Aku membuka mata, Aku ada di sebuah ruangan serba putih. Ada mas Adzam disampingku sedang menggenggam tanganku. Mamah mertua pun ada diruangan ini sedang duduk. Ada kecemasan di wajah mereka.
Aku meraba tanganku, ada selang infus terpasang.
" Gimana perasaannya? yang mana yang sakit?" tanya mas Adzam.
Aku menggeleng, mama mendekatiku.
beliau mengusap puncak kepalaku yang tertutup kerudung.
" Jangan sedih, Insya Allah ada jalan terbaik."
ucapan mama bagai Air yang mengalir di padang tandus.
Air mata mulai meluncur satu persatu.
Sedih rasanya hatiku. Hadir di dalam keluarga yang sangat baik, namun aku tidak bisa memberi kebahagiaan, khusunya untuk suamiku.
" Apa pun yang terjadi, rasa sayangku tak pernah pudar. Kita akan menua bersama." ucapnya penuh yakin.
Aku hanya bisa memberikan senyum yang hambar.
****************
Hari ini aku sudah boleh pulang, keadaan ku sudah mulai membaik. Aku di tuntun mas Adzam ke kamar. Sudah dua hari ini ia cuti bekerja, katanya ingin menemaniku. Mama pun masih berada dirumahku.
" Jangan sedih terus dong.. mas rindu sama bawelnya kamu. Rindu sama masakan kamu." sendu ucapan mas Adzam.
" Mas, pernah enggak sih kamu kepikiran tentang hal ini?" Aku mencoba untuk tidak nangis. " Aku uda mencoba untuk melupakan semua ini. Tapi... kata-kata Dokter semalam itu selalu terngiang di telingaku mas." Keluar sudah unek-unek yang mengganjal di hati ku.
" Sebagai perempuan, aku merasa tidak sempurna."
Lagi-lagi suamiku hanya bisa memelukku erat. Aku menangis didadanya, hingga bajunya basah oleh air mataku.
Tok..Tok..Tok ..
pintu kamar diketuk.
" Masuk aja ma!" ucap mas Adzam.
Mama masuk membawa sebuah mangkuk lengkap bersama nasi dan air putih. Tampak makanan itu baru dimasak, karena ada asap yang masih mengudara di sekitar makanan.
Aroma masakan mama memenuhi kamar ini. Membuat siapa pun yang mencium menjadi lapar.
" Makan dulu sayang.. mama hari ini masak sop buat kamu. Biar kamu cepat pulih." ucap mama sambil meletakkan makanan itu ke atas meja.
" Oh ya Zam, tolong kamu suapi Afi ya.. mama mau lanjut beres-beres rumah dulu ."
" mah. jangan capek-capek nanti mama sakit. Terimakasih suda mengurusi Afi dengan baik." ucapku tulus.
" Ini biasa buat mama Fi, yang terpenting kamu bisa pulih dulu." mama berlalu meninggalkan kami.
Aku makan disuapi mas Adzam. Selanjutnya minum obat. Rasa kantuk menyerangku hingga aku tak mampu membuka mata.
*****************
Huammm..! Aku melirik jam yang tergantung di dinding.
Sudah pukul Dua, Hari ini aku tidur siang hampir empat jam. Badanku terasa segar.
Aku mengambil handuk, kangen pengen mandi. Badanku terasa lengket. Bau asam!
" Yang! Ada yang nyariin." Suara mas Adzam memanggilku.
" Iya mas! sebentar lagi siap." sahutku.
Aku pun buru-buru mandi. Penasaran siapa yang datang mencariku.
Selesai sudah, Aku mematut tampilanku di cermin.
Aku melangkah keluar kamar.
Dari balik dinding aku melihat seorang wanita berhijab sedang asyik ngobrol bersama mama.
Aku melangkah mendekati mereka.
" Hanum!" panggilku.
" Hai.." Ia bangkit dari duduknya dan memelukku.
" Kamu sakit ya? Kok ngabari aku?" Ucapnya cemberut.
" Aku gak papa sayang.." ucapku meyakin kan.
"Kalau gak papa kenapa sampai dirawat? Itu tandanya kamu sakit." bantahnya lagi.
" Iya.. Maaf ya." Aku mengangkat du cari ku atas sebagai tanda permintaan maaf.
" Mama masuk kedalam dulu ya. Mau istirahat." ucap mama berlalu meninggalkan kami.
" Kamu ada masalah?" Hanum menyelidiki aku seperti Detektif.
Aku menghela napas. Berat rasanya ingin membicarakan masalahku.
" Aku sahabatmu, ceritalah! Mudah-mudahan aku bisa membantumu." ucapnya lagi.
" Aku MANDUL!" ucapku tegas.
Bahkan Allah tak izinkan ku hamil sekejap saja sepertimu." ucapku lagi.
Ia memelukku, berbisik di telingaku. " Yang sabar.." Ia memberi semangat padaku.
" Aku kadang -kadang suka heran dengan kehidupan ini." ucapku sendu.
" Kenapa? Kehidupan di dunia tidak ada yang sempurna Fi."
Aku mengangguk. Tiba-tiba saja mas Adzam keluar dengan pakaian rapi menenteng tas kerjanya.
" Loh mas mau kemana?"
"Maaf ya yang, mas harus berangkat kerja."
" Tapi kan uda sore..?"
" Ada metting mendadak." Ucapnya terburu-buru.
Cup! Mas Adzam mencium pipiku didepan sahabatku.
Aku mencubit pinggangnya pelan.
" Ih, gak malu." bisikku di telinganya
Kemudian Mas adzam menyapa Hanum dan berlalu pergi.
" Jadi pengen punya ayang.." Sindir sahabatku.
Kami pun tertawa bersama.
Tidak terasa hari beranjak sore, Hanum pun berpamitan pulang. Aku mengantar kepulangan sahabat ku di depan rumah.
" Jangan banyak pikiran, kesehatan itu di atas segalanya." Ia memelukku erat.
Aku tersenyum. " Terimakasih sudah main ke rumahku. Hati-hati ya!"
Mobil melaju meninggalkan pekarangan rumahku.
Aku menutup pintu.
Duduk di depan tv adalah favorit ku.
Saat sedang santai, Tampak mama menjinjing tas dengan pakaian yang rapi.
" Mama mau kemana uda sore?" tanyaku heran.
" Mama mau kerumah sakit, Rina sudah mau lahiran."
Rina adalah adik perempuan mas Adzam nomor dua.
"Afi ikut ya ma!" Aku bangkit hendak bersiap-siap.
" Enggak usah ikut kamu belum sehat, besok saja datangnya sama Adzam." Larang mama.
Aku merengut. Berhadapan dengan mama mertua sudah kuanggap seperti mama kandungku sendiri. Terkadang aku sudah bermanja-manja dengannya. Membuat mas Adzam iri melihatku.
" Kesehatanmu jauh lebih penting sayang.." ucap mama lembut.
Aku tersenyum malu, " Mama mau naik apa? Aku pesanin Taxi ya?"
" Oke." Mama mengangkat jempolnya.
Setelah beberapa menit, Taxi pesanan kami datang. Aku membantu mama membawa tas.
Mama memelukku. " Jaga kesehatan ya!"
" Siap bos." candaku.
Mama menghilang bersama perginya taxi yang di naikin oleh mama.
Huft! sepinya rumah ini.
Aku menutup pintu dan masuk kedalam kamar. Karena bosan aku bermain handphone.
Untuk mengusir rasa bosanku, aku menonton video. Lagi-lagi yang muncul adalah kelucuan tentang anak-anak.
Terkadang aku tertawa, terkadang aku sudah menangis.
Tak jarang aku mengusap perutku. Berkhayal ada nyawa yang tumbuh didalam rahimku.
Saat sedang asyik nonton video, handphone ku berbunyi. Nama mas Adzam terpampang di layar handphone ku.
(Assalamu'alaikum mas)
(waalaikumsalam, Fi sebentar lagi mas jemput kita kerumah sakit.) terdengar suara mas Adzam di telpon.
(Oke mas)
Sambungan telpon di tutup.
Aku pun mulai mengganti pakaian. Tak lupa pakaian ganti mas Adzam pun kupersiapkan.
Setelah menunggu hampir tiga puluh menit akhirnya mas Adzam pulang.
" Aku uda mau jamuran loh mas nunggu kamu." rajukku.
" Mana jamurnya? Sini mas bersihin." katanya tak mau kalah.
" Mas mandi sebentar ya, bau asam." Ia bergegas berlalu dari hadapanku.
Setelah lima belas menit, mas Adzam keluar dari kamar.
Aku terpesona menatapnya hingga tak sadar mulutku melongo membentuk huruf O.
" Biasa aja mulutnya yang, nanti lalat masuk bisa berabe." Candanya menggodaku.
" Ge-eR." Aku mencebik tak terima.
Kami membelah jalan basah yang disiram gerimis sore ini.
Lagu dari Andra the backbone mengalun menemani sore kami.
KAU BEGITU SEMPURNA, DIMATAKU KAU BEGITU SEMPURNA...
Mas Adzam ikut bernyanyi.
Aku hanya senyam senyum melihat tingkahnya.
" Kita makan dulu apa langsung yang?"
" Langsung aja lah mas, gak sabar pengen ketemu Rina dan debaynya." ucapku antusias.
Dan akhirnya kami sampai di rumah sakit. Mama menyambut kami di pintu masuk.
Kami pun beriringan masuk keruangan Rina, tampak Rina masih tergolek lemah.
Aku memeluk adik iparku. " Sehatkan sayang?"
"Alhamdulillah mbak.."
Aku menggendong bayi mungil yang sedang tertidur di box bayi.
Kucium lembut pipinya. Ku genggam tangannya. Ada rasa haru yang menyelimutiku. Hingga pandanganku menjadi kabur. Tanpa malu-malu Air mata berlomba-lomba menetes di pipiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Wina Ningsih
nyuruh nikah lg
2023-09-20
1
Wina Ningsih
knapa ga program bayi tabung aja ya,mlh nyakitin diri sendiri.
2023-09-20
1