Adelle menatap penampilannya sekali lagi di cermin. Hmmm, sudah rapi. Hari ini adalah hari pertama Adelle ke sekolah dengan menggunakan jilbab. Yah, setelah pembicaraannya di kafe yang kemudian berlanjut dengan Shella yang mengantarkan beberapa pakaian dan juga jilbab tentunya. Dan yang membuat terharu adalah, bukan hanya Shella yang mendukung Adelle untuk segera menggunakan jilbab. Sang mama juga ikut memberikan beberapa potong pakaian untuk Adelle. Tentu saja hal itu sangat di luar prediksi. Tak pernah sekali pun Adelle menyangka jika pembicaraan sore itu akan berbuntut dengan terwujudnya keinginan merubah penampilannya.
Melangkah menuju meja makan, adik dan ayahnya sudah duduk manis menikmati nasi goreng buatan ibu. Ayah tersenyum menatap putri pertamanya yang beranjak remaja.
"Sarapan dulu Del." Ayah menyapa sambil terus menyuapkan nasi yang masih mengepul asapnya. "Kamu cantik sekali kak dengan jilbab gitu"
"Terima kasih yah. Alhamdulillah" jawab adelle sambil menarik kursi dan mulai menedokkan nasi ke piring.
"Kamu udah selesai sarapannya dek?" tanya Adelle saat dilihatnya sang adik beranjak meninggalkan meja makan.
"Sudah kak. Alhamdulillah. Mau ambil tas di kamar." Adelle melanjutkan sarapannya. Setelah nasi di piring tandas, dibawanya ke dapur piring-piring kotor itu.
"Udah biarkan saja di situ Del. Kamu pergi saja, biar nanti ibu yang mencucinya." ujar sang ibu yang melihat Adelle akan mencuci piring-piring tersebut.
"Baik bu, Adelle pergi ya bu" Adelle mengambil tangan sang ibu dan mencium penuh takzim.
"Assalamualaiku bu" lanjut Adelle.
"Waalaikum salam. Hati-hati ya Del. Jangan ngebut, pagi-pagi gini pasti jalanan pasti rame.
"Iya bu" jawab Adelle.
"Yah, berangkat dulu. Assalamualaikum...." Adelle dan sang adik berpamitan pada ayah dan berangkat ke sekolah.
__________
Sekolah sudah mulai ramai saat Adelle memasuki halaman sekolah. Diparkirkannya kendaraan roda duanya di parkiran bagian samping dan kemudian melangkah menuju kelas. Beberapa orang teman menyapa dan mengomentari penampilan baru Adelle hari ini.
"Del, wah surprise nih. Tampil baru ya hari ini. Alhamdulillah. Seneng liatnya. Kamu makin terlihat cantik" Farah anak IPS 2 menyapanya saat bertemu di depan perpustakaan.
"Makasih Far" sahut Adella.
Keduanya berjalan bersama menuju kelas.
"Aku masuk kelas dula ya" kata Farah saat tiba di kelasnya.
Adelle melanjutkan melangkah menuju kelas yang sudah nampak di depan mata. Beberapa orang teman yang berdiri di depan kelas sudah tersenyum saat melihat Adelle dari jauh. Adelle yakin akan ada tanggapan yang berbeda dari teman-temannya saat melihatnya. Dan Adelle sudah mempersiapkan diri dengan segala konsekuensinya.
"Suit-suit.....ada yang tampil beda nih" si pembuat onar dan super jahil Dimas yang pertama terdengar memberikan komentarnya.
"Assalamualaikum ukhti" Roy menambahkan. "Silakan masuk, jangan malu" lanjutnya lagi.
"Adelle, kamu makin cantik lho hari ini. Aku bakalan makin cinta kayaknya" sekarang Bobi yang terdengar buka suara.
Adelle hanya tersenyum dan tidak membalas apapun. Dia hanya memandang wajah teman-temannya. Sesaat pandangannya bertemu dengan Yudi. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Tapi matanya menampakkan rasa yang mengisyaratkan hal yang sulit untuk di mengerti.
Baru saja Adelle akan masuk ketika dari jauh didengarnya suara teriakan memanggil namanya.
"Adelle sayangku......." itu sudah pasti Shella.
Adelle melihat gadis cantik dengan rambut yang di ikat ekor kuda itu berlari menuju kearahnya dengan nafas yang terengah-engah. Keduanya kemudian berpelukan dan saling tertawa.
"Kamu cantik say. Cantik sekali." Shella memuji penampilan Adelle.
"Makasih Shel. Makasih atas bantuan kamu dan mamamu. Aku sangat berterima kasih." keduanya berjalan menuju tempat duduk mereka. "Apaan sih, del. Udah deh jangan berterima kasih terus. Bosen ah dari tadi malem kamu nggak brenti ngucapin terima kasih." Shella menjawab sambil tertawa. "Tar habis lho stok terima kasih kamu hahahahahaha"
"Aku hari ini belum bisa kayak gini kalo kamu dan mamamu ga ikut campur dalam nyiapin keperluanku. Kamu tahu keterbatasanku. Nggak tau bagaimana aku harus membalas kebaikan kamu." Adelle menatap Shella penuh rasa terima kasih.
"Gampang, pinjemin aku buku peer mu dan tar kasi contekan ya" Shella menjawab asal sambil mengedipkan matanya penuh arti.
Keduanya tertawa. Adelle membuka tasnya dan mengeluarkan buku peer yang di maksud Shella. Dia mulai mencatat peer yang tadi malam belum selesai dikerjakannya. Sesekali kedua sahabat karib itu tertawa. Bel tanda masuk berbunyi tak lama setelah Shella selesai mencatat peernya.
_______
Taman samping tidak terlalu ramai, hanya beberapa siswa yang terlihat menikmati waktu istirahat. Adelle dan Shella menikmati jus mangga dan kentang goreng yang hampir habis. Keduanya memang hampir selalu bersama saat istirahat. Walaupun mempunyai pacar yang juga satu sekolah, namun Shella lebih suka jika saat di sekolah menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Bahkan beberapa orang tidak menyangka jika keduanya sedang menjalin hubungan. Ketika hal itu ditanyakan kepadanya, dengan santai Shella menjawab
"Norak ah pacaran harus selalu berduaan terus. Nggak di rumah, nggak di sekolah nempel terus. Aku juga butuh orang lain untuk berinteraksi dalam hidupku."
Adelle merasa beruntung mempunyai seorang sahabat seperti Shella. Cantik, berasal dari keluarga terpandang dan kaya, supel dan pandai bergaul. Dengan segala kelebihan yang dimilikinya tidak membuat gadis berlesung pipi itu menjadi sombong dan tinggi hati. Bahkan dengan senang hati Shella akan mengulurkan bantuan kepada siapa saja yang memerlukan bantuan.
"Del, kamu ga bakalan berubah walau udah berpenampilan gini kan Del? Kamu masih tetap mau nemani aku jalan-jalan saat aku gabut atau bingung mau ngapain kan" Shella bertanya. Hatinya merasa takut jika Adelle, sahabat yang sudah dikenalnya dari saat pertama mendaftar di sekolah ini akan berubah. Wajar saja, Adelle mengubah penampilannya, bukan menggunakan jilbab kecil seperti teman-temannya yang hanya untuk menutupi rambut berwarna mereka karena ada larangan dari pihak sekolah untuk itu. Adelle menggunakan jilbab yang menutup dada hingga hampir mencapai perut.
Adelle tersenyum. Diraihnya tangan Shella dan digenggamnya dengan lembut.
"Shella, aku hanya menutup auratku. Bukan kehidupan sosialku. Kamu tetap akan jadi sahabatku, kita tetap akan bisa bersama seperti biasa asalkan tidak bertentangan dngan ajaran agama dan norma-norma susila. Jangan berfikiran yang aneh-aneh deh" Adelle mencoba menenangkan sahabatnya.
"Aku masih boleh nyontek kamu kan Del?" tanyanya lagi.
Adelle tertawa. "Kamu tuh ya. Belajar dong, jangan males. Kamu udah dikasi kelebihan oleh Allah. Seharusnya itu malah menjadikan kamu lebih pintar dariku. Kamu punya banyak fasilitas yang mendukung"
Shella tersenyum mendengar kalimat yang disampaikan Adelle. Tidak ada yang salah sama sekali.
"Makanya aku pinjemin kemudahan itu ke kamu. Supaya kamu bisa belajar dengan lebih baik sehingga bisa memberi bantuan saat aku memerlukan jawaban atas peer atau tugas yang diberikan." jawabnya ringan.
Adelle diam, tak ada niat untuk membalas ucapan Shella. Dia tau, Shella bukan anak yang tidak pintar. Hanya saja dia cepat merasa bosan saat belajar. Makanya sang mama merasa senang jika Adelle datang ke rumah untuk belajar bersama. Bagi tante Ivone, Adelle bukan hanya sahabat anaknya. Dia sudah menganggap Adelle seperti anaknya sendiri.
Keduanya beranjak meninggalkan taman saat bel tanda masuk berbunyi. Tak lupa membawa sampah sisa makan mereka. Pelajaran terakhir adalah pendidikan seni. Hari ini Pak Adi menjanjikan mereka akan latihan menyanyi dengan menggunakan gitar. Shella sangat bersemangat, itu adalah salah satu kesukaannya sementara Adelle merasa biasa-biasa saja. Dari dulu dia tidak pernah sukses memainkan gitar. Kelemahan yang terkadang membuatnya frustasi apalagi saat pengambilan nilai. Yang artinya dia pasti tidak akan bisa menyaingi Shella yang memang bisa dengan sangat mahir memainkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Fenti
Masya Allah Adelle
2023-01-15
0
lilis herawati
semangat up epnya kak, ceritanya menarik dan menginspirasi.
2023-01-01
0
lilis herawati
sebenarnya ia anak yg rajin
2023-01-01
0