NovelToon NovelToon

Mengaku Tunangan CEO

Bab 1 Arabella Anandita

Saat ini matahari mulai mencapai puncak keperkasaannya. Sinarnya menembus jendela-jendela rumah dengan panas yang begitu menusuk kulit.

Menebarkan keengganan pada setiap insan untuk sekedar melangkahkan kaki mereka keluar rumah. Mengusik kenyamanan pada mereka yang masih terbalut dalam selimut untuk segera bangun dan beranjak dari singgasana peraduan malam.

Hanya saja pemandangan seperti itu tidak tampak di dalam kamar gadis ini. Gadis dengan rambut hitam sedikit bergelombang, kulit putih yang mulus, dan bibir tipis merah merona seperti buah ceri tampak masih terbuai dalam mimpi di atas ranjangnya.

"Arabella!!!" Suara wanita tua yang begitu menggelegar terdengar dari luar kamar gadis tersebut. Teriakan yang sepertinya selalu berhasil membuat gadis itu terbangun dari tidurnya yang panjang.

"Hoam, Pagi Neni," sapa gadis itu saat ia keluar dari kamarnya dan menemui sosok wanita tua yang tadi berteriak kepadanya.

Dengan wajah cemberut wanita tua itu tampak sibuk membereskan mangkuk-mangkuk kotor bekas makan orang-orang yang berkunjung ke kedai tersebut.

"Kau bilang pagi, Bella? Aih, dasar gadis dungu! Kau tidak melihat apa kalau sekarang itu sudah jam 1 siang!" bentak Neni menunjuk ke arah jam dinding yang terpasang di ruangan itu.

"Hoam, jam 1 ya, Neni? Kalau begitu hebat, ternyata hari ini aku bisa bangun lebih pagi dari biasanya," ucap Bella bangga dan langsung mendapatkan pukulan serbet dari wanita yang dipanggilnya Neni itu ke kepalanya.

"Hebat, kau bilang?! Apa kau itu memang dungu atau telinga Nenekmu ini yang sudah rusak? Anak gadis bangun jam 1 siang kau bilang hebat, lantas nanti kalau kau sudah menikah, bagaimana nasib suamimu nanti? Bisa-bisa dia tidak pernah kau berikan sarapan," bentak Neni.

"Neni, Neni, Neni.. kenapa Neni selalu bicara menikah, menikah, dan menikah? Aku ini belum terpikir masalah itu Neni sayang! Lagi pula Neni, kalau aku menikah, aku ingin menikah dengan pria paling kaya di negara ini. Jadi aku tak perlu repot-repot bikin sarapan, cukup pembantuku sajalah yang membuatkan sarapan untuk suamiku dan aku bisa tidur terus sepanjang pagi," sahut Bella sambil membayangkan semua impiannya itu akan jadi kenyataan.

"Hai, gadis dungu! Jangan terlalu banyak berkhayal! Kalau ada yang mendengar ucapanmu barusan bisa-bisa nanti kau akan dimasukkan ke rumah 'sakit jiwa," ucap Neni.

"Neni, hati-hati kalau Neni bicara! Setiap ucapan itu adalah doa. Memang Neni mau gara-gara ucapan Neni, cucu Neni ini jadi benar-benar dianggap gila dan masuk rumah sakit jiwa." sahut Bella.

"Ups, baiklah-baiklah, Neni tidak akan bicara seperti itu lagi. Tapi, tolong pikirkan masalah pernikahan yang tadi Neni katakan karena usiamu ini sudah tidak muda lagi, sudah 25 tahun dan sudah sangat pantas kalau kau menikah. Lihat, teman-temanmu saja ada yang punya anak empat. Atau perlu Neni jodohkan?" tawar Neni.

"Ow, tidak Neni, ini bukan zaman Siti Nurbaya. Aku bisa mencari jodohku sendiri," tolak Bella.

"Mencari di mana? Di arena balapan liar? Apa kau tidak takut polisi akan menangkapmu? Atau kau mati di tempat itu?" ujar Neni kesal mengingat hobi cucunya itu.

"Ya ampun, Neni! Kenapa hari ini Neni terus menerus menyumpahiku sih?" keluh Bella.

"Sayang, Neni tidak suka kalau kau tiap malam ikut balapan liar. Apa kau tidak sayang dengan nyawamu sendiri, hah? Atau kau ingin membuat Nenimu ini cepat mati karena terlalu khawatir denganmu," ucap Neni.

"Cukup, Neni! Aku tak mau membahas masalah mati atau pun menikah. Sekarang aku mau pergi dulu," rengek Bella yang kemudian beranjak pergi meninggalkan Neni.

"Hei, kau mau ke mana?" teriak Neni.

"Aku mau keluar. Aku mau mencari calon suamiku Neni," jawab Bella sambil mengedipkan salah satu matanya.

"Mana ada laki-laki yang mau dengan gadis yang belum mandi sepertimu itu?" tanya Neni.

"Neni, walaupun belum mandi, aku masih terlihat cantik, kok," jawab Bella dengan penuh percaya diri.

"Oh ya? Kau begitu percaya diri sekali rupanya! Neni jadi ingin lihat, lelaki mana yang bisa tertarik dengan perempuan jorok dan belum mandi sepertimu itu," tantang Neni.

"Ada, Neni. Namanya.. David Erlangga," jawab Bella asal.

"David Erlangga? Siapa dia? Apa dia anaknya tukang sate di kedai sebelah?" tanya Neni bingung.

"Aih, Neni, kudet sekali.., dia itu seorang pengusaha tampan dan kaya, cucu laki-laki satu-satunya dari almarhum Tomi Erlangga pemilik Erlangga Grup," jawab Bella penuh penekanan.

"Erlangga Grup? Apakah itu perusahaan besar ya?" tanya Neni.

"Ya ampun, Neni sayang! Makanya jangan cuma sibuk bikin bakso saja. Sekali-kali dengarkan berita-berita di tv, Neni! Dengar ya, Erlangga Grup itu adalah grup perusahaan paling besar dan paling berpengaruh di Negara S ini dengan EG Company sebagai pusatnya," sahut Bella.

"Oh ya, betulkah? Lalu bagaimana ceritanya dirimu bisa dekat dengan cucu dari pemilik perusahaan yang paling kaya dan berpengaruh di negeri ini?" tanya Neni penasaran.

"Neni serius ingin tau?" tanya Bella dengan memasang wajah seriusnya. Lalu, ia mendekatkan wajahnya ke arah Neninya.

"Serius," jawab Neni dengan mimik yang terlihat lebih serius dari Bella.

"Dia bisa mengenalku... " menggantung ucapannya

"Dalam mimpi, Neni," ucap Bella lirih dan itu langsung mendapat toyoran kepala dari sang Neni.

****

Arabella pov

Iya, seperti itulah keseharian yang aku lewati bersama Nenekku. Nenek yang akrab ku panggil Neni. Neni adalah satu-satunya keluargaku dan orang yang paling aku sayangi sejak kedua orang tuaku meninggal dalam kecelakaan.

Aku, Arabella Anandita, akrab dipanggil Bella. Usiaku seperti yang tadi dikatakan Neni, baru menginjak 25 tahun (Masih muda kan?) Aku adalah cucu pemilik kedai bakso kecil di pasar yang berada dekat terminal. Hobiku mengikuti balapan liar tiap malam. Itu aku lakukan demi kesenangan sekaligus untuk membantu Neni membayar hutang-hutang dari rentenir yang telah menjeratnya.

Neni mulai berhutang pada rentenir saat ia ingin membangun kedai bakso milik kami. Hutang Neni sih sebenarnya tidak seberapa, tapi yang namanya rentenir, hutang kecil pun dibuat berkali-kali lipat.

Sebenarnya aku ingin sekali mengumpulkan massa untuk sama-sama mengeroyok rentenir itu. Aku benar-benar sudah muak dengan tingkah mereka. Namun, Neni sering sekali melarangnya.

Neni terlalu takut kalau-kalau rentenir itu akan membalas dendam dan mengerahkan seluruh anak buahnya untuk membuat hidupku merasa tidak nyaman. Padahal, aku sama sekali tidak takut dengan hal itu, aku hanya tidak ingin Neni merasa khawatir dan banyak kepikiran tentang diriku kalau aku sampai mencari masalah dengan mereka. Sudah cukup pikirannya di isi dengan kata menikah, menikah, dan menikah. Hanya itu yang setiap kali, ia minta dariku.

Andai saja menikah itu sesuatu yang mudah, sudah barang tentu untuk membuat Neni bahagia aku akan mengabulkannya. Tapi, masalahnya siapa calon yang layak untuk jadi calon suamiku? Apakah Si Otong anak tukang Siomay, tampan sih tapi narsisnya melebihi Oppa Korea. Si Lanang anak tukang batagor, pelitnya enggak ketulungan. Si Jojon anak tukang gorengan yang playboy dan sedikit mesum atau si Jordan pengamen jalanan yang cengengnya minta ampun. Ah, semua itu tidak sesuai dengan yang aku harapkan.

Aku masih mencari pria yang benar-benar aku cintai. Pria yang mampu membuat jantung ini berdetak tak karuan setiap kali aku melihatnya. Syukur-syukur banyak bonus yang bisa aku dapatkan darinya seperti kaya, tampan, dermawan, berkuasa, penyayang, dan semua nilai plus-plus lainnya.

Sayangnya, aku tidak yakin ada stok pria seperti itu di dunia ini. Apalagi untuk diriku yang miskin, tidak punya orang tua, dan hanya memiliki pendidikan yang pas-pasan. Meski ku tahu aku memiliki wajah yang cantik. Kata teman-temanku mirip Dilraba Dilmurat (hehe). Akan tetapi, aku rasa hanya dengan bermodal kecantikan tetap saja semua itu hanya sebuah mimpi. Mimpi tak akan mungkin jadi kenyataan. Mimpi yang akan sangat sulit untuk ku raih layaknya meraih bintang-bintang di angkasa.

Untuk saat ini, aku hanya bisa mengkhayal dan mengaku-ngaku sebagai tunangan dari David Erlangga. Sang CEO tampan yang menurut rumor emak-emak pasar memiliki ketampanan dan kekuasaan yang luar biasa.

****

Bersambung

Terima kasih telah membaca ke karyaku ini, ya..

Tinggalkan jejak kamu di novelku ya.. baik itu rate 5, like, vote dan komennya..😍😍😍

Baca juga karyaku yang lain:

"Mungkinkah Kembali" sudah tamat loh...

Bab 2 Pertemuan

Arabella pov

Sepanjang jalan aku terus menertawai kata-kataku sendiri pada Neniku tadi.

"Bella, Bella... Bisa-bisanya kau berkata seperti itu pada Neni. Mengakui seorang CEO tampan sekelas David Erlangga sebagai calon suamimu, "

"Owh, itu benar-benar suatu mimpi yang tak akan bisa menjadi kenyataan. Mana mungkin seorang David akan melirik seorang gadis miskin dan jorok seperti yang Neni katakan tadi?"

"Tapi, wajah David itu sebenarnya seperti apa ya? Aku jadi penasaran? Karena aku banyak mendengar kalau dia itu laki-laki yang sangat tampan dan kaya. Sosok CEO yang dikagumi banyak wanita, "

"Dan aku sendiri.. hingga saat ini masih belum tahu persis wajahnya seperti apa.. Yang aku ingat waktu dia berusia 10 tahun, ia memang memiliki wajah yang sangat tampan dan imut, " gumamku berbicara pada diriku sendiri saat aku berjalan menelusuri sepanjang jalan raya.

Tanpa sadar kelakuanku itu telah memancing tatapan-tatapan aneh dan ngeri dari orang-orang di sepanjang jalan yang melihat aku berbicara dan tertawa sendiri.

"Ya Tuhan, Bella.. baru memikirkan kau menjadi calon istrinya saja, dia telah membuatmu bertingkah seperti orang gila. Apalagi kalau kau benar-benar menjadi calon istrinya, bisa-bisa kau menjadi SUPER GILA, "

"Byurr,"

Tiba-tiba sebuah sedan hitam mewah melintas dari arah berlawanan tempatku berjalan. Lajunya yang cepat mencipratkan air sisa hujan yang tergenang di tengah-tengah jalan berlubang ke seluruh tubuh dan wajahku. Hal itu sungguh membuatku sangat kesal.

"Woy," teriakku.

Namun, teriakan ku sama sekali tidak digubris oleh si pengendara tadi. Hal itu sungguh membuatku semakin geram dan jengkel. Kuambil saja sebuah batu dengan ukuran cukup besar yang aku temukan di sekitar jalan yang aku lalui tadi dan aku lemparkan ke arah mobil itu.

"Prang"

"Wuis, hebat! Rasakan itu! "

Ternyata lemparan ku kali ini benar-benar tepat sasaran. Batu yang ku lempar tadi, tepat mengenai kaca spion kiri mobil sedan tersebut.

"Aku ingin lihat bagaimana reaksi pengendara mobil itu? Apakah ia akan diam dan lewat begitu saja seperti yang tadi ia lakukan? Atau berbalik arah dan menuntut pertanggung jawaban dariku? Mari kita hitung bersama.. 1... 2... 3...."

Benar yang aku duga, mobil itu berbalik arah dan berhenti tepat di depanku.

Dasar orang kaya, saat mencipratkan air berlumpur ke tubuh orang lain.. dia diam saja, begitu asyik melenggang, dan pergi begitu saja. Tapi saat ada yang merusak barang mewahnya, sudah berjalan jauh pun masih bisa balik lagi (batinku)

Saat pintu mobil itu dibuka, tampak seorang pria berjas hitam dengan tubuh tinggi dan atletis keluar dari dalam sedan hitam itu. Raut wajah pria itu tertutup oleh kaca mata hitam yang menempel di hidungnya, namun masih bisa terlihat bahwa pria di balik kaca mata hitam itu memiliki paras yang sempurna.

Terlebih saat ia membuka kaca mata hitam itu, kesempurnaan parasnya yang rupawan membuat wanita manapun akan terpesona dan terpaku menatapnya, termasuk aku sendiri, seorang Arabella Anandita.

Ya Tuhan, tampan sekali pria itu, sungguh besar Kuasa-Mu menciptakan makhluk setampan malaikat ini. (Batinku terpesona saat menatap kesempurnaan wajahnya)

"Hei, hei hei!!" teriak pria itu sungguh membuat gendang telingaku hampir pecah.

"Ya Tuhan, kenapa kau berteriak seperti itu? Itu sungguh membuat telingaku sakit," ucapku tak kalah keras.

"Aku tidak peduli! Lagi pula kenapa kau terus menerus menatapku seperti tadi? Tidak pernah melihat orang tampan ya?" sahut pria itu sinis.

"Ih, kepedean sekali Anda! Aku hanya menikmati keindahan ciptaan Tuhan, yang sepertinya tidak tepat diberikan pada pria seperti kamu, " sahutku jujur.

"Oh ya? Bicaramu itu sudah seperti kenal dan tahu diriku saja," ucap pria itu.

"Dari gayamu saja aku sudah cukup mengenal dirimu," jawabku.

"Apa gayaku? Memang seperti apa gayaku?" tanya pria itu sambil menatapku dengan tatapan yang sangat tajam seolah-olah ia ingin sekali menelanku hidup-hidup. Belum sempat aku menjawab, pria itu pun melanjutkan perkataannya.

"Lalu, katakan! Kenapa kau tiba-tiba melempar kaca spion mobilku sampai pecah seperti ini, hah? " ucapnya lagi sambil menunjuk kaca spion mobil yang pecah karena lemparan ku tadi.

"Hei, Tuan, apa kau tidak liat aku!" sahutku sambil menunjuk diriku sendiri yang seluruh wajah dan pakaianku basah dan kotor akibat cipratan air lumpur yang dikenai mobilnya itu.

Pria itu sekilas menatapku dari atas hingga ke bawah. Sebuah senyum nampak terlihat dari wajahnya yang dingin.

"Apa yang bisa kulihat dari dirimu? Semuanya penuh dengan kotoran," ucapnya sinis

"Nah, itu kau bisa lihat! Dan apa kau tau penyebab kenapa seluruh wajah dan pakaianku menjadi kotor sekali seperti ini?" tanyaku gantian menatapnya dengan tatapan tajam.

"Nih, mobil brengsek yang telah kau kendarai inilah yang telah menjadi penyebabnya!" sahutku sambil menunjuk mobil sedan miliknya.

"Apa? Jadi hanya karena ini kau melempar kaca spion mobilku, hah?! Kau tau berapa harga yang harus aku keluarkan untuk membayarnya? Mungkin harga dirimu saja tidak cukup untuk membayarnya," sahut pria itu yang membuat darahku seolah mendidih mendengar perkataannya tadi.

"Kau bilang apa tadi?" sahutku sambil mendorong badannya ke arah mobil yang diparkirnya itu.

"Hei, jangan lancang kau!" sahut pria itu menunjuk ke wajahku.

"Kau ingin tahu seberapa besar harga diriku bukan? Sekarang akan aku tunjukkan seberapa besar harga diriku dan seperti apa rasanya ketika kau berada di posisiku?" tanyaku.

Setelah mengatakan itu aku menampakkan senyum licik di wajahku. Lalu aku mendekatinya dan tiba-tiba memeluknya dengan sangat erat sambil tak henti mengusap-ngusap wajah kotorku tadi ke dada bidang miliknya yang kini terbalut kemeja putih nan bersih.

"Hei, hei, hentikan itu! Dasar gadis gila apa yang kau lakukan! Hentikan! " teriaknya namun aku tak menghiraukannya.

Laki-laki itu terus berusaha melepaskan dirinya dari pelukanku yang sangat erat ini. Sedang aku sendiri menolak melepaskannya dan terus melakukan aksi gilaku itu untuk berusaha memindahkan seluruh kotoran yang menempel di seluruh wajah dan pakaianku ke pakaian bersih miliknya.

Aku begitu menikmati kepanikannya hingga sesuatu yang keras di bagian bawah tubuhnya menempel di badanku. Pipiku merona seketika merasakan hal itu dan aku pun segera menghentikan aksiku itu.

"Astaga, apa aku sudah kelewatan?" batinku sambil melepaskan diriku dari pelukan pria itu.

"Kau!" tiba-tiba ia menghentikan kalimatnya saat wajah kami saling berhadap-hadapan.

Kemudian terdengar bunyi ponsel berdering dari dalam saku celana laki-laki itu. Ia segera mengangkat ponsel yang ia simpan di saku celananya.

"Iya, halo, Paman," sahut lelaki itu.

"Kau ini sekarang di mana?" tanya laki-laki yang ada di seberang telepon.

"Aku sedang dalam perjalanan, Paman," jawab laki-laki itu.

"Cepatlah, kemari! Nenekmu akan segera sampai di bandara!" sahut laki-laki itu lagi.

"Baiklah, Paman. Aku pastikan setengah jam lagi aku akan sampai di sana," jawab laki-laki itu seraya melirik jam di pergelangan tangannya.

"Oke, Paman percaya padamu," lanjut si penelepon lagi sebelum akhirnya sambungan telepon mereka terputus.

Setelah selesai menelepon, laki-laki itu kembali memasukkan ponselnya itu ke dalam saku celananya. Lalu, ia berdiri menghampiriku dan menatapku dengan tatapan setajam elang.

"Baiklah, kali ini kau selamat, gadis tengik! Tapi, lain kali kalau kau bertemu denganku lagi, jangan harap kau bisa lepas dariku!" ancam laki-laki itu kepadaku sambil menunjuk wajahku dengan jari telunjuknya.

Laki-laki sombong itu pun kembali masuk dan menaiki mobil mewahnya dengan wajah yang penuh murka. Lalu, melajukan mobil itu dengan kecepatan maksimal.

Sebenarnya melihat wajah laki-laki itu saat ini membuatku cukup ngeri dengan ancaman yang ia berikan kepadaku. Kira-kira apa yang akan laki-laki itu perbuat jika aku kembali bertemu lagi dengannya ya?

Ah, sudahlah. Aku pastikan itu tidak akan pernah terjadi sebab pertemuan dengan laki-laki kaya seperti dia adalah sesuatu yang amat sangat langka terjadi dalam hidupku.

*****

Bersambung

Baca terus kelanjutan ceritanya ya dan dukung author dengan like, vote, dan jadikan favorit. Baca juga cerita " Mungkinkah Kembali " sudah tamat loh..

Bab 3 Laki-laki Sempurna

David pov

Hari ini sungguh sial bagiku sebab bertemu dengan gadis gila seperti dia. Kaca spion mobilku pecah karena kegilaannya dan satu lagi berani sekali dia memelukku seperti tadi.

Seumur hidup baru kali ini aku bertemu dengan wanita kurang waras, kurang ajar dan tak tahu malu seperti dia. Bahkan juniorku ini sampai berdiri karena sifat kurang ajar wanita itu. Sungguh ini benar-benar memalukan.

Tapi saat tadi aku ingin memukulnya, aku akui aku sedikit terpesona dengan wajahnya yang manis. Tidak aku sangka di balik wajah yang sebelumnya penuh dengan bekas cipratan air berlumpur, terdapat Maha karya Tuhan yang teramat indah.

Aih, kenapa aku jadi memuji dan memikirkan wanita itu sih.. Tapi ya.. harus aku akui wanita itu memang sangat menggemaskan sekaligus mengesalkan.

Tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering dari dalam kantong celanaku. Saat aku melihat nama "Tante Diana" di layar ponsel itu, aku pun segera mengangkatnya.

“Halo, Tante Diana ada apa?” tanyaku.

“Kamu, di mana David? Apa kamu tahu kalau Nenekmu hari ini akan pulang dari Negara R?” tanya Tante Diana.

“Iya Tante, aku tahu. Paman tadi sudah meneleponku, dan aku diminta sekarang juga untuk menjemput Nenek di bandara?” jawabku.

“Baguslah, kalau kamu sudah tahu itu dan ingat persiapkan dirimu dengan baik! Kamu tahu kan bagaimana watak Nenekmu? Tunjukkan penampilan terbaikmu! Tante tidak mau ya, gara-gara kamu, Nenekmu jadi marah sama Tante,” ucap Tante Diana.

“Baik, Tante Cantik, David tidak akan mengecewakan Nenek dan Tante. David akan menunjukkan kepada Nenek penampilan terbaik David. Nenek akan puas dan tidak akan marah sama Tante. Jadi, Tante tenanglah, “ sahut David, meyakinkan wanita di seberang telepon itu.

“Baiklah, David, Tante percaya sama kamu. Hati-hati di jalan jangan ngebut dan jangan sampai datang terlambat! Oh ya, bila perlu, sebelum kamu bertemu dengan Nenekmu, lihatlah dirimu dulu! Pastikan tidak ada sesuatu yang kurang. Tidak ada sisa cabai yang menempel pada di gigimu atau apalah,” sahut Tante Diana.

“Iya Tante, iya, kenapa Tante jadi cerewet sekali sih" sahutku dengan sedikit tertawa saat melihat tingkah Tante Diana yang begitu panik dengan kedatangan sang Nenek.

“Ah, kamu itu, seperti tidak tahu Nenekmu saja. Sudahlah David. Sekarang Tante tutup telepon ini dulu, ya? Tante masih harus mempersiapkan banyak hal di sini,” sahut Tante Diana.

“Iya, Tanteku yang cantik, sekali lagi jangan khawatir! David pasti akan mempersiapkan diri David dengan sebaik mungkin dihadapan Nenek,” jawabku.

“Baguslah kalau begitu. Ingat jangan lupakan semua pesan Tante tadi, bye David,”

“Bye juga Tante cantik," sahutku sebelum mengakhiri percakapan telepon kami.

Tante Diana memang selalu panik jika berhadapan dengan Nenek. Maklum karakter Nenek terbilang cukup unik dan menakutkan. Nenek adalah pribadi yang keras, tangguh, disiplin, dan perfeksionis.

Nenek juga merupakan ratu di istana kami sehingga tidak akan ada satu pun orang yang berani melawannya, termasuk juga Paman, putra kandungnya sendiri. Apalagi jika hal itu menyangkut diriku, cucu laki-laki kesayangan Nenek yang sekaligus juga merupakan cucu satu-satunya di keluarga Erlangga.

Sejak kedua orang tuaku meninggal dalam kecelakaan pesawat, aku dititipkan pada Paman Handika dan Tante Diana. Mereka mengurusku dengan sangat baik layaknya putra kandungnya sendiri. Itulah sebabnya aku sudah menganggap keduanya seperti orang tuaku sendiri. Apalagi Tante Diana, aku sangat menyayanginya sama seperti aku menyayangi ibu kandungku sendiri.

“Astaga,”

"Ciit...,"

Aku menekan pedal rem mobilku kuat-kuat. Ucapan Tante Diana tadi membuat aku teringat pada kejadian tadi. Kejadian yang baru saja aku alami bersama gadis aneh dan tidak waras itu. Segera aku alihkan pandanganku ke arah spion mobilku.

“Ah, shit” umpatku.

Aku baru ingat bahwa kaca spion mobilku pecah gara-gara lemparan batu dari gadis itu. Lalu, selain dia memecahkan kaca spion mobilku dia juga memelukku dengan erat sampai pakaianku...

“Ya Tuhan, saat ini pakaianku benar-benar kotor,” ucapku semakin geram saat melihat kondisi pakaian yang kupakai sekarang.

"Gadis yang benar-benar kurang ajar. Selain telah merusak kaca spion mobilku, dia juga telah mengotori pakaian yang kupakai hari ini. Ah, bagaimana kalau Nenek melihat ini semua? Bisa-bisa Nenek akan memaki-maki Tante Diana habis-habisan dengan kata-katanya yang super pedas dan tak berperasaan. Aku harus memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah ini, "

“Ah, Lim! Rumah dia kan tidak jauh dari sini. Aku akan memintanya meminjamkan mobil dan pakaian untukku,” ucapku.

Lalu kuambil ponsel dan kutekan nomor ponsel miliknya.

“Halo, Bos apa kabar? Belum genap 24 jam kau.. Eh, maksudku Anda sudah menghubungiku lagi, sepertinya Anda memang tidak bisa jauh dari sekretaris teladanmu yang satu ini,” ucap Lim begitu mengangkat telepon dariku.

“Ah, sudahlah Lim, tak perlu sombong! Sekarang aku sedang sangat membutuhkan bantuanmu. Jadi, cepatlah kemari! Bawakan aku pakaian dan jas yang cocok untukku SEGERA. Selain itu, pinjamkan juga aku salah satu mobilmu, tentunya mobil yang belum dikenali oleh Nenek,” pintaku.

“Baik, Bos, tapi kenapa Bos membutuhkan itu? Bukankah Bos punya banyak sekali pakaian dan mobil di rumah Bos,” tanya Lim penasaran.

“Sudahlah Lim, tak perlu banyak tanya! Sekarang, antar kan saja segera semua yang aku minta tadi ke Jalan XX. Lain kali baru ku ceritakan alasanku membutuhkan semua itu saat ini," sahutku tak ingin Lim lebih banyak bertanya lagi padaku.

Sesuai dengan dugaanku, Sekretaris Lim memang selalu bisa diandalkan. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, ia mengantarkan semua keperluan yang aku butuhkan. Pakaian, jas, dan mobil tentunya.

“Bos, kenapa kondisi Anda bisa seperti ini?" tanya Lim heran melihat penampilanku yang kacau dan kaca spion mobilku yang rusak.

“Sudahlah, sudah kubilang, nanti pasti akan aku ceritakan. Sekarang waktuku tidak banyak,” jawabku bergegas mengambil pakaian dan jas yang ada di tangan Lim. Lalu aku mengganti pakaian itu dengan pakaian yang tadi aku pakai di dalam mobil.

“Lim, tolong bawa mobilku dan segera perbaiki kerusakannya! " sahutku sambil melemparkan kunci mobilku pada Lim.

“Siap, Bos,”jawab Lim setelah menangkap kunci mobil yang kuberikan.

“Lim, bagaimana penampilanku sekarang?" tanyaku pada Lim setelah selesai mengganti pakaian yang dibawa olehnya.

“SEMPURNA, Bos. Seperti biasa Anda selalu dalam penampilan yang terbaik,” puji Lim.

Aku pun kembali memperhatikan penampilanku sendiri. Iya, Lim memang benar. Aku selalu dalam penampilan yang terbaik dan kali ini aku juga tidak akan mengecewakan nenekku. Jika bukan karena ulah gadis itu, aku tak perlu repot-repot memanggil Lim kemari dan mengganggu waktu liburannya. Padahal, baru kemarin aku katakan pada Lim bahwa mulai hari ini aku tak akan mengganggu liburannya. Dia bisa tenang dan istirahat di rumah saja. Tapi apa yang aku lakukan saat ini? Karena ulah gadis tengik itu, aku terpaksa menarik kembali semua ucapanku pada Lim kemarin.

"Gadis aneh yang menjengkelkan. Awas saja kalau sampai aku bertemu dengan gadis itu lagi, aku pasti akan memberinya pelajaran yang akan membuatnya menyesal karena telah berurusan dengan seorang David Erlangga, " janjiku.

****

Bersambung

Catatan author:

Terima kasih yang telah membaca cerita author hingga episode ini. Dukung terus karya author ya.. dengan memberikan rate 5, like, vote, dan komennya.🙏🙏🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!