Siapa dia?

November tahun ini masih seperti tahun-tahun yang lalu. Setia berteman dengan rinai hujan dan genangan air di mana-mana. Adelle masih berteduh di bawah emperan toko. Pulang dari rumah Shella, dia bermaksud membeli buku cerita di toko buku langganannya. Baru saja berjalan sekitar lima menit, tiba-tiba saja cuaca yang tadinya panas berubah menjadi rintik dan tak lama kemudian hujan turun dengan lebatnya.

Dibelokkannya kendaraan roda dua kesayangan yang telah menemani sejak setahun yang lalu menuju ke sebuah toko. Segera dia membuka jok motor dan bermaksud mengambil jas hujan. Saat dia melihat bagasi joknya kosong, seketika dia ingat bahwa tadi pagi dia telah menjemurnya karena masih basah setelah di pakai tadi malam.

Adelle menghembuskan nafasnya dengan kasar. Kesal rasanya. Dia berniat ingin segera ke toko buku dan kemudian pulang. Ada tugas yang harus dikerjakannya jika tak ingin pekerjaannya menumpuk. Diliriknya jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Hmmm sudah 10 menit dia berteduh tapi belum ada tanda-tanda hujan akan berhenti. Ah, kalau saja dia sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum pergi tadi, pasti dia tidak akan terjebak di emperan toko ini bersama beberapa orang lainnya. Diedarkan pandangan ke sekitar sekali lagi.

Saat jarum-jarum air dari langit mulai berhenti, Adelle dan beberapa orang yang juga sama-sama berteduh menjalankan kendaraannya. Untung tadi dia menggunakan jaket sehingga hawa sejuk akibat hujan tidak terlalu menyiksa. Diurungkan niatnya untuk singgah ke toko buku. Bukan ide yang baik jika berada di ruangan full ac setelah badan terkena hujan.

Dipersimpangan lampu merah, pandangan Adelle tertuju pada seorang anak kecil berbaju pink. Rambut ekor kudanya nampak cantik dengan pita rambut sewarna dengan bajunya. Senyum Adelle terbit saat melihat tingkah laku anak tersebut. Meskipun cuaca terasa sejuk, namun anak kecil itu tetap bernyanyi riang. Dari atas kuda besinya Adelle masih bisa mendengar suara anak itu menyanyikan sebuah lagu yang sedang hits saat ini sambil badannya yang montok bergerak ke kiri dan kanan.

Saat lampu lalu lintas berubah hijau, Adelle segera melaju mendahului kendaraan di depannya. Nampaknya sang ayah atau siapapun yang membonceng si gadis cantik itu mencoba menenangkannya agar tidak terlalu membuat banyak gerakan. Adelle masih bisa mendengar suara celotehnya menimpali kaliamat sang ayah.

"Cute girl" batinnya.

Adelle hampir tiba di depan gang saat ponsel di dalam tasnya berbunyi. Perlahan dipinggirkannya motor hitam itu dan kemudian mematikannya. Diraihnya ponsel dari dalam tas kemudian terlihat nama sang bunda di layar.

"Assalamualaikum. Ya, bu" sapanya dengan halus.

"Kamu di mana, Del?" tanya ibu.

"Masih di jalan bu, tar lagi juga nyampe." jawab Adelle.

"Kebetulan deh kalo gitu. Kamu tolong beliin ibu minyak goreng ya Del. Yang ukuran dua liter. Kamu masih ada uang kan?" Adelle mendengarkan pesan ibunya.

"Iya bu, masih ada. Nanti Adelle beli di mini market aja ya. Kebetulan ini sedang berhenti di depannya." sahutnya lagi.

Adelle segera mengakhiri panggilan saat sang ibu mengatakan tidak ada lagi yang diperlukan. Dinyalakan mesin motornya kemudian berbelok ke alfamart yang memang berada tepat di depan di mana dirinya berhenti saat itu.

Langkah kakinya langsung menuju ke rak di mana minyak goreng pesanan sang ibu berada. Namun belum juga tiba, dirinya melihat sesosok gadis kecil yang dilihatnya tadi di lampu merah. Ia nampak ingin mengambil makanan ringan yang letaknya tak terjangkau oleh tangan kecilnya.

"Kakak, tolong ambilkan yang di atas itu untukku." tiba-tiba saja tangan kecil itu menarik tangan Adelle meminta bantuan.

Sejenak Adelle melihat ke kiri dan ke kanan. Dia mencari keberadaan lelaki yang tadi di lihatnya bersama sang gadis.

"Adik kecil, kamu sama siapa ke sini? Di mana orang tua mu?" tanyanya lagi.

"Aku pergi sama oom, tapi sekarang aku ga tau oom nya ke mana. Aku mau yang itu kak. Tolong ambilin...." dia terus merengek meminta.

Adelle bingung harus bagaimana. Sesaat kemudian dia mengambil makanan ringan yang memang sangat di sukai oleh hampir seluruh anak-anak. Diberikannya kepada si gadis kecil yang memang sangat menggemaskan dan berpesan untuk ikut dengan dirinya ke kasir agar bisa dibayar. Maka setelah mengambil sekantong minyak goreng diajaknya si anak menuju meja kasir. Setelah melakukan pembayaran, Adelle meminta gadis kecil yang memiliki mata bulat menggemaskan untuk mencari oom yang membawanya tadi.

"Dik, kakak harus pulang sekarang. Kamu nggak papa yah cari oom nya sendiri."

"Nggak papa kak. Aku berani koq. Terima kasih ya udah beliin aku ini" matanya mengerjap bahagia.

Adelle melangkahkan kaki menuju pintu keluar. Sebelum mencapai pintu, telinganya sempat mendengar suara sang anak berteriak "Oom, aku dibeliin ini." Adelle tak lagi menoleh ke belakang untuk melihat siapa oom yang di maksud. Tujuannya hanya satu, segera tiba di rumah karena ibu sudah menunggu.

______

"Del, besok kamu ada kegiatan nggak?" tanya ayah saat keduanya duduk di teras samping sesaat setelah makan malam.

"Nggak ada kayaknya yah. Ada apa yah?"

"Kak Aida kan minggu depan akan menikah. Nah kalo kamu besok nggak ada kegiatan, kita sekeluarga akan ke rumah pamanmu. Bantu-bantu mempersiapkan keperluan untuk acara nikahan itu." ayah menjelaskan.

Adelle ingat, bulan lalu telah diadakan rapat keluarga untuk mempersiapkan acara pernikahan kak Aida, anak kedua paman dengan Arpan, lelaki yang telah menjadi pacarnya selama dua tahun. Acaranya akan diadakan di rumah paman. Meski ada yang menyarankan agar diadakan di gedung namun paman lebih memilih untuk di rumah saja. Alasannya sangat sederhana, selain karena halaman rumah paman yang sangat luas, menurut paman jika diadakan di rumah maka suasana keakraban dan kekeluargaan akan lebih terasa.

"Iya yah, besok kita sama-sama ke rumah paman. Kira-kira jam berapa kita berangkat yah?" tanya Adelle lagi.

"Kira-kira jam sembilan gitu"

"Jam sembilan mau ke mana sih?" Ibu yang baru tiba langsung duduk di sebelah Ayah.

"Ke rumah bang Abdul bu." Ayah menjelaskan. Mumpung Adelle nggak ada kegiatan jadi kita bisa sama-sama ke sana.

"Tapi ibu besok harus menyelesaikan pesanan kue bu RT dulu yah. Trus nganterin juga karena bu RT nggak bisa ngambil ke rumah kita. Jadi kalo belum selesai ibu perginya agak siangan ya yah." ujar wanita yang masih nampak cantik di usia yang sudah lebih setengah abad.

"Iya bu, kita pergi setelah urusan pesanan ibu selesai. Kalo perlu nanti Ayah yang bantuin ibu buat nganterin kue-kuenya."

"Ayah emang suami idaman ya, bu" Adelle menggoda Ibu.

"Iya Del, so sweet banget ya. Nanti kamu cari suami yang kayak Ayah Del. Yang mau bantuin pekerjaan istri. Jangan yang egois." Ibu memberi wejangan yang di aminkan oleh Adelle.

Memang selama dia mengerti tentang kehidupan, Ayah adalah lelaki yang sangat baik di mata Adelle. Tak pernah dilihatnya Ayah marah atau berkata kasar kepada anak maupun istrinya. Meskipun dalam keadaan lelah setelah pulang kerja, Ayah tak akan diam saja saat dilihatnya Ibu sedang kerepotan. Ayah tak keberatan untuk membantu ibu bahkan mencuci piring atau pakaian pun akan dilakukannya jika memang perlu.

Adelle merasa bahagia terlahir dari keluarga yang dipenuhi dengan rasa sayang. Walau bukan keluarga yang berkecukupan, namun Ayah dan Ibu pasti akan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan anak-anak mereka walau tidak langsung pada saat itu juga.

"Adik mana bu? Koq ga kelihatan?" Adelle bertanya karena sang adik tak terlihat.

"Adikmu ya seperti biasa Del. Nonton kartun kesukaannya. Adikmu itu sudah SMP tapi masih kayak anak SD. Hobinya nonton film kartun. Ada-ada aja" Ibu tertawa membicarakan anak bungsunya.

"Biarin aja bu. Mendingan nonton kartun daripada nonton yang nggak bener di internet. Tar Ibu juga yang pusing kan." Ayah memberikan pembelaan.

"Iya yah, Ibu ngerti. Tapi kapan anak bungsumu tumbuh dewasa kalo yang di lihat kartun anak-anak setiap hari."

"Bu, nanti kalo anakmu sudah mengenal dunia luar dan merasa lebih tertarik untuk berada di luar sana ketimbang di rumah, Ibu akan nangis. Mending sekarang Ibu nikmatin deh saat kolokan ini. Karena masa ini nggak bakalan terulang."

Adelle hanya mendengarkan apa yang menjadi pembicaraan Ayah dan Ibu. Dalam hatinya membenarkan apa yang dikatakan oleh sang Ayah. Baik Adelle maupun sang adik memang lebih betah untuk berada di rumah ketimbang bermain di luar. Kehangatan keluarga mereka mungkin menjadi salah satu alasannya. Ibu yang selalu mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya. Makanan yang selalu siap di meja makan, kudapan yang sering hadir di waktu sore maupun malam membuat anak-anak lebih senang dari pada membeli di luar. Dan Ayah yang selalu penuh kehangatan kepada anak-anaknya.

"Ayah, Ibu, Adel masuk dulu ya. Tadi janjian sama Shella mau telponan jam delapan." Adelle beranjak meninggalkan kedua orang tua yang terkasih.

"Bukannya tadi udah ketemu di sekolah Del? Sekarang mau telponan lagi? Mau ngomongin apa sih? Koq sepertinya ga habis-habisnya kalian cerita." Ayah menggoda Adelle. "Jangan-jangan mau cerita tentang pacar ya? Anak Ayah udah mulai pacaran ya sekarang?" Ayah masih menggoda sambil tersenyum dan melirik pada Ibu.

"Nggak Yah, Adel nggak mau pacaran dulu. Adelle maunya nanti langsung nikah aja kayak Ayah sama Ibu, nggak pake pacar-pacaran." Adelle mencium pipi kedua orang yang telah membawanya lahir ke dunia kemudian masuk ke kamarnya.

Terpopuler

Comments

Fenti

Fenti

Penasaran aku, siapa anak kecil dan omnya itu 🤔

2023-01-25

0

lilis herawati

lilis herawati

hiburan gratis utk adelle

2023-01-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!