Sakit

Shella menatap resah bangku di sebelahnya. Bangku itu kosong, pemiliknya belum juga muncul. Ya, sudah dua hari Adelle tidak masuk sekolah. Hampa rasanya tanpa kehadiran Adelle.

Biasanya hari-hari di kelas akan sangat ceria. Kehadiran Adelle dengan segala tingkah polahnya mampu memberi warna tersendiri untuk Shella. Tak ada yang mentertawakan keabsurbannya, tak ada yang menemaninya berjalan menuju ke kantin, tak ada yang membelanya saat dia beradu argumen dengan Leo dan tentu saja tak ada yang bisa diandalkan saat ulangan.

"Kamu sakit apa sih Del? Koq udah dua hari ini belum masuk. Aku kangen lho Del." Shella bergumam pelan.

"Ngapain Shel? Koq kelihatan bete gitu sih?" Yudi sang ketua kelas bertanya. "Adelle belum masuk ya hari ini?" lanjutnya.

"Iya nih Yud. Adelle kenapa lama amat ya sakitnya? Jadi males deh di sekolah." Jawab Shella asal.

"Udah di jenguk belum?" tanya Yudi lagi.

"Belum. Dari kemarin aku sibuk bantuin mama mengurus persiapan grand opening cabang rumah makan yang baru." Ucap Shella sedih. Dia merasa bersalah karena tidak menghubungi Adelle dari kemarin, padahal dia tahu jika sahabatnya itu sedang sakit. "Seharusnya aku telpon dia nanyain keadaannya." walau pelan namun Yudi masih bisa mendengar suara Shella.

"Pulang sekolah aja kita jenguk sama-sama." Yudi memberi saran. Adelle memang baru pertama kali tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Biasanya jika hanya pilek atau flu biasa, dia tetap akan memaksakan untuk datang. Alasannya sangat receh, males di rumah terus dan harus ketinggalan pelajaran.

"Oke deh" jawab Shella cepat.

_______

Sementara di rumah sederhana bercat putih. Seorang gadis manis terbaring lemas di atas kasur. Di samping tempat tidurnya, ada segelas air putih dan juga sepiring nasi berikut lauk sederhana.

Digerakkannya badannya dengan perlahan. Persendiaanya terasa kaku dan juga sakit. Belum pernah dia merasa sakit seperti ini. Sebenarnya sudah dari seminggu yang lalu dia merasa jika badannya kurang sehat. Namun Adelle tidak memperdulikannya. Tetap dipaksakan untuk bergerak dan bekerja membantu sang ibu. Sebagai anak tertua, Adelle merasa bertanggung jawab untuk itu. Dan akibtanya, kemarin badannya panas tinggi dan perutnya terasa sakit dan mual.

Dipaksakannya bangun dan beranjak menuju dapur untuk membantu ibu. Setiap pagi rutinitas itu memang sudah biasa dilakukannya. Namun belum juga mencapai dapur kepalanya terasa sangat pusing dan tiba-tiba saja dia merasa semuanya gelap. Masih sempat dia mendengar sang ayah memanggil namanya.

Adelle tidak tahu berapa lama dia tak sadarkan diri. Ketika membuka mata, dia melihat dirinya sudah terbaring di atas kasur dan sang ibu yang sedang mengompres dengan air hangat.

"Del, kamu sudah sadar nak? Kenapa kamu bangun tadi? Kenapa tidak istirahat saja di kamar jika kamu kurang sehat nak?" suara ibu terdengar sedih.

"Adelle baik-baik saja bu. Adelle hanya pusing." jawabnya.

"Badan kamu panas, suhu badanmu 39 derajat dan kamu bilang kamu baik-baik saja, Del? Kenapa kamu nggak bilang sama ibu kalo kamu sakit?" ibu masih terus bertanya.

Adelle hanya terdiam. Bukan tipe seorang Adelle yang selalu mengadu pada siapapun tentang kedaannya. Dia akan menahannya sendiri, dan baru akan berbagi jika sudah tidak ketemu jalan keluarnya. Begitu juga jika merasa kurang sehat. Dia akan menahannya dan paling banter akan membeli obat-obatan sendiri. Dia tidak ingin menyusahkan ayah dan ibunya.

"Kamu jangan ke sekolah hari ini. Tadi ayah sudah menghubungi wali kelasmu meminta ijin. Nanti agak siang kita pergi ke puskesmas." ibu memberi perintah yang Adelle tahu itu artinya dia tak mungkin bisa membantahnya.

Adelle tersadar dari lamunannya. Hasil pemeriksaan dokter dan juga tes darah yang dilakukan menyatakan jika dirinya positif typus. Dan yang terburuk adalah, dirinya harus beristirahat selama beberapa hari ke depan. Itu artinya seminggu ini dia akan berada di kamar ini dan ketinggalan pelajaran dan juga cerita seru di sekolah.

Diraihnya makanan yang sudah disediakan sang ibu sebelum pergi tadi. Perlahan sesendok demi sesendok makanan itu masuk ke rongga mulutnya. Terasa pahit, padahal sop ayam adalah salah satu makanan favoritnya. Dan dia tahu sop buatan ibu adalah yang terbaik. Demi kesembuhan dia harus mau makan

Dikembalikannya piring di atas meja, kemudian diraihnya kantong obat. Lumayan, ada sekitar empat obat yang harus di makan siang ini. Ditatapnya obat-obatan yang sudah ada di tangan.

"Bismillah... Ya Allah, Engkau yang memberi sakit. Dan Englau pula yang memberi kesembuhan. Dengan kekuasaan-Mu, berilah kesembuhan kepada hamba ya Allah. Aamiin." setelah membaca doa, empat butir obat berhasil melewati tenggorokkannya.

Adelle menatap jam dinding yang ada di kamarnya. Pukul dua belas lewat. Waktu sholat zuhur sudah tiba. Tadi ketika sedang makan, telinganya mendengar suara azan dari masjid di seberang jalan. Perlahan kakinya melangkah menuju bagian belakang rumahnya. Diputarnya kran air dan perlahan dia membersihan diri kemudian berwudhu. Setelah itu dia pun melangkahkan kakinya menuju kamar dan menjalankan ibadah sholat.

______

Adelle baru saja selesai membaca buku pelajaran ekonomi ketika telinganya mendengar suara seseorang mengucapkan salam. Diletakkannya buku tersebut dan beranjak perlahan dari atas tempat tidurnya.

Diseretnya langkah dengan perlahan. Daun pintu kamar dibuka perlahan. Langkahnya terhenti saat dia melihat sang adik yang sedang menonton film kartun di televisi beranjak dan menuju pintu depan untuk membuka pintu.

Adelle berbalik dan menutup kembali pintu kamarnya. Dia masih harus banyak istirahat jika ingin lekas sembuh, itu pesan dokter kemarin. Dihempaskannya bokongnya di kursi meja belajar. Dia tidak ingin berbaring lagi. Badannya letih. Berbaring terus menerus, dia sudah rindu ingin melakukan aktifitas seperti biasa.

"Tok tok tok." Pintu kamarnya diketuk dari luar. "Kak Adelle" itu suara sang adik.

"Masuk aja dek, nggak di kunci koq" suara Adelle masih terdengar lemah.

"Ada kak Shella di luar" sang adik memberitahu. "Ada lelaki juga kak, jadi mungkin kakak harus menggunakan jilbab." lanjutnya lagi saat dilihatnya Adelle langsung menuju keluar kamar.

Adelle mengurungkan langkahnya dan segera meraih jilbab instant yang ada di gantungan di belakang pintu. Dipastikannya jilbab sudah rapi. Namun sebelum dirinya melangkah ke luar kamar tiba-tiba saja Shella sudah masuk ke dalam kamarnya.

"Adelle, kamu apa kabar? Maafin aku ya baru datang menjenguk sekarang." Shella langsung memeluk sahabatnya. Adelle hanya tersenyum. Belum sempat dia menjawab pertanyaan, Shella sudah bertanya lagi.

"Ya ampun Del, wajah kamu koq pucat sekali sih. Kamu sakit apa? Parah ya? Udah ke dokter belum?" Shella menghujani Adelle dengan pertanyaan bertubi-tubi.

"Aku nggak papa Shel. Hanya sakit biasa." jawaban Adelle terdengar lemah.

"Kamu jangan bohong deh. Wajah kamu pucet gitu, mirip vampire aja" Shella masih saja cerewet mendengar perkataan Adelle. "Jujur aja Del, kamu sakit apa."

Adelle menatap sahabat karib yang selalu penuh perhatian itu. Wajahnya jelas menunjukan rasa khawatir. Adelle tahu bagaimana sifat Shella. Dia kemudian menjelaskan tentang penyakitnya.

"Aku sakit typus Shel. Tapi nggak ada yang harus dikhawatirkan. Aku hanya perlu istirahat dan makan dengan teratur." Adelle menjelaskan dengan lembut.

Shella memeluk sahabatnya terkasih dengan sepenuh hati. "Aku nggak mau kamu sakit Del, kamu harus banyak istirahat. Dan kebiasaan kamu yang sering menunda makan saat sedang sibuk harus kamu hilangkan. Aku kesepian nggak ada kamu. Nggak ada yang nemanin aku jajan di kantin. Trus kemarin juga ulangan aku bingung nggak bisa jawab" Shella terus berceloteh.

Adelle tersenyum menanggapi kata-kata Shella. Hatinya merasa hangat karena perlakuan gadis berlesung pipi tersebut.

"Doakan agar aku lekas sehat lagi ya, Shel. Aku juga dah kangen ingin segera sekolah. Sumpek di rumah terus" Adelle berkata sambil menyentuh lengan putih mulus Shella.,

"Ayo kita ke luar. Kasihan Yudi menunggu di ruang tamu sendiri." Shella menggamit lengan Adelle dan mengajaknya menuju ke luar kamar.

"Kamu sama Yudi ke sini? " tanya Adelle.

"Iya, dia yang ngajakin aku untuk menjengukmu."

Adelle hanya terdiam. Dia sama sekali tidak menyangka jika Shella datang ditemani oleh ketua kelas mereka. Ada rasa lain dalam hatinya saat itu namun segera ditepisnya. Wajar saja Yudi menjenguknya, dia ketua kelas.

Keduanya tiba di ruangan tamu. Yudi sedang duduk memainkan gadget ditangannya. Kepalanya terangkat saat mendengar langkah kaki mendekat.

"Halo Del, apa kabar? Lho, wajah kamu kenapa pucet banget Del. Sakit apa?" raut wajah khawatir langsung terlihat di wajah Yudi saat dilihatnya wajah Adelle yang nampak begitu pucat.

"Aku ngak papa Yud, hanya sakit biasa aja." jawab Adelle berusaha menutupi sakitnya.

"Dia sakit typus Yud, masih aja mau bohong." tiba-tiba saja Shella menjawab.

Adelle tak bisa apa-apa setelah Shella berkata demikian. Sebenarnya dia tidak ingin semua orang tahu tentang penyakitnya. Dia ingin berbagi hanya dengan orang-orang terdekat saja. Dia tidak ingin orang-orang akan menganggapnya lemah.

Mereka bertiga berbincang hangat seputar kejadian di sekolah. Sesekali Adelle terlihat tersenyum saat mendengar cerita tentang kejadian lucu. Sekitar setengah jam kemudian Shella dan Yudi berpamitan pulang. Adelle mengucapkan terima kasih kepada kedua teman sekelasnya yang sudah datang menjenguknya.

"Makasih udah jenguk aku." ucap Adelle.

"Nggak perlu berterima kasih Del. Kami senang bisa berkunjung dan maafkan kami karena nggak bawa apa-apa jenguk kamu." Shella menjawab sambil memeluk Adelle. "Cepat sembuh ya, Del" katanya lagi."

Yudi hanya tersenyum tanpa mengucapkan apa-apa. Hatinya sudah senang saat mengetahui keadaan Adelle saat ini. Semoga saja Adelle cepat pulih dan bisa sekolah lagi seperti biasa. Setelah kedua temannya menghilang dari pandangan mata, Adelle menutup pintu dan berbalik menuju kamarnya. Dia ingin berbaring. Kepalanya mulai terasa sedikit pusing. Dia harus segera beristirahat.

"Dek, kakak istirahat dulu ya." Adelle berpamitan pada sang adik yang masih asyik menatap siaran televisi.

"Iya kak." jawabnya singkat.

Adelle melangkah menuju ke kamarnya. Hatinya merasa bahagia. Sedikit terhibur hatinya mendapat kunjungan dari dua orang teman sekolahnya. Setidaknya kerinduan akan suasana sekolah bisa terobati. Perlahan dia berbaring dan mencoba untuk beristirahat. Semoga saja kesehatannya akan segera pulih, doanya dalam hati.

Terpopuler

Comments

lilis herawati

lilis herawati

berarti adele pintar ya...

2023-01-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!