Fano menatap Dara yang berjalan menuju dapur, dengan tatapan berbeda. Ada rasa tertarik dengan Dara, selain cantik dan imut. Dara yang memiliki paras cantik, badannya memang kecil. Berat badan 38 kg, namun memiliki dada yang besar. Sehingga itu menambah pesona Dara, di mata kaum adam.
Sedangkan Lisna memiliki postur tubuh tinggi, langsing, kulit putih rambut lurus. Bisa saja Lisna menjadi model, terlebih lagi Lisna wanita dewasa. Yang usianya mendekati kepala tiga, sehingga merasa tua kalau di panggil teteh.
Lisna anak seorang pengusaha, di Jakarta dan Bogor. Lisna lulus S 1, harusnya bisa terjun di perusahaan ayahnya. Namun Lisna memilih menjadi Art, karena ingin tahu bagaimana kehidupan Art.
Ayah memberikan kesempatan untuk Lisna yang inginkan. Tapi hanya 6 saja, namun Lisna yang sudah selesai dengan waktu yang di berikan oleh ayahnya.
Sebulan lalu Lisna kabur dari rumah, saat ayahnya sudah berangkat kerja. Dengan akal liciknya dia mengerjai kedua satpam penjaga pintu gerbang rumah.
Lisna kabur karena tidak mau menikah dengan seorang pengusaha muda. Yang mana tidak Lisna kenal. Hal itu membuatnya semangat untuk kabur dari rumah.
"Masih muda tapi punya body yang aduhai."Gumam Fano pelan.
Dara sampai dapur, tepat dengan nasi goreng matang. Yang sudah di bagi menjadi dua piring, untuk mereka berdua.
"Eh, baru mau saya panggil kamu sudah datang."Ujar Lisna.
"Iya teh, tadi aku bilangin sama Aa Fano."Kata Dara.
"Eem nanti kamu yang cuci piring ya, kan kerjaan saya masih banyak. Kalau kamu sudah selesai, boleh ya."Kata Lisna, sedikit memohon pada Dara.
"Beres teh, di jamin selesai."Kata Dara dengan senyuman tulus ia berikan pada Lisna.
"Ih, kamu imut banget sih. Kalau kita makan dan lanjutkan perkejaan agar bisa Istirahat."Ujar Lisna, di jawab anggukkan oleh Dara.
Setelah selesai Lisna langsung ke kamarnya untuk lanjut menyetrika pakaian majikannya.
Ya kamar Dara dan Lisna tadinya adalah kamar utama. Jadi besar maka menyetrika juga di anjurkan di kamar mereka. Yang awalnya di ruang keluarga, jika mau menyetrika.
Tepat pukul 21:30 Rainal dan Sania baru pulang. Dara yang belum tidur pun, akhirnya keluar dari kamar dan segera ke depan.
Bersama Fano, keluar dari kamar untuk melihat adik dan adik iparnya pulang.
"Dara, Raisa sudah tidur, kamu tolong bawa belanjaan saja."Sambil mengangkat Raisa ke dalam dekapan. Dan langsung ke kamar, dan kembali lagi untuk ke mobil.
Sementara yang di garasi Dara, Lisna dan Fano. Mengambil belanjaan di bagasi belakang. Fano di bagian jok belakang, yang ada 2 kantong kresek.
"Rai ini mau di simpan di mana?"tanya Fano.
"Yang kakak pegang sini itu mau di bawa ke kamar, soalnya perlengkapan anak-anak. Yang di pegang Lisna langsung simpan di kulkas ya. Dan yang Dara pegang simpan di sofa ruang keluarga dan yang makanan letak di ruang makan. Biar nanti ibu yang bereskan, kalian istirahat. Besok harus bagus pagi sekali, untuk mendekorasi ruang keluarga."Ucap Rainal, lalu masuk ke kamar.
"Baik pak."Jawab keduanya.
Setelah selesai tugas masing masing-masing Dara dan Lisna ke kamar untuk istirahat. Karena besok pasti lebih capek lagi, apa lagi dari pagi nanti Lisna hari masak-masak.
*
Pagi hari sudah sibuk Dara dan Fano juga Rainal mendekor ruang keluarga. Setelah tadi Dara dan Lisna mengeluarkan sofa ke halaman samping rumah.
Mereka bertiga sangat serius mengerjakan pekerjaannya mendekorasi ruangan itu. Hal itu membuat Sania panas melihat nya, padahal suaminya tidak mungkin macam-macam. Terlebih saat ini ada kakak iparnya, bisa-bisa habis di hajar olehnya.
Fano sendiri juga fokus dengan yang ia kerjakan, Tidak ada kepikiran yang aneh-aneh.
"Dara sana kamu bantu teh Lisna saja, di sana kamu banyak kerjaan yang bisa kamu kerjakan."Perintah Sania, dengan ketus.
"Di sini juga kan Dara tidak bengong San." Protes Fano.
"Kasihan tu teh Lisna banyak kerjaan gak ada yang bantuin."Kilah Sania.
Padahal di dapurnya sudah ada dua orang tukang masak khusus. Yang memang sudah mendapatkan order dari Sania untuk acara ulang tahun Raisa.
"Kan juga sudah ada tukang masak, kan teh Lisna itu cuma bantu siapin sayuran atau bumbu. Yang masak tetap saja tukang masak, yang sudah kamu undang."Kata Fano yang tidak mau terima dengan ucapan Sania.
Sedangkan Dara yang merasa serba salah hanya mencerna semua ucapan, kakak dan adik itu.
"Tapi itu masih banyak kak takut nya jam dua belum pada matang makanannya."Tetap saja Sania ngotot dan tatapan matanya menatap tajam ke Dara.
"Sudah A, saya tak ke belakang, ini dua jam juga selesai. Tapi masakan di dapur jam 2 belum tentu selesai."Langsung beranjak dari duduknya, pergi ke dapur.
Di dapur begitu banyak pekerjaan, mereka bekerja sampai bercerita dan bersenda gurau. Tak terasa jam 12 semua orang pada makan siang.
Tapi tidak dengan Lisna dan Dara, mereka malah mencuci baju. Karena kerjaan mereka masih utuh, belum sempat di sentuh.
Jam menunjukkan pukul 13:30 Dara di minta untuk mengepel ruangan. Sebelum acara akan di mulai satu setengah jam lagi.
Setelah menyelesaikan tugasnya Dara duduk di dapur bersama dengan Lisna.
Kemudian saudara Sania yang merupakan kakak sepupunya. Memperhatikan Dara dan Lisna hanya kerja. Dan waktunya makan siang juga kerja. Tampak sekali dara dan Lisna itu kelelahan.
Dek dara dan teh Lisna sudah selesai kerjaannya?"tanya sepupunya Sania.
"Sudah bu ini istirahat dulu, nanti setelah acara juga kerja lagi."Jawab Dara, di angguki oleh Lisna.
"Sudah sana kalian makan ini sudah waktunya makan siang juga sudah lewat dari tadi."Ujar sepupu Sania.
"Kami tidak berani bu. Yang rumah punya rumah tidak nyuruh." Jawab Lisna.
"Loh jangan ngandelin yang punya rumah, saat ini juga mereka sedang sibuk. Sudah nanti ibu nanti yang tanggung jawab atas kalian."Perintahnya.
Namun Dara dan Lisna kompak menggelengkan kepalanya tanda tidak mau. Itu nanti akan menjadi bumerang sendiri.
"Tidak apa-apa, apa mau ibu ambil kan? kalau memang kalian takut di marahin sama ibu Sania."Tawar sepupu Sania yang paling tua.
"Tidak bu jangan, saya takut jika makan yang saya makan tidak halal. Sebab saya makan makanan yan belum menjadi milik saya. Saya akan makan nanti setelah ibu Sania memberikan langsung pada saya."Jawab Dara, dengan sikap santun dan tegas.
"Memang kalau urusan nyangkut dengan itu saya angkat tangan."Ucap sepupunya Sania yang tua. Dia menyerah, kalau sudah nyangkut halal haram.
"Sabar ya kalau kerja sama Sania."Ujar sepupu dari Rainal. yang sudah tau sifat dan sikap nya Sania. Karena ia pun kecewa dengan Sania, yang suka semena-mena terhadap Art.
*****Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments