Bella pov
Aku sedang berjalan menuju pasar yang berada di dekat sebuah terminal yang cukup besar di Kota B. Di sanalah tempat kedai bakso sekaligus rumahku itu berada. Aku terpaksa harus kembali pulang ke rumah karena badan dan pakaianku kotor akibat terkena cipratan air berlumpur dari orang kaya sombong itu.
Entah aku harus merasa kesal, senang, atau sedih dengan kejadian yang baru saja terjadi. Sungguh awalnya aku benar-benar merasa kesal, ketika mobil itu dengan seenaknya saja lewat di sampingku dan menyemburkan air kotor, sisa air hujan semalam, hingga membuat seluruh tubuh dan pakaianku basah dan kotor akibat cipratan bekas air hujan tersebut.
Eits, bukan hanya tubuh dan pakaianku saja deh, tapi wajahku yang cantik, imut, dan manis ini juga jadi kotor karenanya. Tapi sekarang aku merasa senang dan benar-benar puas karena telah berhasil memberi pelajaran pada orang kaya yang sombong itu.
"Bagaimana keadaannya sekarang, ya? Emang enak pakai pakaian kotor? Oh ya, kaca spion mobilnya juga rusak. Untung, tadi ada yang menelepon dan meminta laki-laki itu untuk segera pergi dari tempat tersebut sehingga aku tidak perlu mengganti kaca spionnya, hehehe... dan Mudah-mudahan aku tidak akan bertemu dengan dia lagi, " ucapku penuh harap.
****
Author pov
Bella merasa senang dengan apa yang telah ia lakukan kepada David. Hal itu, tampak dari senyum yang mengembang di wajahnya sepanjang perjalanan. Ia pun kembali ke rumahnya, berniat untuk mandi dan berganti pakaian.
“Neni, aku pulang,” teriak Bella saat tiba di depan kedai bakso yang berada di lantai bawah bangunan rumahnya.
Lalu ia masuk ke kedai bakso dan menjumpai Neneknya yang nampak sejak tadi sedang sibuk melayani para pembeli.
Neni menoleh ke arah suara yang berasal dari cucu tersayangnya itu.
“Kau sudah pulang? Cepat sekali,” sindir Neni saat melihat Bella yang baru saja sampai. Ia kemudian memperhatikan penampilan Bella dari atas hingga ke bawah.
“Ya ampun!!! Kotor sekali, kau habis main di mana, hah?” tanya Neni membentak.
“Main di jalan, Neni,” jawab Bella.
“Main di jalan bagaimana? Apa maksudmu? Astaga...” sahut Neni membelalakkan matanya dan menutup mulutnya sendiri tak berani meneruskan ucapannya sendiri.
“Astaga apa, Neni?” tanya Bella penasaran.
“Apa kau main dengan laki-laki?” tanya Neni setengah berbisik.
"Astaga, Neni! Neni peramal ya? Kok, Neni bisa tahu?” tanya Bella polos.
Jawaban Bella sontak membuat Neneknya melayangkan pukulan dengan serbet yang ada di tangannya ke kepala Bella.
“Apa?! Jadi, kau benar bermain dengan seorang laki-laki? Astaga, Bella!!!!! Apa saja yang kau lakukan dengannya!!” bentak Neni yang membuat pandangan orang-orang yang sedang menikmati bakso di kedai Bella menatap ke arah mereka.
“Neni, kecilkan suaramu! Orang-orang itu semuanya melihat ke arah kita,” bisik Bella.
“Biar saja, Nenek tidak peduli!! Sekarang katakan apa saja yang kau lakukan dengan laki-laki itu?” teriak Neni dengan suara yang masih terdengar emosi.
“Neni, aku hanya memeluk dia saja, seperti ini,” jawab Bella sambil memperagakan gayanya memeluk David.
“Apa?!” tanya Neni yang lagi-lagi memukul kepala Bella dengan serbet andalannya itu.
“Kau ini benar-benar gadis tidak bermoral, ya! Apa Nenek mengajarimu seperti itu?” bentak Neni menatap Bella dengan tatapan tajam. Bella sendiri tampak bingung dengan ucapan neneknya itu.
“Neni, apa sih maksud Neni? Aku kan hanya ingin memberi dia pelajaran. Kenapa aku sampai dikatakan tidak bermoral?" ucap Bella.
“Pelajaran? Pelajaran apa? Pelajaran membuat anak?” sahut Nenek yang seketika membuat orang-orang tersenyum mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Nenek Bella.
“Astaga, Neni! Oh, Neni...! Jadi dari tadi Neni berpikir aku dan pria itu melakukan...?” tanya Bella tak melanjutkan perkataannya, namun mulutnya masih terbuka.
“Loh, memang ada yang salah dengan pikiran Nenekmu ini? Memang kamu pikir permainan apa yang bisa dilakukan laki-laki dan wanita dewasa di jalan? Pakai peluk-peluk segala lagi,” jawab Neni bergidik ngeri karena membayangkannya pun ia sudah merasa jijik.
“Cih, pikiran Neni kotor sekali. Memang aku perempuan apaan?” sahut Bella.
“Jadi, kau benar-benar tidak melakukan itu??” sahut Neni sedikit senang.
“Cih, yang benar saja, Neni. Aku saja baru tadi bertemu dengannya. Mana mungkin aku melakukan hal serendah itu dengan laki-laki yang baru saja kukenal. Meskipun, kuakui dia sangat tampan, mungkin lain waktu aku akan benar-benar melakukan itu dengannya,” ucap Bella asal membuatnya langsung mendapat toyoran di kepalanya oleh sang Nenek.
“Dasar gadis gila! Dengar ya, selama Nenekmu ini masih hidup, jangan pernah sekali pun kau berani melakukan hal serendah itu,” sahut Neni.
“Berarti kalau Neni sudah tiada.., boleh?" jawab Bella asal hingga membuatnya lagi-lagi mendapat toyoran di kepalanya oleh sang Nenek.
“Kau benar-benar mendoakan Nenekmu ini cepat mati, ya!” sahut Neni kesal.
“Bercanda Neni. Mana mungkin aku mengharapkan kepergian dari orang yang benar-benar sangat aku cintai di dunia ini," ucap Bella sambil memeluk erat tubuh neneknya.
“Lalu katakan pada Nenek tadi apa maksudmu kalau kau sedang bermain dengan laki-laki itu, pakai peluk-peluk segala lagi?” tanya Neni yang sebenarnya masih bingung dengan apa yang terjadi pada cucunya itu.
Lalu Bella pun menceritakan semua kejadian yang ia alami bersama laki-laki yang baru dijumpainya itu.
“Jadi Neni, tadi waktu aku mau ke pasar. Aku melewati jalan yang penuh dengan kubangan bekas air hujan semalam dan tiba-tiba saja sebuah mobil sedan mewah melintas ke arahku. Cepatnya laju mobil itu membuat air yang ada di kubangan itu menyembur ke arahku hingga membuat wajah dan seluruh pakaianku basah dan kotor karenanya.” ucap Bella.
“Lalu kenapa kau malah memeluknya?” tanya Neni bingung.
“Dengarkan dulu ceritaku sampai selesai, Neni,” sahut Bella.
“Lalu aku ambil batu dan melempar batu itu ke arah kaca spion mobilnya dan ‘prang’, lemparan ku tepat dan berhasil mengenai kaca spion mobilnya itu," ucap Bella kemudian.
“Lalu?” tanya Neni menatap Bella dengan antusias. Begitu pula dengan orang-orang yang sekarang sedang menikmati bakso di kedainya itu. Mereka juga tampak terlihat sama antusiasnya dengan sang Nenek.
“Lalu dia marah dan menghampiriku. Tapi, aku enggak kalah akal, Neni. Sebelum dia memarahiku habis-habisan, aku peluk saja dia dengan erat. Lalu, aku benamkan wajahku di dada bidang miliknya dan kubersihkan kotoran yang menempel di wajahku ini dengan kemeja bersih yang ia kenakan. Hal itu aku lakukan supaya dia tidak tahan dan segera pergi menjauh dariku, hahaha,” ucap Bella diiringi tawa membayangkan kejadian tadi.
Tawa renyah Bella menular pada orang-orang di sana yang sedari tadi ikut menyimak percakapan cucu dan Nenek itu.
“Sudah, sudah, jangan tertawa mulu! Bisa-bisa kamu mati karena kebanyakan tertawa,” ucap Neni.
"Aduh, Neni, tega sekali mendoakan cucunya cepat mati seperti itu," sahut Bella.
“Sudah, sekarang, cepat sana mandi!” seru Neni sambil mendorong badan cucunya itu agar segera beranjak melangkah ke kamar mandi.
"Iya, Neniku cantik," jawab Bella.
Bella tak lagi menggubris perkataan neneknya. Ia membiarkan sang Nenek mendorongnya menuju kamar mandi. Setelah sampai, ia langsung masuk ke kamar mandi itu dan segera membersihkan dirinya yang tampak terlihat sangat kotor.
***
Terima kasih yang masih setia membaca ceritaku.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan votenya masukkan juga ke favoritmu..😍😍😍😍🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
abu😻acii
keren thor cerita mu. ada local nya ingat imle poko nya😄
2023-05-08
0
Ta..h
nenek cucu sama2 kocakk y
2023-01-29
1
Marsel
main dijalan 🙂
2021-08-24
1