Freya tidak menyahut, tapi ekor matanya terus mengikuti sampai Daryan menghilang.
“Siapa juga yang ingin bertemu denganmu? Dasar pria aneh!” umpat Freya kesal.
Ketika hujan mulai reda, Freya pun segera meninggalkan supermarket.
“Ibu tunggu Freya, yaaa....” Tidak bosan-bosannya ia mengatakan hal itu sembari melangkahkan kakinya dengan penuh semangat.
Dikarenakan kondisi ekonomi yang berat, Freya tidak memiliki banyak waktu untuk menemani ibunya di rumah sakit. Pagi hari Freya mengajar sebagai guru honorer di salah satu playgrup terkenal yang bernama Winston, lalu setelah pulang ia masih harus bekerja serabutan demi mendapatkan uang lebih.
Freya biasa bekerja part time di toko kue, vendor catering, atau apa saja asalkan bisa menghasilkan uang untuk membiayai perawatan ibunya yang tidak sedikit.
Freya sadar dirinya hanyalah seorang guru playgrup, gajinya tidak mungkin cukup untuk kebutuhan hidup dan biaya rumah sakit, sebab itu Freya tidak pernah pilih-pilih pekerjaan.
Meski hidup yang dijalaninya berat, tapi Freya selalu berusaha mensyukuri apa yang sudah menjadi garis takdirnya. Gadis ini berprinsip harus melakukan segalanya dengan tulus, karena menyakini ketulusan akan membawa hal yang baik pula di kehidupannya.
Freya juga merupakan tulang punggung keluarga. Ayahnya sejak lama telah meninggalkan dirinya dan sang ibunda. Hal tersebut secara tidak langsung telah membuat Freya tumbuh menjadi sosok gadis yang mandiri dan juga pemberani.
Begitu tiba di gerbang rumah sakit, dari kejauhan Freya melihat beberapa pria memakai jas hitam dan jas putih berjalan menuju parkiran.
Sepertinya mereka sedang mengantar kepergian tamu penting.
'Bukankah itu pria tadi?' Freya merasa tidak senang ketika menyadari salah satu dari mereka adalah Daryan.
Baru saja Freya berharap tidak akan bertemu lagi dengan Daryan, tapi nyatanya sudah bertemu lagi sebelum genap satu jam keinginannya terucap, bahkan di rumah sakit tempat ibunya dirawat.
‘Kenapa harus ada dia lagi sih?’ gumam wanita cantik berambut panjang ini dalam hati.
Untuk sejenak Freya menunda niatannya memasuki area rumah sakit, setidaknya sampai Daryan pergi, pikirnya.
Freya tetap berdiri di gerbang rumah sakit, dia menunduk dan menutupi wajahnya dengan tas. Bukan karena takut atau tidak berani bertemu dengan Daryan, Freya hanya malas keberadaannya diketahui oleh Daryan.
Yang tidak diketahui Freya, Daryan sempat melirik ke arah Freya. Entah Daryan mengenalinya atau tidak, hanya pria itu sendiri yang tahu.
“Terima kasih banyak, Tuan Daryan. Obat yang Anda distribusikan sangat membantu kami,” ucap direktur rumah sakit.
“Sama-sama, Dokter Bryan. Saya senang mendengar obat dari perusahaan saya dapat membantu kesembuhan pasien di sini,” balas Daryan.
Selanjutnya salah satu anak buah Daryan segera membukakan pintu mobil, dan mempersilakan sang bos untuk masuk.
Mobil mewah berwarna hitam dengan gaya klasik itu segera menyala, lalu perlahan beranjak meninggalkan area parkir.
“Syukurlah dia cepat pergi, jadi aku tidak harus berlama-lama berdiri di sini,” gumam Freya diiringi senyum lega yang terbit di wajahnya.
Byuuur!
Alangkah kagetnya Freya ketika mendapati tubuhnya telah basah kuyup.
Di gerbang tepat di dekat Freya berdiri, memang terdapat lekukan yang menampung genangan air hujan. Yang menyembur mengenai seluruh tubuh Freya ketika dilewati oleh mobil Daryan.
Daryan yang sengaja menyuruh supirnya menambah kecepatan saat menempuh genangan air, segera meminta sang supir untuk berhenti setelah mengetahui misinya untuk mengerjai Freya berhasil.
Daryan menurunkan kaca jendela mobilnya, lalu tertawa menjengkelkan. “Heh, lihat siapa ini? Apa kau sengaja mengikuti saya?”
Hah!
Freya dibuat terbelalak, dan lagi-lagi harus menahan emosi.
“Tuan Daryan yang terhormat, sepertinya rasa percaya dirimu terlalu tinggi, tidak ada untungnya bagiku mengikutimu!" balas Freya sembari menatap jengah pada Daryan.
Daryan masih dengan wajah yang terlihat puas setelah berhasil membuat Freya basah kuyup, dia lantas beralih pada supir. “Ayo jalan, tidak ada untungnya berbicara dengan wanita seperti dia!”
Selanjutnya Daryan menaikkan kembali kaca jendelanya, dan mobil mewah itu pun segera meninggalkan Freya di gerbang rumah sakit dengan sejuta kekesalannya.
‘Sombong sekali pria itu! Semoga saja setelah ini aku benar-benar tidak pernah bertemu lagi dengannya, atau mati saja dia sekalian ditelan bumi,’ Saking kesalnya, Freya terus mengumpat sambil memandangi kepergian mobil Daryan.
Setelah itu Freya pun melanjutkan perjalanan menuju ruang rawat ibunya, sambil berharap kondisinya ibunya sedikit lebih baik, setidaknya lebih baik daripada hari sebelumnya.
Cklek!
Freya membuka pintu ruang rawat, bertepatan dengan di dalam sana ada tiga dokter dan dua perawat yang sedang melakukan pemeriksaan terhadap ibunya.
Freya mendekati ibunya, di sana wanita yang sangat dicintai Freya itu sedang tertidur pulas.
Freya lantas bertanya pada salah seorang dokter, "Bagaimana kondisi ibu saya, Dokter?"
“Apakah Anda adalah putri dari Nyonya Alesya Barker?” Dokter yang ditanyai Freya balik bertanya.
Freya mengangguk pelan, “Benar, Dok. Apakah ada hal penting yang perlu dibicarakan dengan saya?”
“Iya!” Dokter yang lebih muda menjawab pertanyaan Freya.
Dokter itu segera menjelaskan bahwa Alesya sedang mengalami sirosis hati. Kondisi di mana suatu penyakit yang mengakibatkan cedera hati. Jika dibiarkan dalam kurun waktu yang lama tanpa penanganan tepat, maka akan menimbulkan kerusakan serius pada fungsi hati.
Untuk saat ini saja bisa dikatakan fungsi hati yang dimiliki ibu Freya tidak lagi bekerja dengan normal, sehingga dalam waktu dekat ini diperlukan tindakan bedah untuk mengatasinya.
“Kami secepatnya harus menindaklanjuti penyakit yang diderita Nyonya Alesya. Beliau harus menjalani operasi secepat mungkin. Bila tidak, keselamatan beliau mungkin akan menjadi taruhannya," ujar Dokter muda tersebut.
"Kalau begitu lakukan segera, Dok. Saya akan menandatangi prosedurnya bedahnya," sahut Freya tanpa mampu menyembunyikan kecemasan di wajahnya.
Dokter tersebut menghela napas berat. "Nona, sebenarnya kami sangat ingin membantu kesembuhan pasien. Namun, dikarenakan tunggakan administrasi rumah sakit yang terjadi selama lama 5 bulan ini, membuat kami tidak bisa memberi keringanan lebih banyak lagi.”
“Biaya operasinya pun terbilang cukup besar. Kami menyampaikan ini agar Anda segera menyiapkan biayanya. Usahakan dananya telah tersedia dalam minggu ini, karena ibu Anda tidak bisa dibiarkan menunggu lebih lama lagi.”
Ucapan dari dokter tersebut membuat Ferya terhenyak. Dia bingung bagaimana harus mendapatkan uang, sementara tabungannya juga sudah terkuras habis, dan tidak tersisa sedikit pun.
Setelah tim medis pergi, Freya lantas mendudukkan diri di samping brankar ibunya.
Melihat wajah ibunya yang semakin hari semakin pucat, membuat Freya begitu frustasi.
“Bu, Ibu harus bertahan ya. Bagaimanapun caranya, Freya pasti akan berusaha mencari uang agar Ibu bisa naik meja operasi sesegera mungkin. Freya janji Bu, Freya akan berjuang!” ucap Freya dengan penuh tekad sambil menggenggam tangan ibunda tercinta.
Pada saat menatap wajah sang ibu yang terbaring lemah di kasur rumah sakit tersebut, tanpa bisa ditahan airmata Freya pun mengalir dengan sendirinya.
Meski hati Freya seperti baja, tapi ia tetap akan lemah saat memikirkan keselamatan orang yang dicintainya. Terlebih saat mengingat penyakit yang kini mengancam nyawa Alesya.
Tanpa disadari oleh Freya, ibunya itu kini telah terbangun. Alesya menoleh ke samping dan mendapati putri yang sangat dicintainya sedang meneteskan air mata.
“Freya, kau kenapa menangis, Nak?” tanya Alesya dengan suara lemah
Freya tersadar, dan segera menyeka air matanya. “Aaah, tidak, Bu. Ini mata Freya mungkin terkena debu,” elaknya.
“Ohh iya, Bu. Ini Freya sudah membawakan buah-buahan segar. Ibu harus makan yang banyak ya,” imbuh Freya sembari menampilkan senyum hangat di wajahnya.
Selanjutnya Freya segera mengupas sebuah apel merah untuk sang ibu.
Setelah menemani ibunya selama kurang lebih satu jam, Freya pun segera pamit kepada Alesya. Freya masih harus bekerja part time di salah satu restoran Italia, sebagai tukang cuci piring.
“Bu, Freya pergi dulu ya. Freya janji akan segera kembali untuk menemui Ibu. Sampai jumpa Bu, Freya sangat menyayangi Ibu ....” Freya memberi kecupan di dahi ibunya sebelum beranjak meninggalkan ruang rawat.
Malam ini Freya tidak benar-benar pergi ke restauran Italia itu untuk bekerja paruh waktu. Melainkan pergi ke suatu tempat untuk meminta bantuan terkait biaya rumah sakit Alesya.
“Kali ini aku harus meminta bantuan pada pria itu, tidak peduli apa pun tanggapannya nanti.”
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Tri Sulistyowati
koq sepi ya Thor....
2022-12-30
2