My Alter Ego Girl
Di hari ini dan detik ini juga, di sebuah rumah terlihat sederhana tapi nyaman membuat siapa saja pasti akan senang untuk bersinggah di rumah itu.
Tapi itu hanyalah tampilan luarnya saja, di dalamnya terlihat banyak pecahan kaca dari berbagai bahan kaca yang dihancurkan, seorang gadis kecil meringkuk dalam kamar dengan badan penuh gemetaran, air matanya sudah kering untuk menangis.
Gadis itu terlihat berantakan dengan rasa sakit dari salah satu pergelangan tangannya, itu meninggalkan sebuah bekas kebiruan akibat digenggam keras oleh seseorang.
Matanya menampilkan ketakutan tajam kepada dunia, seakan dunia ini tidak menyenangkan sama sekali untuk sebuah kehidupan manusia.
"Aku takut, kenapa mereka bertengkar lagi?" batin gadis kecil itu dengan air mata mengalir tersisa, dia belum terbiasa dengan keadaan orangtuanya seperti ini terus.
Dulu gadis kecil itu pernah merasakan keharmonisan keluarga, dimana ia dimanja, disayang, dan dipedulikan.
Tapi semuanya itu berubah sejak ibunya melahirkan seorang adik untuknya, dia tidak dimanjakan lagi, mereka hanya sibuk mengurus adiknya, gadis kecil itu disuruh mengerti untuk semua yang tidak dia mengerti sama sekali.
Awalnya dia mengerti kalau adiknya butuh perhatian ekstra, tapi ia akhirnya mengerti bahwa dia sudah mulai tidak dipedulikan lagi.
Kata makian tidak berhenti untuk bersuara, malah lebih menakutkan sebab suara makian abangnya juga terdengar keras.
"Sepertinya abang mulai menengahi pertengkaran ayah dan ibu, baguslah, walaupun caranya salah." batin gadis kecil itu lagi.
Gadis kecil itu berjalan kearah tempat tidur, dan meringkuk nyaman disana, dia tidur nyaman dengan pertengkaran yang sudah tidak terdengar lagi, seakan dunianya sudah damai seperti biasanya.
Setelah beberapa jam kemudian rumah itu akhirnya tenang juga, tidak ada suara pertengkaran, atau makian yang tidak enak didengar, hanya sebuah kata sunyi dan kesepian yang bisa diceritakan.
Pintu kamar gadis kecil itu terbuka tanpa disadari oleh pemiliknya yang tertidur nyenyak, langkahnya terdengar tenang dan stabil, dengan membawa kotak P3K di tangannya.
"Kamu sudah melalui banyak proses." suaranya setenang air tapi juga serak berat secara bersamaan akibat dari masa pertumbuhannya.
Laki-laki itu mengambil salah satu pergelangan tangan gadis kecil itu, terlihat kebiruan yang jelas membuat laki-laki itu mengerutkan keningnya.
"Mereka benar-benar keterlaluan denganmu, kamu adik yang kuat."
Laki-laki itu mulai mengobati pergelangan tangan gadis kecil itu dengan pelan-pelan, saat baru saja obat itu dioles dengan pelan gadis kecil itu mengerutkan keningnya dalam tidur, jelas bahwa itu menyakitkan.
"Hmm, ibu aku kesepian, ayah kapan kamu mengerti aku?" gadis kecil itu mengigau dengan tenang dalam tidurnya, laki-laki itu yang mendengar hanya bisa menghela nafasnya.
"Maafin abang yang tidak bisa menjaga keharmonisan keluarga ini lagi, gadis kecilku kamu harus kuat untuk melaluinya." itu adalah sebuah kalimat menenangkan yang menghibur, seakan mengetahui apa yang dikatakan abangnya gadis kecil itu mulai tertidur pulas.
Luka di salah satu pergelangan tangannya sudah dibungkus dengan perban, itu tidak akan terasa sakit lagi saat bergesekan dengan sesuatu.
"Tidurlah dengan nyenyak, gadis kecilku." laki-laki itu mulai membenarkan selimut adiknya, melihat gadis kecil itu sudah tertidur tenang, ia mulai meninggalkan kamarnya dengan pelan-pelan tidak mau mengganggu pemilik kamar itu.
Setelah keluar dari kamarnya, laki-laki itu melihat salah satu adik perempuan yang sudah dewasa, menatap dirinya dingin lalu pergi ke kamar tanpa berkata.
"Kamu benar-benar tidak sopan! apakah aku mengajarimu seperti itu?"
Mendengar peringatan keras dari abangnya, mata perempuan itu terlihat tidak peduli malah lebih melihat sebuah bahan ejekan, dia berhenti diambang pintu kamarnya, tanpa berbalik ia berkata dengan tajam.
"Setelah lebih menyayangi adik perempuanmu yang satu itu, aku tidak perlu sopan santun untuk menghadapi mu." setelah itu terdengar bantingan pintu keras tanpa perasaan, perempuan itu tidak peduli jika pintunya akan rusak.
Laki-laki itu menghela nafasnya panjang, ia lalu mulai keluar dari rumah tidak peduli sudah malam seperti apa waktunya, laki-laki itu perlu menenangkan diri.
"Market! Tumben lo ke sini?" suara temannya terdengar, tapi ia tidak menjawab hanya mematikan mogenya yang berisik.
"Mark Alferd Sarendra, kalau orang nanya itu dijawab!" melihat salah satu temannya kesal, Mark hanya memutar matanya jengah.
"Biasalah, banyak masalah di keluarga, apalagi selain itu?"
"Banyak masalah mulu keluarga lo, gak bosen tuh keluarga lo?" Jevano yang dari tadi diam, akhirnya mulai menimpali melihat nasib temannya.
"Gak tau, gua juga gak peduli asal gua dan orang yang gua sayang masih hidup."
"Maksud lo Riana Amelia Lestari? siapa lagi orang yang lo sayang selain dia? adik perempuan lo yang udah dewasa aja, udah gak lo pedulikan, apalagi adik bungsu itu."
Darka yang melihat temannya sangat pilih kasih, hanya bisa mencibir tanpa perasaan, lagipula ia harus adil dalam bersikap bukan? dia juga sudah dewasa seharusnya dia memikirkan kemungkinan yang terjadi, jika ada pilih kasih seperti ini.
"Gua tahu apa yang gua lakuin, lo gak usah ngasih tau gua berkali-kali, Darka."
"Udah-udah gak usah dibahas lagi, Mark butuh waktu buat nenangin diri, kita gak boleh nambah lagi beban pikiran dia." Cakra menengahi keduanya dengan bijaksana, dia memang yang paling tua disini, pikirannya lebih dewasa dari teman-temannya ini.
Pikiran Mark mulai melupakan kejadian yang terjadi di rumah, ia mulai bermain kartu dengan temannya.
"Woy, udah malam ini! dimarahin ntar kita!" Jevano yang tidak ikut bermain kartu mengingatkan teman-temannya.
"Gua nginep di rumah lo Jev, boleh nggak?" Mark kali ini sedang tidak mau untuk pulang ke rumah, melihat rumah membuat moodnya harus berantakan lagi.
"Ayoklah gas, kebetulan gua sendirian di rumah, ortu gua lagi pergi."
"Yaudah, kita pulang ya, baik-baik kalian berdua."
Darka dan Cakra memang searah jalannya, jadi mereka selalu pulang bersama.
Melihat mereka sudah pergi, Jevano dan Mark juga pergi dari tempat biasa mereka berkumpul, rumah Jevano tidak terlalu jauh, malah biasanya mereka akan berkumpul di rumah Jevano.
Rumah Jevano tidak terlalu besar, tapi untuk seukuran hidup di desa ini, itu sudah besar, keluarga Jevano memang keluarga terpandang di desa ini, jadi tidak heran kalau Jevano sering mentraktir temannya tanpa pandang bulu tempat.
"Seperti biasa kan tempat gua?"
"Iya itu masih biasa, malah tempat itu khusus dijadikan kamar buat lo, akibat lo keseringan nginep disini."
mendengar cibiran temannya, Mark melambaikan tangan tidak peduli, berjalan kearah sebuah kamar yang biasa ia tidur di rumah Jevano, ia memang sering menginap di rumah Jevano, bahkan keluarga Jevano tau dan tidak mempermasalahkannya sama sekali.
Mark membaringkan tubuhnya dengan nyaman, pikirannya yang tadi tenang kembali berputar lagi untuk memikirkan masalah keluarga yang tidak ada habisnya.
"Benar-benar bikin pusing!"
Tidak mau memikirkannya lagi, Mark mulai tertidur dengan nyenyak, menutup mata terhadap malam yang sulit dilupakan, dan melelahkan bagi mentalnya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Not Found
nyesek siih,
2023-03-01
0
Milktea_ID
motor moge, motor-motor gede 😭 maaf Thor sebelumnya 😭
2023-02-09
0
𝕾𝖆𝖌𝖊🄶𝖗𝖊𝖊𝖓92࿐N⃟ʲᵃᵃ࿐
semangat lyandra, kukasih bunga biar nambah semangat. 😘
2022-12-22
1