Boleh Ku Pinjam Rahimmu?

Boleh Ku Pinjam Rahimmu?

Boleh Ku Pinjam Rahimmu 1

Aku menatap layar handphone ku, terlihat wajah mungil nan lucu muncul di layar. Gelak tawanya sukses membuatku ikut tersenyum.

" Lucu sekali." batinku sibuk mengomentari video dilayar handphone ku.

Refleks tangan ini mengusap perutku yang datar. Andai saja ada...

Namaku Rafidah, biasanya dipanggil Afi.

Diumur ku yang sudah menginjak kepala tiga, ingin rasanya aku memiliki buah hati.

Jangan tanya perjalananku dan usahaku. Berbagai saran orang dan saran dokter selalu ku ikuti, tapi Allah belum jua mempercayai kami

Adzam, dia suamiku yang telah menikahiku kurang lebih lima tahun. usia kami hanya terpaut dua tahun. berarti sekarang ia sudah berusia tiga puluh dua. usia yang matang untuk menjadi seorang ayah.

Aku mengusap sudut mataku. Setiap membahas anak entah mengapa aku menjadi orang yang sangat rapuh. Wajarkah itu?

***************

Aku menutup pintu kamar. Kulirik jam yang menggantung di dinding. Sudah pukul empat sore, sebentar lagi mas Adzam akan pulang kerja. Aku mengambil handphone ku menekan nomor suamiku. Aktivitas yang tak pernah ku lupakan sejak lima tahun yang lalu. Hal yang kusukai adalah bertanya menu makan malam kesukaannya. Walaupun aku sudah tau jawabannya hanya satu kata yaitu terserah.

Sambungan telepon tersambung.

" Assalamu'alaikum sayang..."

Selalu seperti itu, Salam yang diucapkan mas Adzam sukses mengundang senyumku.

" Waalaikumsalam mas. Mau dimasakin apa hari ini?" tanyaku tanpa basa basi

" Terserah kamu, mas ikut aja." jawaban yang singkat dan padat.

" Oke ditunggu ya kepulangannya mas.. hati hati dijalan! Assalamu'alaikum mas.."

" Waalaikumsalam sayang..."

Sambungan telepon terputus

Aku berjalan menuju dapur, membuka lemari pendinggin. Ada cumi-cumi, kerang, udang, juga jagung. terlintas di pikiranku menyatukan ke empat bahan makanan itu.

******Seafood******! Aku sudah pernah memasaknya beberapa kali. Dengan lincah jari jemariku mengolah menu makan malam nanti.

setelah empat puluh lima menit berjibaku dengan bahan masakan, akhirnya selesai juga.

Masih ada waktu lima belas menit untuk bisa tampil cantik menyambut suamiku pulang.

gamis navy polos kupadukan jilbab motif flower warna senada menjadi pilihanku sore ini. Tak lupa memakai bedak lipstik juga minyak wangi agar tampilanku lebih segar.

Mempunyai suami yang bekerja diluar dan selalu berhadapan dengan wanita cantik membuatku berusaha selalu sempurna di hadapannya. Aku ingin pandangannya tetap segar walau sedang berada dirumah.

Sempurna! Aku tersenyum memandang tampilan wajahku di cermin.

Aku bergegas menuju teras depan untuk sekedar menikmati udara sore ini. Diteras ini aku memelihara tumbuhan bunga mawar. Berbagai warna ada didalam koleksiku. Saat berkekaran seperti ini bisa menjadi penghilang suntukku.

Saat sedang asyik menikmati bunga mawar milikku, terlihat mobil putih milik mas Adzam memasuki halaman rumah kami.

Ia menutup pintu mobil. Aku meraih tangannya, tangan lelaki halal ku yang tanpa lelah memenuhi semua kebutuhanku. Tak lupa Tas kerja miliknya ku ambil dari dalam mobil. Setelahnya kami masuk beriringan.

" Hem..wangi apa nih?" ia menatapku.

" Lapar ya? Mandi dulu deh mas biar gak bau asem." candaku sambil menutup hidungku.

" Ia tertawa, mengusap pucuk kepalaku dan berlalu masuk kekamar. Aku mengikutinya, menyiapkan pakaian gantinya.

Aku menunggunya sambil duduk di pinggir ranjang. Bermain handphone membuka logo biru. Begitu banyak status teman-teman ku terpajang disana. Begitu berwarna hidup mereka. Ada yang posting bersama anak-anak mereka. Sempurna!

Aku kapan ya Allah???

Mas Adzam sudah selesai mandi. Aroma sampo dan sabun menguar di indra penciumanku.

Satu kata untuk mas Adzam, macho.

Andai ada anak yang meramaikan rumah ini pasti kehidupan kami sempurna, batinku.

" Afi..." mas Adzam mengguncang bahuku.

" Eh, iya ada apa mas?" sontak aku terkejut.

" Mikiri apa? lagi banyak hutang ya? sampai gak dengar mas panggil."

Aku tersenyum " Uang yang kemarin saja belum habis loh mas."

" Hemat banget sih?"

"Afi harus belajar nabung mas.. kan enggak selamanya kita sehat. Kalau sekarang Afi foya-foya itu gak ada faedahnya mas." jelasku panjang lebar.

Mas adzam mendekatkan bibirnya. Cup! satu ciuman di pipi kiriku.

" Terima kasih sudah menjadi istri terbaik untuk mas ya sayang.."

Ah.. manis sekali suamiku. Aku memeluknya erat kemudian mengelitik pinggangnya.

Mas Adzam kegelian, meminta ampun. Itulah yang membuat kami selalu tampil harmonis.

*************

" Enak sekali masakanmu yang." pujian mas Adzam memabukkan bagiku.

" Ini sedang memuji apa menghina mas?" naik turun alis ku menggodanya.

" Masakan Istri mas adalah yang ter....enak... didunaia setelah masakan ibu. heheheh..." ia berkelakar.

Aku mengangguk anggukkan kepala. Memang benar yang dibilang mas Adzam, masakan ibu mertua sangat lezat. Aku banyak belajar dari ibu mas Adzam.

Nasi yang kumasak sebanyak dua cangkir ludes sudah. Seafood ala aku pun sudah bersih.

" Alhamdulillah... kenyang." tampak ia mengusap-usap perutnya.

" Kayaknya timbangan mas bakal nganan lagi lah yang.."

" Gak papa dong mas, aku malah senang. Berarti aku berhasil jadi istri kamu." kelakarku.

Aku mulai memberesi meja makan kami. Suamiku tersayang masih setia duduk menemaniku. Aku mencuci piring kotor bekas makan tadi, agar besok pagi dapurku sudah terlihat rapi.

Huft!

Selesai sudah acara makan malam kami. Setiap malam selalu kami habiskan dengan makan berdua,ngobrol berdua dan semuanya serba berdua.

Malam mulai datang. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Kami sedang berbaring diranjang. Sebelum tidur biasanya kami akan habiskan dengan menonton video yang lucu-lucu. Tapi kali ini aku memutar video anak bayi. Ada suara bayi yang menangis, ada juga suara bayi yang tertawa.

" Menggemaskan sekali yah mas!" Aku mulai memancing reaksinya.

Gak ada tanggapan sama sekali. Ia malah mengambil handphonenya dan asyik dengan handphonenya.

" Mas.." panggilku pelan.

Ia menoleh sebentar, kemudian asyik kembali dengan handphonenya.

" Mas..?"

" Sudah berapa kali mas bilang jangan lihat video seperti itu, jika ujung-ujungnya kamu bakalan nangis!"

" Kira-kira kita masih bisa punya anak enggak sih mas? Sudah lima tahun loh mas, tapi Allah ndak juga percaya sama kita." Nada suaraku mulai serak.

" Ada anak atau tidak, itu tidak akan mempengaruhi rumah tangga kita kan yang?"

Seperti biasa ia merengkuhku dalam pelukannya.

" Allah belum percaya sama kita. Sabar ya?" ucapnya lagi.

Dia memgambil handphoneku,menghapus semua video yang sudah ku download tadi pagi.

" Tidur yuk! besok pagi mas berangakt pagi. Ada rapat." Ia mematikan lamu kamar kemudian menarikku kedalam pelukannya.

Hangat dan nyaman.

Baru sebentar saja sudah terdengar denguran halus mas Adzam. Aku menatap lelaki pilihanku. Mengusap wajahnya lelahnya. Sampai kapan ia mampu bertahan dengan ku? Rasa khawatir ku kerap datang menghampiri ku.

***************

Suara ayam jantan berkokok terdengar bersahutan. Pukul tiga dini hari. Aku bangkit dari tidurku. Tiga tahun terakhir ini aku rutin melaksanakan shalat malam. Berharap Allah mengabulkan doa-doa ku.

mandi yang bersih juga berpenampilan terbaik ku persembahkan untu menghadap sang pencipta.

Shalat malam ku selalu ditemani dengan air mata yang berderai. Kutumpahkan segala keluh kesahku. Hingga di detik terakhir ku ulang ulang doaku

' YA ALLAH BERI AKU SEORANG ANAK'

Rapuh sudah jiwaku hingga untuk bangkit saja aku tak mampu. Doa yang selama tiga tahun ini tak pernah berubah dan selalu ku ucapkan dengan khusuk. Berharap didengar oleh sang pemberi nyawa

Terpopuler

Comments

Embunpagi

Embunpagi

maaf bukan kak😊

2023-01-14

0

lihat semua
Episodes
1 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 1
2 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 2
3 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 3
4 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 4
5 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 5
6 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 6
7 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 7
8 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 8
9 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 9
10 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 10
11 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 11
12 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 12
13 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 13
14 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 14
15 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 15
16 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 16
17 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 17
18 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 18
19 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 19
20 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 20
21 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 21
22 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 22
23 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 23
24 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 24
25 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 25
26 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 26
27 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 27
28 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 28
29 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 29
30 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 30
31 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 31
32 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 32
33 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 33
34 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 34
35 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 35
36 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 36
37 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 37
38 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 38
39 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 39
40 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 40
41 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 41
42 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 42
43 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 43
44 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 44
45 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 45
46 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 46
47 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 47
48 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 48
49 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 49
50 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 50
51 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 51
52 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 52
53 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 53
54 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 54
55 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 55
56 Boleh Ku Pinjam Rahimmu 56
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 1
2
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 2
3
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 3
4
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 4
5
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 5
6
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 6
7
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 7
8
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 8
9
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 9
10
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 10
11
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 11
12
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 12
13
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 13
14
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 14
15
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 15
16
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 16
17
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 17
18
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 18
19
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 19
20
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 20
21
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 21
22
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 22
23
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 23
24
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 24
25
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 25
26
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 26
27
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 27
28
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 28
29
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 29
30
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 30
31
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 31
32
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 32
33
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 33
34
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 34
35
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 35
36
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 36
37
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 37
38
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 38
39
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 39
40
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 40
41
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 41
42
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 42
43
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 43
44
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 44
45
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 45
46
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 46
47
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 47
48
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 48
49
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 49
50
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 50
51
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 51
52
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 52
53
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 53
54
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 54
55
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 55
56
Boleh Ku Pinjam Rahimmu 56

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!