Pertemuan di bus kota

Pertemuan di bus kota

1. Hanya makan siang

Perkenalkan Dara Ghaisani, seorang gadis berusia 20 tahun. Di usia muda ini Dara harus hidup mandiri.

Dara memiliki paras yang cantik, hidung pesek, berambut panjang hitam lebat setengah kering. Karena rambutnya sangat lebat dan berkembang jika di uraikan. Maka Dara lebih suka di kepang, atau kuncir kuda.

Dara juga memiliki kulit putih, tinggi badan 153 cm. Lugu, jujur, dan berkata sesuai dengan yang di lihat. Keras kepala, mandiri tapi juga manja pada orang tertentu.

Dara memiliki adik perempuan dan laki-laki.

Yang masih sekolah SMA kelas XII dan SD kelas 5.

Dara Ghaisani adalah gadis sederhana, merantau ke Jakarta. Hanya karena ingin menghindari perjodohan.

Yang mana kedua orang tuanya hanya seorang petani. Dara di sukai pemuda sangat baik pada keluarganya.

Namun Dara tidak mencintai sama sekali, pihak orang tua setuju. Jika Dara menikah dengan pemuda tersebut.

Selain dari kalangan orang terpandang, pemuda itu tidak memiliki orang tua. Hanya memiliki dua orang kakak dan sudah berumah tangga masing-masing.

Dara tidak mau karena jarak usia mereka cukup jauh. Hampir 15 tahun, cukup dewasa dan matang untuk berumah tangga.

Dengan keras kepalanya Dara tidak mau, dan memilih pergi ke Jakarta. Dara yang hanya tamatan SMA pun bingung harus kerja apa.

Dara hanya bisa menjadi Art, jika tidak betah dia pindah ke lainnya. Hingga ada tawaran untuk bekerja di Manado dan Malaysia. Yang memberi tawaran itu adalah majikannya sendiri. Yang memang ingin pulang ke kampung halaman, di Manado Sulawesi tenggara.

Begitu pula tawaran untuk ke Malaysia, negara yang memiliki menara kembar. Majikannya ini yang laki-laki asal Indonesia, yaitu Jambi. Dan yang perempuan asal Sarawak Malaysia.

Karena cocok dengan Dara, bahkan anak-anak dobel kembar. laki-laki dan perempuan. Dara bekerja sebagai Art saja, karena ke jujur nya lah Dara dapat untuk ikut pulang ke Malaysia. Karena sang majikan di pindah tugas kan ke Malaysia.

Namun Dara tetap memilih untuk di Jakarta saja. Akhirnya dia jadi pengasuh anak berusia dua tahun lebih. Namun bertahan hanya belum tahu bertahan berapa lama.

*

Di sebuah perumahan kebon jeruk Jakarta barat. Dara sedang membereskan kan rumah dan kamar mandi. Besok akan ada perayaan ulang tahun Raisa Andriana, yang ke tiga tahun.

Raisa merupakan putri pertama dari Rainal dan Sania. Nama Raisa singkat dari Rainal dan Sania. Sekarang Raisa juga memiliki adik yang baru berusia dua bulan setengah. Yang di beri nama Rahardian.

"Dara tolong kamu bantu teh Lisna ya, itu kamu bersihkan kamar mandi kama saya dan aa Fano."Perintah Sania.

"Baik bu, tapi bagaimana dengan Raisa?"tanya Dara, sebab dia bingung harus momong bocah balita.

"Ya sama saya lah! Masak saya biarkan anak saya ikuti kamu bersih-bersih!"Bentak Sania.

Membuat Dara jengkel, mau tidak mau Dara kerjakan. Dia baru mengerjakan yang apa yang di perintahkan oleh majikannya.

"Dara,"panggil Sania

"Iya bu,"jawab Dara.

"Kamu bersihkan kamar dulu, kok malah kamar mandi sih!"bentak Sania.

"Saya kerjakan ini, karena biasanya ibu tidak membolehkan saya membersihkan kamar. Jika anak-anak sedang tidur bu, lalu sekarang saya harus gimana?" tanya Dara dengan sopan. Sekesal apa pun Dara, masih menjaga kesopanan pada majikannya.

Sania nampak berpikir, apa yang di katakan oleh Dara itu yang sebenarnya. Sania melakukan itu karena kesal, Sekalinya dia memakai jasa Art dan baby sitter. Dapat yang masih muda, cantik, walau tidak memakai riasan mike up.

"Ya sudah, kamu selesai kan kamar mandi dulu. Setelah itu kamar saya ya, semuanya kamu ganti seprainya. Pokoknya harus bersih tidak ada debu sedikit pun yang tertinggal."Perintahnya.

"Baik bu, akan saya pastikan bersih."Jawab Dara.

Setelah berbicara dengan majikannya Dara melanjutkan pekerjaannya. Membersihkan kamar mandi, dari beadtaub, kloset, wastafel dan terakhir lantainya.

Kini sudah selesai, namun Raisa dan Ardian belum bangun. Dara melanjutkan kamar mandi tempat Fano dan dirinya mandi.

Setelah selesai melihat Sania sama anak-anak sudah ada di ruangan keluarga. Dara segera membersihkan kamar, mulai dari melepaskan sarung bantal dan guling. Lalu seprai ranjang king size dan ranjang kecil tempat tidur Raisa.

Langsung mengelapnya seluruh barang, yang ada di kamar tersebut. Lanjut dengan menyapu dan mengepel lantai kamar itu. Setelah itu memasang seprai ranjang king size dan ranjang kecil. Sarung bantal dan guling, terakhir box bayi di ganti seprainya.

Jam menunjukkan jam tiga sore, Lisna dan Dara belum makan siang. Hal ini lah yang membuat Dara tidak betah bekerja di sini.

Pagi mereka berdua mencari makan sendiri di luar. Tidak ada jatah sarapan atau makan malam. Hanya makan siang, itu pun terbatas karena tidak ada kata nambah.

Seperti saat ini Dara dan Lisna yang kerja dari pagi. Dari mulai mencuci pakaian milik majikannya dan milik sendiri. Sampai masak dan bersih-bersih, rumah sudah kinclong.

Tinggal setrikaan yang belum mereka kerjakan, di tunda untuk makan karena sudah sangat lapar. Bahkan saat ini Dara merasa lemas, tidak bertenaga lagi. Sebab hari ini, tenang mereka sudah terkuras dari subuh.

"Teh Lisna, kita makan dulu ya, aku sudah lapar sekali ini."Ajak Dara.

"Iya yuk, saya teh juga lapar pisan."Kata Lisna.

Gerak gerik mereka tidak lepas dari tatapan mata Sania. Lisna mengambil lebih dulu, setelah itu Dara. Dara mengambil nasi tiga centong, karena tidak boleh nambah maka ia lebihi.

"Kamu itu kecil-kecil makannya banyak sekali. Kalau begitu saja bisa bangkrut!" bentak Sania.

"Maaf bu, saya sangat lapar. Kan yang penting saya tidak nambah bu."Kilah Dara.

"Apa bedanya dengan kamu mengambil lebih. Kamu mau belajar maling?"tanya Sania dengan nada tinggi.

"Kalau tidak ingin saya maling, ibu beri jatah saya maka tiga kali bu."Jawab Dara.

"Ya sudah kamu makan itu, tidak mungkin juga saya minta yang sudah kamu ambil. Ingat lain kali jangan di ulangi, faham!"bentak Sania.

"Iya bu, terima kasih." Kemudian Dara dan Lisna makan dengan lahap. Seperti tidak pernah makan selama beberapa hari.

Fano melihat Dara dan Lisna, merasa tidak tega. Sungguh ia tidak menyangka, kalau adiknya tega melakukan itu pada Art.

"San kamu kenapa tega banget sih? Art itu juga manusia, bahkan tanpa mereka rumah ini seperti kapal pecah. Kamu boro-boro mau membersihkan rumah mengurus anak saja kualahan. Perlakukan mereka layaknya saudara mu sendiri. Kalau sampai mereka sakit, siapa yang susah? sudah pasti kamu dan suamimu."Fano menasehati adiknya.

"Aku tahu kakak bicara seperti itu karena kakak suka sama Dara kan?"tanya Sania, yang melihat tatapan mata Fano pada Dara berbeda.

*****Bersambung.......

Terpopuler

Comments

@Kristin

@Kristin

Mampir say udh di favorit ya

2023-01-16

1

R.F

R.F

semangat kk

2022-12-09

1

Rini Antika

Rini Antika

semangat terus ya, sudah aku masukin Favorit jg

2022-12-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!