Mengaku Tunangan CEO
Saat ini matahari mulai mencapai puncak keperkasaannya. Sinarnya menembus jendela-jendela rumah dengan panas yang begitu menusuk kulit.
Menebarkan keengganan pada setiap insan untuk sekedar melangkahkan kaki mereka keluar rumah. Mengusik kenyamanan pada mereka yang masih terbalut dalam selimut untuk segera bangun dan beranjak dari singgasana peraduan malam.
Hanya saja pemandangan seperti itu tidak tampak di dalam kamar gadis ini. Gadis dengan rambut hitam sedikit bergelombang, kulit putih yang mulus, dan bibir tipis merah merona seperti buah ceri tampak masih terbuai dalam mimpi di atas ranjangnya.
"Arabella!!!" Suara wanita tua yang begitu menggelegar terdengar dari luar kamar gadis tersebut. Teriakan yang sepertinya selalu berhasil membuat gadis itu terbangun dari tidurnya yang panjang.
"Hoam, Pagi Neni," sapa gadis itu saat ia keluar dari kamarnya dan menemui sosok wanita tua yang tadi berteriak kepadanya.
Dengan wajah cemberut wanita tua itu tampak sibuk membereskan mangkuk-mangkuk kotor bekas makan orang-orang yang berkunjung ke kedai tersebut.
"Kau bilang pagi, Bella? Aih, dasar gadis dungu! Kau tidak melihat apa kalau sekarang itu sudah jam 1 siang!" bentak Neni menunjuk ke arah jam dinding yang terpasang di ruangan itu.
"Hoam, jam 1 ya, Neni? Kalau begitu hebat, ternyata hari ini aku bisa bangun lebih pagi dari biasanya," ucap Bella bangga dan langsung mendapatkan pukulan serbet dari wanita yang dipanggilnya Neni itu ke kepalanya.
"Hebat, kau bilang?! Apa kau itu memang dungu atau telinga Nenekmu ini yang sudah rusak? Anak gadis bangun jam 1 siang kau bilang hebat, lantas nanti kalau kau sudah menikah, bagaimana nasib suamimu nanti? Bisa-bisa dia tidak pernah kau berikan sarapan," bentak Neni.
"Neni, Neni, Neni.. kenapa Neni selalu bicara menikah, menikah, dan menikah? Aku ini belum terpikir masalah itu Neni sayang! Lagi pula Neni, kalau aku menikah, aku ingin menikah dengan pria paling kaya di negara ini. Jadi aku tak perlu repot-repot bikin sarapan, cukup pembantuku sajalah yang membuatkan sarapan untuk suamiku dan aku bisa tidur terus sepanjang pagi," sahut Bella sambil membayangkan semua impiannya itu akan jadi kenyataan.
"Hai, gadis dungu! Jangan terlalu banyak berkhayal! Kalau ada yang mendengar ucapanmu barusan bisa-bisa nanti kau akan dimasukkan ke rumah 'sakit jiwa," ucap Neni.
"Neni, hati-hati kalau Neni bicara! Setiap ucapan itu adalah doa. Memang Neni mau gara-gara ucapan Neni, cucu Neni ini jadi benar-benar dianggap gila dan masuk rumah sakit jiwa." sahut Bella.
"Ups, baiklah-baiklah, Neni tidak akan bicara seperti itu lagi. Tapi, tolong pikirkan masalah pernikahan yang tadi Neni katakan karena usiamu ini sudah tidak muda lagi, sudah 25 tahun dan sudah sangat pantas kalau kau menikah. Lihat, teman-temanmu saja ada yang punya anak empat. Atau perlu Neni jodohkan?" tawar Neni.
"Ow, tidak Neni, ini bukan zaman Siti Nurbaya. Aku bisa mencari jodohku sendiri," tolak Bella.
"Mencari di mana? Di arena balapan liar? Apa kau tidak takut polisi akan menangkapmu? Atau kau mati di tempat itu?" ujar Neni kesal mengingat hobi cucunya itu.
"Ya ampun, Neni! Kenapa hari ini Neni terus menerus menyumpahiku sih?" keluh Bella.
"Sayang, Neni tidak suka kalau kau tiap malam ikut balapan liar. Apa kau tidak sayang dengan nyawamu sendiri, hah? Atau kau ingin membuat Nenimu ini cepat mati karena terlalu khawatir denganmu," ucap Neni.
"Cukup, Neni! Aku tak mau membahas masalah mati atau pun menikah. Sekarang aku mau pergi dulu," rengek Bella yang kemudian beranjak pergi meninggalkan Neni.
"Hei, kau mau ke mana?" teriak Neni.
"Aku mau keluar. Aku mau mencari calon suamiku Neni," jawab Bella sambil mengedipkan salah satu matanya.
"Mana ada laki-laki yang mau dengan gadis yang belum mandi sepertimu itu?" tanya Neni.
"Neni, walaupun belum mandi, aku masih terlihat cantik, kok," jawab Bella dengan penuh percaya diri.
"Oh ya? Kau begitu percaya diri sekali rupanya! Neni jadi ingin lihat, lelaki mana yang bisa tertarik dengan perempuan jorok dan belum mandi sepertimu itu," tantang Neni.
"Ada, Neni. Namanya.. David Erlangga," jawab Bella asal.
"David Erlangga? Siapa dia? Apa dia anaknya tukang sate di kedai sebelah?" tanya Neni bingung.
"Aih, Neni, kudet sekali.., dia itu seorang pengusaha tampan dan kaya, cucu laki-laki satu-satunya dari almarhum Tomi Erlangga pemilik Erlangga Grup," jawab Bella penuh penekanan.
"Erlangga Grup? Apakah itu perusahaan besar ya?" tanya Neni.
"Ya ampun, Neni sayang! Makanya jangan cuma sibuk bikin bakso saja. Sekali-kali dengarkan berita-berita di tv, Neni! Dengar ya, Erlangga Grup itu adalah grup perusahaan paling besar dan paling berpengaruh di Negara S ini dengan EG Company sebagai pusatnya," sahut Bella.
"Oh ya, betulkah? Lalu bagaimana ceritanya dirimu bisa dekat dengan cucu dari pemilik perusahaan yang paling kaya dan berpengaruh di negeri ini?" tanya Neni penasaran.
"Neni serius ingin tau?" tanya Bella dengan memasang wajah seriusnya. Lalu, ia mendekatkan wajahnya ke arah Neninya.
"Serius," jawab Neni dengan mimik yang terlihat lebih serius dari Bella.
"Dia bisa mengenalku... " menggantung ucapannya
"Dalam mimpi, Neni," ucap Bella lirih dan itu langsung mendapat toyoran kepala dari sang Neni.
****
Arabella pov
Iya, seperti itulah keseharian yang aku lewati bersama Nenekku. Nenek yang akrab ku panggil Neni. Neni adalah satu-satunya keluargaku dan orang yang paling aku sayangi sejak kedua orang tuaku meninggal dalam kecelakaan.
Aku, Arabella Anandita, akrab dipanggil Bella. Usiaku seperti yang tadi dikatakan Neni, baru menginjak 25 tahun (Masih muda kan?) Aku adalah cucu pemilik kedai bakso kecil di pasar yang berada dekat terminal. Hobiku mengikuti balapan liar tiap malam. Itu aku lakukan demi kesenangan sekaligus untuk membantu Neni membayar hutang-hutang dari rentenir yang telah menjeratnya.
Neni mulai berhutang pada rentenir saat ia ingin membangun kedai bakso milik kami. Hutang Neni sih sebenarnya tidak seberapa, tapi yang namanya rentenir, hutang kecil pun dibuat berkali-kali lipat.
Sebenarnya aku ingin sekali mengumpulkan massa untuk sama-sama mengeroyok rentenir itu. Aku benar-benar sudah muak dengan tingkah mereka. Namun, Neni sering sekali melarangnya.
Neni terlalu takut kalau-kalau rentenir itu akan membalas dendam dan mengerahkan seluruh anak buahnya untuk membuat hidupku merasa tidak nyaman. Padahal, aku sama sekali tidak takut dengan hal itu, aku hanya tidak ingin Neni merasa khawatir dan banyak kepikiran tentang diriku kalau aku sampai mencari masalah dengan mereka. Sudah cukup pikirannya di isi dengan kata menikah, menikah, dan menikah. Hanya itu yang setiap kali, ia minta dariku.
Andai saja menikah itu sesuatu yang mudah, sudah barang tentu untuk membuat Neni bahagia aku akan mengabulkannya. Tapi, masalahnya siapa calon yang layak untuk jadi calon suamiku? Apakah Si Otong anak tukang Siomay, tampan sih tapi narsisnya melebihi Oppa Korea. Si Lanang anak tukang batagor, pelitnya enggak ketulungan. Si Jojon anak tukang gorengan yang playboy dan sedikit mesum atau si Jordan pengamen jalanan yang cengengnya minta ampun. Ah, semua itu tidak sesuai dengan yang aku harapkan.
Aku masih mencari pria yang benar-benar aku cintai. Pria yang mampu membuat jantung ini berdetak tak karuan setiap kali aku melihatnya. Syukur-syukur banyak bonus yang bisa aku dapatkan darinya seperti kaya, tampan, dermawan, berkuasa, penyayang, dan semua nilai plus-plus lainnya.
Sayangnya, aku tidak yakin ada stok pria seperti itu di dunia ini. Apalagi untuk diriku yang miskin, tidak punya orang tua, dan hanya memiliki pendidikan yang pas-pasan. Meski ku tahu aku memiliki wajah yang cantik. Kata teman-temanku mirip Dilraba Dilmurat (hehe). Akan tetapi, aku rasa hanya dengan bermodal kecantikan tetap saja semua itu hanya sebuah mimpi. Mimpi tak akan mungkin jadi kenyataan. Mimpi yang akan sangat sulit untuk ku raih layaknya meraih bintang-bintang di angkasa.
Untuk saat ini, aku hanya bisa mengkhayal dan mengaku-ngaku sebagai tunangan dari David Erlangga. Sang CEO tampan yang menurut rumor emak-emak pasar memiliki ketampanan dan kekuasaan yang luar biasa.
****
Bersambung
Terima kasih telah membaca ke karyaku ini, ya..
Tinggalkan jejak kamu di novelku ya.. baik itu rate 5, like, vote dan komennya..😍😍😍
Baca juga karyaku yang lain:
"Mungkinkah Kembali" sudah tamat loh...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Ta..h
baru nemu thor ini udah lama ya ikut baca y.
2023-01-29
1
Wardah Juri
kaya menarik ceritanya
2022-08-17
1
Inru
Thor, favorit dan rate 5 yuk di karya aku. Favorit dan rate 5 akan mendarat di karya kamu. Thanks 🤗
2022-07-20
0