmencolek wajah Popoy.
Popoy menepis tangan preman tersebut dengan kekuatan tangannya dan berandal tersebut pura-pura meringis menahan sakit.
"Hebat juga kamu ya, ayo sini manis, ini baru pemanasan."
"Aku juga penasaran, ingin tahu rasanya bagaimana kulit lembutmu itu menyentuh tubuhku," ucap preman satunya lagi sambil tersenyum mesum.
Popoy meludah, dia merasa jijik dengan pandangan kedua preman itu.
"Ternyata nggak di kampung, nggak di kota sama saja, banyak bajingan seperti kalian berkeliaran!" ucap Popoy.
"Oh, kamu dari kampung toh, pantas! tapi aku suka dengan gadis kampung, jinak-jinak merpati. Iya kan Bro!"
"Benar Wan! gadis kampung masih ori dan lugu. Aku suka, aku suka. Hahaha...."
Berandalan itupun makin mendekat dan berusaha menangkap Popoy. Popoy berhasil berkelit dan menendang salah satunya.
"Kalian jangan coba main-main denganku ya!" ucap Popoy sambil kembali melakukan tendangan terhadap lawannya.
Satu preman terjengkang dan satu lagi makin beringas untuk menangkapnya.
Tangan Popoy berhasil ditarik, tapi dia tidak mau menyerah. Satu tendangannya berhasil mengenai bagian vital preman tersebut. Dan preman itu menjerit sambil memegangi anunya.
Sementara yang satunya lagi bangkit sambil marah, "Ternyata kamu bukan sembarang gadis kampung. Sini manis, aku makin suka!"
"Aku orang pertama yang harus mencicipimu sayang!" ucap sang preman sambil kembali berusaha menangkap Popoy.
Popoy kali ini agak kewalahan, karena preman itu mulai mengeluarkan kemampuannya. Ternyata, dia juga menguasai ilmu beladiri.
Popoy terkena tendangan di bagian kakinya, hingga diapun jatuh dan meringis menahan sakit.
"Aku tidak boleh menyerah! Aku pasti bisa menyingkirkan mereka!" monolog Popoy.
"Hahaha, itu baru awal. Mari menyerahlah sayang. Aku akan memberimu kesenangan. Jadi simpanan Bang Bro akan lebih menyenangkan!"
Popoy kembali meludah, dia makin jijik melihat preman tersebut. Lalu, Popoy bangkit dan kembali memasang kuda-kuda.
"Maju kalian! Kalian pikir aku akan menyerah begitu saja. Jangan harap! Aku Popoy bukan sembarang gadis kampung!" ucap Popoy lantang sambil melepaskan tendangan yang tidak para preman duga.
Kali ini, tendangan Popoy telak mengenai perut lawan dan preman tersebut pun terjatuh sambil memegangi perutnya yang sakit.
Kemudian Popoy melakukan salto dan sebuah tendangan meluncur mengenai dada preman satunya lagi.
Keduanya meringis kesakitan, tapi mereka belum juga menyerah.
"Bajingan kamu! Ayo Bro kita beri dia pelajaran! Biar tahu dia, siapa kita sebenarnya!"
"Iya, Aku jadi makin penasaran. Kita akan membawa gadis ini kepada Bos besar, pasti beliau akan senang mendapatkan mangsa bringas seperti ini!"
"Kamu benar, kita akan mencari mangsa yang lebih lembut. Mari kita tangkap dia dan berikan dia pada Bos!"
Keduanya pun kembali bangkit dan kali ini mereka tidak main-main. Salah satunya mengeluarkan pisau.
Popoy sedikit ngeri melihat pisau mengkilap di bawah cahaya bulan. Tapi, dia tidak punya pilihan selain melawan.
"Ayo sayang, menyerahlah! Kamu akan hidup senang menjadi wanita kesayangan Bos kami! Daripada wajah cantikmu itu tergores, mending hidup enak 'kan? Aku jamin, Bos akan menyukaimu. Jadi, apapun yang akan kamu minta pasti akan dia turuti."
"Kalian pikir aku tergiur, kalau mau yang seperti itu, nggak perlu jauh-jauh merantau kesini, justru aku pergi karena menghindari hal itu."
"Kau samakan Bos kami dengan pria di kampungmu! Mereka belum ada seujung kukunya Bos kami!"
"Mau kekayaan Bos kalian setinggi gunung, aku nggak bakal tertarik dengan yang namanya bandot tua dan menjadi istri simpanan!"
"Hahaha....dasar perempuan bodoh! Kamu pikir Bos kami bandot tua, bahkan ketampanan 10 aktor Hollywood deretan papan atas masih kalah dengan Bos kami!"
"Menyerahlah, ayo ikut dengan kami!"
"Jangan harap! lebih baik aku mati daripada ikut dengan bajingan seperti kalian!"
Popoy sudah memasang kuda-kuda lagi, dia siap melawan para berandal meski nyawa taruhannya.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments