Jalan-jalan Bareng Abang

Segenap jiwa dan raga, akhirnya Riana berhasil membuat abangnya itu bergerak cepat, dan berakhirlah mereka disini, berkumpul bersama teman-temannya Mark, mereka juga ikut!

"Tau Riana ikut, mending gua ajak Adek gua, buat jadi teman Riana." Cakra berkata memecahkan keheningan yang melanda.

Mereka berada di Rumah Kopi Banjarnegara, Rumah Kopi terletak di jalan pemuda blok E yang tidak terlalu jauh dari kawasan desa mereka, tempat ini terkenal dengan kopi yang menjual dengan kualitas terbaik, selain itu para anak muda biasanya juga nongkrong disini.

"Gak mau, Riana lagi pengen sama Abang aja." jawab gadis kecil itu dengan suara susunya, itu masih menggemaskan seperti biasa.

"Dengerin tuh apa kata Adek gua Cak."

"Cak, Cak, Cak lontong apa?!"

"Hahaha, sensi amat, pms ya neng?"

"Sekali lagi ngomong kek gitu, gua--!"

Cakra melakukan gerakan seperti memotong leher dengan jarinya, mengundang tawa para temannya.

"Katanya mau jalan-jalan bang, ini mah nongkrong bukan jalan-jalan."

"Bentar lagi Rin, kita rame-rame soalnya." jawab Mark dengan sabar, mengundang ekspresi bingung di wajah Riana.

"Bang Mark, masih ada teman lagi?"

"Ada itu si Darka, kamu lupa?"

"Oh Bang Dark, pantesan Riana ngerasa ada yang kurang ternyata dia belum datang."

Melihat wajah Riana yang bosan, Mark memberikan ponselnya kepada Riana untuk dimainkan, dan diterima baik oleh Riana.

Sementara Riana sibuk dengan ponselnya, ketiga laki-laki itu mulai berbincang serius tentang temannya yang tidak kunjung datang.

"Si Darka lama banget sih, lumutan gua!" Celetuk Jevano yang sedari tadi diam menikmati kenikmatan kopinya.

"Apa gua jemput aja ke rumahnya? siapa tau dia gak bisa kesini."

Usulan Cakra disetujui oleh dua sahabatnya, melihat Cakra sudah pergi Jevano dan Mark diam menikmati kopinya masing-masing.

"Mark, kan lo mau lulusan nih, kuliah apa kerja?"

Mendapatkan pertanyaan itu, Mark terdiam sejenak, ia tidak tahu harus kemana, kalau kuliah? ia memikirkan pekerjaan ayah walaupun beberapa hari ini stabil tapi kemungkinan terjadi di masa depan tidak tau. ia tidak bisa mengambil itu.

"Kerja, tapi gua bingung kerja apa?

Mata Jevano berbinar, kalau sahabatnya memilih kerja, kebetulan usaha keluarganya sedang membutuhkan seorang pekerja.

"Kebetulan usaha keluarga gua butuh seorang pekerja lulusan SMA, kalau lo mau lo bisa kerja disana, tapi itu di luar provinsi."

Ketika mendengar hal itu, Mark meredupkan matanya, ia tidak bisa keluar provinsi, ia tidak bisa meninggalkan gadis kecilnya bersama keluarga itu!

"Itu pertimbangkan aja dulu, lagipula lo pasti gak mau ninggalin adik kecil lo kan?"

"Yah, gua bakal pertimbangkan nanti, semoga aja nanti pilihan gua bener."

Jevano hanya mengangguk ringan, sedangkan Riana diam-diam mendengarkan pembicaraan mereka.

"Kalau Abang pengen banget kerja disana, Riana gak bakal ngalangin kok, Riana udah gede pasti bisa jaga diri baik-baik."

Mark mengelus kepala gadis kecilnya, ia tidak menyangka akan mendengar hal itu dari mulutnya, pemikiran gadis ini benar-benar dewasa!

"Dia baru 7 tahun Mark, gua gak akan bisa berpikir seperti itu." Jevano berbisik kepada Mark, yang tidak bisa didengar oleh Riana kembali fokus bermain ponsel.

Pada saat umur 7 tahun tentu mereka sedang bermain lumpur bersama-sama, bersenang-senang tanpa memikirkan beban apapun. Mark tentu tahu bahwa masalah keluarganya yang mengubah dirinya untuk berpikir dewasa, memikirkan hal ini hatinya merasa lebih tertekan lagi.

"Yo, bro sorry tadi gua gada motor, untungnya kalian ngirim utusan." Melihat Darka dan Cakra sudah datang bersama, Riana akhirnya bernafas lega, ia sangat ingin jalan-jalan!

"Kenapa lo gak chat, goblok?!" Jevano bertanya dengan gemas.

"Hehehe, gada paketan."

"Yaudah, ayok gas, Adek gua udah bosen lihat muka lo pada."

Cibiran dari Mark, membuat kesal ketiga temannya, mereka dengan enggan mengikuti Mark.

Mark menggendong Riana dengan mudahnya, sedangkan yang digendong hanya merenggut kesal tidak bersuara.

"Abang, kita mau kemana?"

"Motoran tanpa arah, lalu pulang ke rumah." bukan Mark yang menjawab tapi Darka, mendengar hal itu Riana memandang abangnya bingung.

"Abang sering kek gini dek sama temennya Abang, biar gak bosan, lagipula itu juga buat refreshing, jadi gak usah bingung."

"Ngabisin bensin dong?"

Mendengar pertanyaan polos Riana, Darka dan Cakra hanya tertawa kecil, sedangkan Jevano hanya memutar matanya malas.

"Tenang aja, disini ada atm berjalan, kalau bensin habis tinggal dibayarin dia." Mark menjawab dengan santai menunjuk Jevano yang menatapnya sengit.

Suara motor saling beradu, Riana menatap jalanan dengan kagum, sebab di jalan dipenuhi anak motor yang menggunakan moge, mereka seperti saling menyapa satu sama lain, Riana tidak tahu apa artinya yang ia tahu mereka saling menyapa dengan membunyikan motor begitu keras.

"Bang, mereka Genk motor ya?"

"Iya dek, nama gengnya Aderfia, pemimpin mereka sahabatnya abang."

"Aderfia apa artinya bang?"

"Kalau gak salah, Aderfia diambil dari bahasa Yunani, yang artinya bersaudara."

Riana menatap abangnya takjub, ia tidak pernah mengira abangnya memiliki hubungan dengan Genk motor.

"Bang Mark, keren banget bisa berhubungan sama Genk motor!"

Mendapatkan pujian dari gadis kecilnya, Mark hanya bisa menggelengkan kepalanya tanpa daya.

Mereka melanjutkan perjalanan sampai waktu tidak terasa, malam telah tiba Riana meregangkan tubuhnya yang lelah, mereka sekarang sedang beristirahat di sebuah kedai makanan.

Kedai makanan itu terlihat kecil secara bersamaan terlihat nyaman, dan layak untuk singgah disitu.

"Kamu mau pesan apa Ri?" Mendapatkan pertanyaan dari Jevano, Riana melihat menu makanannya, matanya berbinar dan memesan makanan dengan cepat.

"Aku mau satu porsi ayam geprek, sate, mie goreng terus jus alpukat, terimakasih."

Para teman-teman Mark tercengang, mereka kira Riana tidak akan berani memesan, tapi ternyata salah dan nafsu makan gadis kecil ini sangat besar!

"Emm, kenapa? apa Riana harus ganti menunya, yaudah kalau gitu --"

"Gak usah Ri, malah bagus kamu makan yang banyak, membantu pertumbuhan." kata Cakra yang di setujui yang lain.

"Iya bener kata Cakra, lagian lo masih kecil wajarlah makan banyak."

mendengar hal itu tubuh Riana yang menegang akhirnya santai, Mark hanya sibuk memeluk gadis kecilnya tanpa memberikan komentar, membuat geli Riana dengan cepat melepaskan dirinya dari pelukan abangnya.

"Hahaha, market dasar mini market, lihat tuh adik lo jadi risih, gua seneng lihat muka kesel lo!"

Mendengar ejekan dari Darka, Mark melayangkan tatapan kesal kepadanya, tidak berbicara maupun membalas.

Riana hanya menatap polos mereka berdua, berpura-pura seakan tidak mengerti apa yang dibicarakan.

Sedangkan Cakra dan Jevano sibuk memesan makanan, yang tidak tahu kejadian di meja makan, kalau tidak mereka pasti menertawakan Mark juga.

Hari itu adalah hari yang menyenangkan menurut Riana, ia jadi merasakan bagaimana rasanya mempunyai sahabat setia, yang tidak bisa ia rasakan, Riana berharap dalam hatinya bahwa suatu hari nanti ia akan memiliki teman seperti itu.

...----------------...

Terpopuler

Comments

🌸🐹ⒶⓇ.ⒶⓁⒺⓍⒶ 🌱🌸

🌸🐹ⒶⓇ.ⒶⓁⒺⓍⒶ 🌱🌸

kalo pusing istirahat kakak kuu,, jangan dipaksa terus kak ly

2022-12-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!