Adelle
Ruang kelas di ujung koridor sekolah masih sepi. Hanya terlihat beberapa orang yang sudah memasuki kelas. Adelle melangkah menuju tempat duduknya yang berada di bagian tengah barisan di dekat jendela. Shella sahabat sekaligus kawan sebangkunya masih belum datang. Seperti biasa, paling cepat dia baru akan muncul 5 menit sebelum bel tanda masuk berbunyi.
Hmmm...dihembusnya napas perlahan. Adelle melirik jam tangannya, baru pukul 6.30 menit. Masih pagi, pantesan aja sekolah masih rada sepi. Tak lama lagi pasukan masing-masing kelas akan datang sedikit demi sedikit dan pada akhirnya ruangan akan riuh rendah dengan suara-suara yang bertanya tentang PR atau tugas.
Dibukanya tas dan dikeluarkannya kue yang tadi tak sempat di makan karena harus buru-buru berangkat ke sekolah. Ya, karena harus mengantar sang adik yang sekolahnya tak searah dengan dirinya maka Adelle harus berangkat lebih awal. Lola, sang adik yang masih duduk di kelas 8 SMP itu mengatakan dia harus datang lebih awal ke sekolah karena mendapat giliran piket umum dan dia tak ingin di hukum hanya karena tidak piket.
2 buah kue ludes dalam beberapa saat. Dan baru saja Adelle meminum bekal air minumnya, Shella muncul dengan senyum cerah sambil berteriak
"Adelle...... Sahabatku yang cantik dan baik hati. Aku tau kamu pasti sudah datang"
"Tumben datang awal" sela Adelle, masih 20 menit lagi bel baru akan berbunyi.
"Pinjem Pr kamu ya Del, aku ga sempat ngerjaain tadi malam" rayu Shella
"Hmmm udah jelas. Ga mungkin seorang Shella datang awal kalo ga ada maunya" sindir Adelle sambil mengeluarkan buku EKonomi dari dalam tasnya. Walau bukan siswa terpintar di kelas, namun otak Adelle juga ga jongkok amat. Setidaknya dia tak perlu nyontek saat ada pr taupun ulangan.
Shella segera menyalin pr dari buku Adelle. Tulisan rapi Adelle memudahkan Shella untuk menyalin tanpa banyak tanya.
Adelle memperhatikan satu demi satu temannya yang mulai memenuhi kelas. Dave yang selalu ceria datang bersama rekan-rekan genk nya. Yah, begitulah Adelle menyebut Dave, Roy, Gio, dan Eko. Genk yang selalu membuat meriah kelas mereka dengan canda, banyolan dan terkadang kenakalan khas anak SMA.
Adelle segera memalingkan wajahnya dari memandang pintu kelas saat sesosok lelaki berkulit sawo matang datang dengan langkah penuh percaya diri. Yudi, sang ketua kelas. Lelaki yang dikenalnya sebagai pribadi yang selalu hangat dengan siapa saja. Ketua kelas yang selalu bisa diandalkan untuk mengurus keperluan anak-anak XI IPS 5 yang super duper aneh bin ajaib. Begitu Pak Rendra memberi gelar untuk kelas mereka. Kelas yang sering ribut saat guru yang mengajar berhalangan hadir walau ada tugas yang diberikan, yang selalu menjadi buah bibir para guru.
Ah Yudi, jauh di lubuk hati Adelle tersimpan sedikit rasa suka terhadap lelaki yang telah dikenalnya sejak awal mereka bertemu tahun lalu. Namun tak pernah dia berusaha untuk menunjukkan rasa suka itu kepada siapapun. Disimpannya dengan rapat dalam hati. Hanya pada angin malam dia berbagi. Dia tak ingin rasa itu tumbuh dan berkembang dengan subur.
"Del, makasih ya" lamunan Adelle terputus saat Shella mengembalikan buku ekonominya.
"Kamu ga lupa pesananku kan?" Adelle mengingatkan Shella.
"Sip, udah ku siapkan sesuai permintaanmu. Nih, liat aja sendiri." Shella menyerahkan beberapa gambar bunga anggrek pada Adelle.
"Oke, thank's ya"
"Makasih juga dah ngasi contekan yah del." jawab Shella
Keduanya tertawa, tak lama kemudian bel masuk berbunyi. Ruangan kelas semakin rame, satu persatu penghuni kelas mulai masuk. Tak lama lagi, Pak Bano yang mengajar matematika akan masuk. Guru yang selalu datang tepat waktu itu berjanji akan memberikan quiz hari ini.
"Semoga saja apa yang ku pelajari tadi malam bisa membuahkan hasil" batin Adelle.
"Selamat pagi anak-anak" sapa pak Bano.
"Selamat pagi pak"
"Sudah siap untuk quiz hari ini?"
"Sudah pak" serentak mereka menjawab
"Waduh, mati aku. Aku lupa kalau hari ini ada quiz, dan tadi malam aku ga belajar sama sekali" Shella berbisik di telinga Adelle.
"Ah kamu Shel, kapan sih kamu siap untuk ulangan atau quiz?" kekeh Adella.
"Del, tolongin aku ya nanti" bisik Shella lagi.
"Shella, kamu tukaran tempat duduk sama Yudi. Kamu duduk di sebelah Tri" suara pak Bano memecah bisikan diantara mereka.
"Mampus aku" Shella mati gaya.
Sementara Adelle merasa mendadak gelisah. Walau berteman, namun Adelle memang merasa kurang nyaman jika harus duduk sebangku dengan laki-laki. Baginya duduk dengan lawan jenis menimbulkan rasa aneh. Dia merasa kurang leluasa, apalagi harus duduk dengan Yudi yang memang disukainya.
Adelle menahan rasa selama quiz berlangsung, dia tak bisa protes apalagi bukan hanya dia yg dipisahkan dari Shella. Hampis semua ditukar pasangannya oleh pak Bano. Ntah apa alasannya. Dia berusaha mengerjakan quiz dengan sebaik mungkin dan berharap bisa mendapat hasil terbaik.
"Gemana tadi? Bisa quiznya?" Adelle bertanya saat Shella kembali ke kursinya.
"Ga yakin aku. Kayaknya ada yang salah deh" Shella menjawab "Aku ga bisa nanya kamu. Pak Bano ngeliatin terus." sambung Shella.
"Ya mudah-mudahan tuntas deh. Itu yang terpenting." Adelle membalas cepat.
"Iya, semoga. Del, tar istirahat temenin aku temuin Joy ya. Ada yang mau aku sampein." Shella berkata.
Adelle hanya mengangguk tanpa menjawab karena guru yang mengajar selanjutnya sudah masuk. Kepalanya mengingat wajah Joy, lelaki yang sudah setahun ini menjadi gebetan Shella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
gegechan (ig:@aboutgege_)
Adelle dan Shella pertemanannya normal nih, pasti kawan baik🖤
Salam dari ARCTURUS, mari mampir dan saling mendukung Kak.
2023-02-26
1
Yennie Putiluphy Darma
Ada beberapa yg typo Thor..
2023-01-08
0
Fenti
aku mah di tim Shella tapi Alhamdulillah tidak pernah minta tugas teman 🤭
2023-01-05
0