Menangis bahagia

Vale berada di luar istana untuk melihat para undangan yang datang. Ia diutus oleh Juan untuk mengawasi istana. Pernikahan tadi sungguh indah dan khidmat. Walaupun ia lihat sekali-kali adiknya cemberut tapi Ia merasa hidupnya sudah sempurna ketika melihat adik yang disayanginya telah menikah dengan sahabatnya.

Tiba-tiba pandangannya terpaku pada seorang wanita yang menunduk sambil membalikkan badannya. Ia bersembunyi dibalik pepohonan disekitar istana. Vale menyipitkan matanya untuk melihat dengan jelas siapa gadis itu. Seorang gadis lain menghampirinya. Gadis itu membalikkan tubuhnya dan memeluk gadis lain. Ia memicingkan matanya dan seketika terkejut karena gadis itu adalah wanita yang paling dibencinya. Si gadis iblis. Gadis itu menangis. Seorang Nicole menangis?

Beberapa tahun gadis itu menghilang, kini ia kembali. Ia tidak akan membiarkan gadis iblis itu merusak pernikahan adiknya. Ia merasa harus menghampirinya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya lisa cemas.

"Aku senang karena Juan mendapatkan seorang pendamping yang sangat cantik dan lembut. Aku terlalu senang sehingga menangis."

"Haruskah kita pulang sekarang?"

Nicole menggelengkan kepalanya. "Tidak. Kau lanjutkan perbincanganmu dengan pria tadi. Aku ingin berada disini sebentar lagi. Nanti aku akan menyusulmu."

"Baiklah. Kalau kau mau pulang, katakan padaku" Lisa pergi sambil sesekali berbalik untuk menatap Nicole.

Nicole mendesah dan mulai berjalan menyusuri taman istana. Ia berjalan perlahan. Suara musik dan riuhan tepuk tangan terdengar keluar. Ia duduk ketika menemukan sebuah gazebo istana. Iapun masuk kedalam dan duduk sambil menatap langit yang sudah gelap.

Hatinya sakit. Jauh dilubuk hatinya paling dalam. Juan adalah satu-satunya pria yang dapat membuatnya jatuh cinta. Ia tidak dapat memungkiri jika ia sedih. Satu sisi hatinya ia merasa bahagia namun sisi hati yang lainnya ia merasa kesedihan yang mendalam. Juan telah mendapatkan pilihannya.

Suara didalam istana semakin kencang terdengar. Bahkan bunga-bunga saja bermekaran dengan indahnya menandakan kebahagiaan mereka atas pernikahan raja. Mengapa dirinya tidak?

Jika kisah hidupnya seperti ini, bagaimana ia bisa melanjutkannya? Apakah ia bisa jatuh cinta pada pria lain sebesar cintanya pada Juan?

Vale bingung ketika ia tidak dapat menemukan Nicole ditempat tadi ia menangis. Ia berjalan untuk mencari gadis itu. Matanya terus mencari dan menemukan gadis itu sedang duduk seorang diri di gazebo. Matanya menatap langit. Ia seperti sedang berfikir. Apa yang gadis itu pikirkan? Apakah ia sedang berfikir sesuatu? Sesuatu yang jahat? Ia pasti tidak akan membiarkannya. Iapun berjalan dengan cepat dan menghampiri Nicole.

"Jika kau sedang merencanakan sesuatu yang jahat, aku tidak akan membiarkanmu lolos!" Sahut Vale membuyarkan lamunan Nicole.

Nicole terkejut dan menoleh kearah Vale. "Apa maksudmu?"tanyanya bingung.

Vale tersenyum sinis. "Aku tahu apa isi otakmu. Otakmu seperti iblis. Isinya bisa saja dendam dan hal-hal yang berbau negatif.”

Nicole tanpa sadar menitikkan airmata. "Kenapa kau jahat padaku? Belum puaskah kau mengatakan aku iblis?"

"Kau memang iblis. Kau tahu apa yang kau lakukan beberapa tahun kemarin?"tanyanya dengan suara lantang.

Nicole mengelap air matanya perlahan. "Aku mengakuinya jika aku meninggalkan Juan karena suatu hal. Tapi aku tidak pernah menyakitimu. Aku bahkan ingin meminta maaf atas apa yang telah aku lakukan."

"Permintaan maafmu tidak akan membuat Juan kembali padamu. Ia sudah menikah!" Sahutnya kejam.

"Ya Tuhan, ada apa ini?"tanya Lisa ketika ia menyusul Nicole. Ia masuk kedalam untuk berpamitan karena cemas pada Nicole. Ia mendengar seorang pria mengatakan sesuatu yang tidak-tidak pada sepupunya. Ia menghampiri Nicole dan memeluknya. "Maafkan aku My Lord, tapi perkataanmu sungguh tidak pantas. Kau tidak bisa mengatakan sesuatu yang buruk tentang sepupuku. Kau tidak tahu apapun. Kau keterlaluan." Ucap Lisa geram sambil membawa Nicole menjauh dari Vale.

"Aku berbicara sesuai dengan kenyataan." Jawab Vale sadis.

"Kau tidak tahu tentang aku!" Sahut Nicole kencang.

"Seorang keturunan duke seharusnya tidak boleh mengatakan hal kotor seperti itu. Kau tidak punya etika. Ayo kita pulang, Nicole. Jika kau terus berada disini hatimu akan semakin buruk." Ucap Lisa sambil menarik lengan Nicole. Mereka berdua pergi dari tempat itu meninggalkan Vale sendiri.

Vale menatap kepergian kedua wanita itu bingung. Ia merasa apa yang dikatakannya tadi sesuai dengan apa yang ia tahu dan rasakan. Nicole gadis liar. Itu memang benar. Iapun kembali kedalam. Karena yang terpenting perusak acara itu sudah pergi.

Ia melihat Zest sedang berdiri dengan anggun didampingi oleh ibunya. Matanya menatap sejumlah pasangan yang sedang berdansa. "Aku mencarimu." Ucap Juan yang menyentuh bahunya dari belakang.

"Maafkan aku Paduka. Tadi aku berada diluar. " jawab Vale.

"Aku tahu. Aku tadi melihatmu dengan Nicole. Apa yang kalian bicarakan?"

Vale terkejut. "Aku hanya memberikan sedikit peringatan.”

"Benarkah? Aku tidak melihatnya sebagai sebuah peringatan. Aku melihatnya seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar." Juan tertawa sambil berjalan menuju Zest.

"Itu betul sekali." Ucap Imelda yang tiba-tiba sudah berada dibelakangnya.

"Mama?" Vale terlihat kikuk ketika berhadapan dengan ibunya.

"Bagaimana jika mama melamar gadis itu untukmu?"

Vale membelalakkan matanya. "Itu tidak mungkin mama. Nicole bukan gadis baik-baik. Lagipula aku tidak mau. Ia bukan typeku. Ia bukan calon istri yang baik." Tegasnya.

"Namanya Nicole ? Baiklah. Mama akan mencari tahu. Mama melihatnya sebagai gadis yang cantik dan berpendidikan" Ucapnya sambil berlalu. Vale terpaku ditempat. Mengapa semua orang memojokkannya? Apakah salah jika ia melakukannya demi adiknya?

Ketika kembali kekamarnya, ia masih belum bisa berfikir dengan tenang. Melamar Nicole? Tidak pernah terbesit dalam hatinya. Walaupun ada sedikit perasaan senang jauh dilubuk hatinya paling dalam.

Ibunya salah jika merasa Vale mencintai Nicole. Justru ia sangat membencinya.

○○○○

"Nona, diluar banyak yang mengirimkan bunga" ucap salah seorang pelayan.

Nicole masih menyelesaikan riasannya. " Kau simpan saja. Paling isinya tentang lamaran."

Sejak menghadiri pernikahan Juan, lamaran untuknya sangat banyak. Namun tidak ada satupun yang ia terima. Ia tidak mau mengambil keuntungan karena menghadiri acara itu. Apalagi menyangkut pria.

"Baik, nona. Ada satu lagi. Ada surat lain untuk nona." Ucapnya.

Nicole membuka surat itu perlahan. Ia tersenyum ketika melihat isi surat itu. Pengajuan sekolahnya diterima. Tanpa diketahui siapapun, ia mengirimkan permintaan untuk melanjutkan pendidikannya sebelum Juan melangsungkan pernikahan.

Ia akan melanjutkan sekolahnya yang tertunda selama beberapa bulan. Setelah pernikahan Juan, Nicole tidak mau memikirkannya terlalu lama. Ia ingin menghilang dari Artaleta sejenak dan menata hatinya yang saat ini tengah rapuh.

Lisa yang ketika itu berada dirumahnya bingung melihat Nicole tersenyum sendiri ketika ia menghampirinya. "Ada apa?"

"Pengajuan sekolahku diterima, Lisa." Ucapnya girang.

"Betulkah?" Lisa seakan tidak percaya atas apa yang didengarnya. Ia melihat surat itu. "Bukankah kau diundang oleh Raja Juan untuk pergi bersama beberapa bangsawan kedaerah tertinggal dihari itu?"

"Aku akan datang beberapa jam saja. Lalu aku akan pergi. Aku akan membuktikan pada calon duke itu jika aku bukan orang yang ia kira. Aku telah berubah. Aku bukan Nicole yang dulu."

"Aku senang mendengarnya." Jawab Lisa sambil memeluk sepupu kesayangannya. "Tapi aku akan kesepian." Tambahnya.

"Aku yakin Lord Evanders akan sering menemanimu." Ejek Nicole.

Lisa gugup dan melepaskan pelukan Nicole. "Aku.. kami tidak ada hubungan seperti itu.."

"Aku tidak mengatakan kalian memiliki hubungan. Aku hanya mengatakan jika ia pasti menemanimu."

Lisa tertunduk malu.

Vale sedang berjalan diistana ketika ia berpapasan dengan Juan. Wajah Juan terlihat sumringah. Vale tahu ada yang terjadi pada sahabat sekaligus rajanya itu. Sepertinya pernikahan telah membuatnya berubah.

"Persiapkan dirimu." Ucap Juan

"Apa yang sedang kau rencanakan, paduka?"tanya Vale bingung.

"Sudahlah, jangan panggil aku dengan paduka. Kau harus ikut denganku kedaerah Azalea. Kau pernah mengatakan jika Zest pernah kesana."

Vale menganggukkan kepalanya. "Untuk apa kita pergi kesana?"

"Aku ingin melihat sendiri keadaan disana. Tadi Zest sempat mengatakan jika daerah itu lebih parah dari Tonzoni. Beberapa teman-temanku diundang termasuk Lady Nicole. Kau harus menyambutnya bukan?" Juan melirik pada sikap Vale.

"Untuk apa kau mengajaknya? Kau ingin membuat keadaan memburuk? Bagaimana jika Zest tahu apa yang pernah terjadi dengan kalian?"

"Zest pintar. Aku yakin ia tidak akan terpancing oleh berita itu. Untuk itulah aku memintamu menjaga Nicole agar tidak mendekati istriku."

Vale menatap Juan. "Apakah kau bahagia dengan pernikahan ini?"

Juan balas menatap Vale sambil tertawa "Tentu saja aku bahagia. Untuk itulah aku memintamu cepat menikah. Kau akan bahagia."

"Pernikahan tidak ada dalam kamusku. Setidaknya untuk saat ini." Vale mengatakannya dengan tegas.

"Aku tahu sesuatu." Ucap Juan membuat Vale bingung.

"Apa?"

"Perasaanmu pada Nicole. Kau menyukainya jauh sebelum aku bukan?" Tanya Juan membuat Vale menggelengkan kepalanya dengan cepat

"Tidak!"serunya cepat.

"Baiklah, terserah padamu. Aku hanya penasaran saja dengan perasaanmu sekarang. Tapi asal kau tahu, perasaanku pada Nicole langsung menghilang saat aku bertemu dengan adikmu" Terang Juan sambil berjalan pergi.

Vale terpaku ditempat. Bagaimana bisa Juan tahu tentang perasaannya dimasa lalu? Apakah gadis itu yang mengatakannya karena ingin membalaskan dendamnya? Bagaimana bisa? Gadis itu bahkan tidak tahu tentang perasaannya. Tidak ada yang tahu. Apa yang harus dilakukannya?

Ia melihat Juan telah berada disamping Zest. Melihat mereka, ada terbesit perasaan iri. Pasangan itu sangat serasi. Zest yang malu-malu terus digoda oleh Juan. Apakah jika ia menikah, ia akan merasakan hal yang sama? Siapa yang akan menjadi pendampingnya? Siapa yang akan merasakan cintanya? Ia akan jatuh cinta pada siapa? Siapa wanita itu? Bagaimana ia bisa bertemu dengannya?

Vale menggelengkan kepalanya. Ia harus mulai membuka hatinya pada orang baru. Ia pun harus merasakan kebahagiaan.

Terpopuler

Comments

Sidieq Kamarga

Sidieq Kamarga

Novrl ini mengingatkanku pada cerita di novel Barbara Cartland jaman SMA dulu 🤔🤔🤔😍😍😍

2023-01-14

0

WIndha Rahardy Ritonga

WIndha Rahardy Ritonga

suka bangeeet sayaa novel begini makasih yaaa Thor

2021-01-13

0

ranimna

ranimna

awalnya aga bingung,, ga di jelasin kenapa nichole bisa di juluki berhati iblis.. apa memang penjelasannya belum ada di chapter awal,, yasudah lanjut baca... mungkin ketemu titik terang kalo udah di pertengahan

2020-06-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!