My Beloved CEO
“Kurang ajar sekali pria itu, beraninya hanya pada wanita, tidak punya perasaan!”
Seorang wanita tampak begitu kesal, ketika melihat pertengkaran yang terjadi antara sepasang kekasih di salah satu supermarket terbesar di London.
Pasangan itu dengan tidak tahu malu terus beradu argumen di tempat ramai, yang membuat mata setiap pengunjung tertuju ke arah keduanya.
“Sial kau Anya! Aku tidak akan memaafkanmu lagi!” Pria yang sedang terlibat keributan berteriak dengan suara menggelegar kepada wanitanya.
Hal ini membuat Freya, salah satu wanita yang menyaksikan kejadian tersebut semakin geram, dan lantas menghampiri pasangan tersebut.
“Hey kau!” Freya menunjuk pria yang tengah emosi itu.
Jika dilihat dari penampilan, sudah pasti pria itu bukan orang sembarangan, karena tergambar jelas dari setelan mewah yang menempel di tubuhnya.
Freya menatap pria itu dengan tajam. “Kau adalah seorang pria, apa kau tidak bisa bicara sedikit lembut pada kekasihmu ini? Apakah telingamu tuli, dia sudah berulang kali meminta maaf dan mengakui kesalahan, tapi kenapa kau masih berteriak-teriak padanya!"
Pria itu sontak terkejut, dia merasa aneh dengan kedatangan Freya yang tiba-tiba, bahkan tanpa diundang.
Apakah gadis ini adalah jelmaan jailangkung? Mungkin pertanyaan inilah yang sekarang terlintas di benak pria tersebut.
“Kau tidak tahu apa masalahnya, dan masalahku dengannya tidak ada hubungan denganmu, jadi lebih baik tutup mulutmu itu!” seru pria tersebut sembari membalas tatapan Freya dengan tajam.
Freya menggelengkan kepada, dia sangat benci pada pria yang bisanya hanya mengintimidasi wanita.
‘Ohh, sepertinya pria ini tidak tahu siapa Freya, kalau begitu biar aku tunjukkan padanya betapa kerasnya pukulan seorang atlet peraih medali emas cabang bela diri provinsi!' celetuk Freya dalam hati.
Pada saat ini, rasanya Freya sudah tidak sabar untuk segera memukul wajah pria tersebut.
Hiiiaaakkk!
Freya mengepalkan tangannya dengan kuat, dan mengayunkannya ke wajah mulus pria itu.
Plaakk!
Tapi sebelum itu, sebuah tampan sudah terlebih dulu mendarat di pipi kanan Freya, asalnya dari wanita yang Freya pikir adalah kekasih pria tersebut.
“Aaawww, sakit!” ringis Freya sembari memegangi pipinya yang terasa perih.
Sontak saja hal ini membuat Freya begitu bingung. Dia di sini untuk membela wanita berpenampilan glamor tersebut. Namun, alih-alih ucapan terima kasih yang didapat, tapi justru sebuah tamparan.
“Kenapa kau malah memukulku, Nona? Bukankah aku ....” Perkataan Freya terpotong.
“Apa yang dikatakan kekasihku benar, sebaiknya kau diam saja!”
Sepasang kekasih itu lantas berjalan keluar, dan melanjutkan pertengkaran mereka. Sepertinya apa yang dilakukan oleh Freya tidak membuat suasana membaik, dan sampai saat ini masih terdengar keduanya terus berteriak satu sama lain.
Sesaat kemudian, salah seorang pengunjung berusia setengah baya mendekati Freya.
“Nak, keberanianmu tadi patut dipuji. Kau berusaha membantu wanita itu, tapi sepertinya dia tidak tahu cara berterimakasih.”
Freya hanya menggelengkan kepala, sambil mengusap pipi yang masih sakit akibat tamparan dari wanita barusan.
“Iya, Nyonya, padahal aku hanya ingin memberi pelajaran kepada pria yang suka berkata kasar kepada wanita.” Freya tersenyum hangat kepada seorang wanita yang memiliki kemiripan wajah dengan ibunya.
Tiba-tiba saja cairan bening mengenang di pelupuk mata Freya. Sudah lama sekali dia tidak bisa berpergian dengan sang ibunda, seperti berbelanja ataupun sekadar keluar mencari angin segar.
Kini wanita yang sangat dicintai Freya itu tengah kritis, dan harus menghabiskan hari-hari di ruang perawatan selama setahun belakangan.
Freya berusaha menahan airmatanya agar tidak menetes, lalu segera pamit kepada wanita setengah baya tersebut, “Nyonya, aku pamit lebih dulu ya."
Pada saat ini Freya harus segera kembali ke rumah sakit, sebab ia tidak ingin sang ibunda ditinggal terlalu lama.
Freya bergegas membawa keranjang belanjaan ke kasir.
‘Bu, tunggu Freya ya.’ ucapnya dalam hati sembari membayangkan wajah wanita yang sangat berharga di hidupnya.
Gleedaarr!
Baru saja Freya keluar dari supermarket, terdengar suara petir saling bersahut-sahutan, dan langit menjadi gelap dalam waktu bersamaan. Tak lama kemudian hujan pun turun dengan begitu derasnya.
Hal ini membuat Freya terpaksa menunggu sampai reda, sebab ia tidak membawa payung, tidak juga punya uang lebih untuk naik taksi.
Haaaahh!
Freya hanya bisa menghembuskan napas dengan kuat untuk mengusir rasa bosan. Dia terus berdiri di depan supermarket dengan tangan menjinjing kantong yang berisi buah-buahan segar.
Pada saat saat sama, intuisi Freya merasakan jika dirinya tengah diperhatikan oleh seseorang, lalu Freya pun menoleh ke arah samping.
Benar saja, di sana ada wajah dingin dan datar yang tengah memandanginya dengan tatapan kesal.
Freya segera memalingkan wajah, dia malas berurusan dengan sosok yang tak lain adalah pria kasar tadi.
‘Kenapa dia masih berada di sini?’ Freya bermonolog.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun atau menanyakan sesuatu, pria itu terus berdiri di samping Freya.
Sejurus kemudian, muncul seorang pria berjas hitam mendekati pria tersebut. Lalu berkata sembari menundukkan kepalanya, "Lapor, Tuan Daryan. Sesuai perintah, Nona Anya telah diantar ke kediamannya.”
“Baiklah, terima kasih atas bantuannya. Pastikan dia tidak menemui saya dalam waktu dekat ini, saya masih belum mau bertemu dengannya," ujar Daryan dan pria di hadapannya mengangguk.
‘Cih, tidak ingin bertemu, nanti tidak ketemu sehari langsung kangen,' cibir Freya dalam hati sambil melirik Daryan dengan ekor matanya.
“Baik, Tuan. Apa kita mau langsung pulang saja?" tanya Pria yang diyakini Freya adalah asisten pria tersebut.
Daryan menggelengkan kepala. “Tidak, saya masih ada urusan yang harus diselesaikan dengan wanita ini!”
Sontak saja manik mata Freya membesar. Dia yang sejak tadi berusaha untuk tidak menghiraukan Daryan, kini terpaksa menoleh ke arah pria itu.
Dapat dilihat oleh Freya jika wajah Daryan begitu dingin, tak ubahnya seperti kulkas yang memiliki seribu pintu.
Detik selanjutnya Daryan pun mengayunkan kaki tegapnya untuk mendekati Freya.
Freya tidak tahu harus berbuat apa, saat ini dalam pikirannya hanya satu, yaitu sebentar lagi dia akan terlibat baku hantam dengan Daryan. Mungkin harus satu lawan dua, mengingat di samping Daryan ada asistennya.
“Apa kau tidak memiliki pekerjaan?" tanya Daryan yang membuat dahi Freya berkerut.
“Apa maksudmu?” Freya menatap dengan mata menyipit.
“Hanya orang kurang kerjaan yang suka mencampuri urusan orang lain!" sindir Daryan.
Haahhh!
Freya mencoba mengatur napas hanya agar kepalan tangannya tidak langsung menghantam wajah Daryan.
“Coba kau pikir, apakah seorang pria pantas bersikap seperti tadi pada wanita? Sungguh, aku sekarang meragukan kejantananmu!" balas Freya tak kalah menyindir.
Mendengarnya, seketika membuat wajah Daryan menggelap penuh amarah.
“Camkan baik-baik, kau- ...” ucapan Daryan terpotong karena mendengar dering ponsel yang berbunyi dari dalam saku jasnya.
Driingg ... Dringg!
Daryan segera menjawab panggilan tersebut.
Selesai bicara dengan penelpon, Daryan kembali beralih pada Freya.
Daryan mengacungkan jari telunjuk tepat di depan wajah Freya. "Kau beruntung karena saya sedang sibuk. Saya harap kita tidak pernah bertemu lagi!”
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Eka Bundanedinar
loh kak ada karya baru kog g ada pnngumuman sih ...di fav dulu deh
2023-01-01
1
Tri Sulistyowati
belum tentu juga
2022-12-30
1