Teman Ranjang
Meyra mondar- mandir didepan apartemen sahabatnya Yuli. Sedari tadi dia mengetuk pintu, namun sang empunya seolah tidak ada ditempat. Ditatapnya lagi pesan yang ia kirim beberapa saat yang lalu. Masih centang satu, yang artinya belum dibaca.
Pikirannya benar benar kalut sekarang. Baru saja sang ibu memberi tahu jika anak sulungnya mengalami kecelakaan, dan harus segera dioperasi .
Tinggal di desa pelosok, membuatnya semakin kebingungan. Apalagi dokter bedah anak hanya ada dipusat kota palembang, yang artinya ibunya harus menempuh perjalanan jauh dengan biaya yang tidak sedikit. Meyra memang asli Palembang , ia merantau satu tahun setelah suaminya meninggal.
Mengadu nasib untuk menghidupi buah hati yang semakin besar dan membutuhkan banyak biaya.
Tepukan di bahu menyentak Meyra , ia ternyata melamun sedari tadi. Sehingga tak sadar jika Yuli telah berada dibelakangnya.
" Tumben ? Kenapa ?"
Pertanyaan Yuli membuatnya menarik nafas perlahan, boleh gue masuk ? "
Yuli terkekeh, dia lupa mereka masih didepan kamarnya yang tertutup rapat.
" Sorry..." ujarnya cengengesan, dan segera membuka pintu. Mempersilahkan sang tamu masuk.
Setelah memastikan meyra duduk dengan tenang , dan meminum teh hangat yang baru saja ia hidangkan.
Yuli mulai menatap sahabatnya itu dengan tatapan penuh tanya.
" Pasti masalahnya berat, sehingga lo datang dini hari kayak gini. "
" Anak gue kecelakaan, dan harus dioperasi secepatnya. Gue bingung Yul. gue nggak punya uang. Ada sih tapi hanya 10 juta. Gue takut kurang duitnya. Gue datang kesini mau pinjam duit lo. Bisa ?"
Meyra meremas kedua tangannya, Dia takut memikirkan kemungkinan terburuk .
" Maaf Mey. Bukannya gue nggak mau minjamin . Tapi Bokap gue juga masuk rumah sakit kemarin , sekarang si sudah balik ke rumah. Cuma ya itu , duit gue, gue kirim ke kampung. Gue ada tabungan, tapi cuma lima juta."
Yuli berucap dengan nada tak enak hati. Dia tahu Meyra jika sudah menyangkut sang Anak wanita ceria dan kuat itu bisa lemah dan bahkan cengeng. Benar saja ditatapnya Meyra yang menangis sesenggukan dan menepuk dadanya kuat.
" disaat kayak gini Gue merasa benar- benar gagal Yul. Gue bela-belain ninggalin mereka supaya mereka bisa hidup layak dan bahagia. Tapi sekarang bahkan gue nggak bisa ngasih mereka yang terbaik .."
Meyra tiba tiba menatap Yuli dengan tatapan penuh harapan
" Lo tau kan cara ngedapetin Uang dengan cara instan ?"
Yuli mengedipkan matanya bingung, " lo yakin dengan pertanyaan Lo ?"
Ditatapnya Meyra dengan lekat " Lo tau kan pekerjaan Gue sebelum kenal sama Lo ?"
" Masih bisa kan kalo gue ..."
Meyra menatap ragu namun penuh harapan ke Yuli.
"Bisa si Mey, tapi. Beneran Lo yakin dengan keputusan Lo ?"
" Apapun demi anak . Gue bakalan lakuin!"
Meyra berucap pasti.
Yuli mengambil handphonenya dan mencoba menghubungi seseorang. Meyra mendekat ikut menatap layar pipih itu, nama Roby tertera di panggilan sohibnya itu.
" Lo minta berapa ?"
" Apa ? "
" Bayarannya Mey ?"
yuli mendelik gemas , sementara Meyra hanya nyengir aneh
"50 juta bisa ?"
"Lo serius ? "
Yuli mematikan panggilan yang sedari tadi belum diangkat oleh Roby, " Sorry ni ya Mey, Lo emang cantik. Tapi maaf body Lo kan .."
"Standar. Gitukan yang mau lo bilang ." Meyra menunduk , menahan bulir bening yang kembali ingin mendesak keluar.
" Gue nggak tahu cara lain lagi Yul, kalau Gue harus melayani banyak pria dulu baru gue dapet 50 juta yang ada Gue nggak bakalan bisa bantu dan ngejenguk anak gue ..."
Yuli ikut merasa sesak, getar ponsel membuatnya mengalihkan pandangan . Nama Roby tertera dilayar.
"Halo Yul. Masih hidup Lo ? Tumben telpon ?"
Suara maskulin Roby terdengar diiringi suara musik dan keriuhan diseberang.
" Lo bisa cari teman kencan buat temen gue nggak ?"
"Bukannya Elo udah tobat, dari profesi ini ? Siapa temen Lo, tarif berapa ?"
" Bener-bener lagi butuh ni ,Rob. Rara! Lo ingat kan. 50 juta. Bisa ? "
" 50 juta...! " terdengar tawa keras Roby. Meyra menatap hp Yuli dengan cemas
" Rara temen Lo yang jadi pemandu karaoke waktu itu. Cantik si Yul. Tapi kayaknya nggak bisa kalau segitu !"
Yuli menatap Meyra yang kini lagi-lagi terlihat ingin menangis
" Gue mohon sama Lo , usahain bisalah sekali-kali..!
Hening, suara Roby tak terdengar lagi. Tapi panggilan masih terhubung
" Lo beruntung Yul. ."
Suara Roby menyentak Meyra , Harapan itu seolah sudah terpenuhi didepan mata.
" Bisanya kapan ?"
Meyra memberi isyarat ke Yuli jika sekarangpun Ia telah siap.
" Sekarang . Bisa ?
Tanya Yuli dengan nada Ragu.
" kebetulan sekali, Bilang ke temen Lo datang aja ke hotel melati dekat apartemen Lo. 30 menit lagi. Jangan telat dan soal bayaran. Temen Gue bilang Dia bakal ngasih sesuai servis. Bisa lebih , bisa juga kurang. Semoga beruntung.."
Tutt
Telpon terputus ,meninggalkan
Meyra dan Yuli yang menatap aneh pada layar hp yang menghitam.
Meyra tersadar waktunya hanya 30 menit. Sedangkan dia sama sekali tidak ada pakaian yang sebaiknya dia kenakan.
" Gue tahu apa yang ada dipikiran Lo . Lo duduk sini , gue make up biar cowok itu terpesona dan ngasih lebih ke elo. Soal servis, gue rasa nggak perlu gue ajarin karena lo lebih berpengalaman dari gue"
Yuli tertawa sumbang, Dia tahu Meyra sangat gugup . " Lo beneran Yakin Mey ?
"Gue yakin ! "
*****
" kamar no 015 "
Meyra mencoba mencocokkan, no yang dikirim Yuli dari Roby . Dia memang tidak memberikan No hp nya langsung ke klien seperti para PSK pada umumnya.
Diketuknya pintu Coklat itu dengan Lima ketukan sesuai instruksi Roby.
Pintu itu berderit setelah dibuka oleh orang yang berada dikamar.
Sosok tinggi dan tegap menyambutnya, didalam gelap sehingga Meyra tidak bisa melihat wajah lelaki itu.
" Rara..!"
"Ya"
Tangan itu mempersilahkan Meyra untuk masuk. Gelap. Hanya terdengar langkah kaki dibelakangnya, setelah pintu tertutup. sebuah tangan memeluk pinggangnya. Risih, namun wajah kesakitan Rifki putranya . membuat ia menepis perasaan itu.
Ia harus bisa memuaskan pria ini. Entah Pria seperti Apa yang kini bersamanya. Meyra tak sanggup membayangkan, Apakah ia bisa bercinta tanpa perasaan cinta ?
Meyra merasakan jika kini Ia telah duduk di atas ranjang. "Hebat. pasti lelaki ini , adalah pria bangkotan yang hiper ****"
membayangkan itu Meyra bergidik ngeri.
" 50 juta. "
suara itu terdengar meremehkan,
" ekspektasi saya. yang datang Adalah seorang wanita cantik dengan body Luna Maya." terdengar kekehan yang membuat Meyra sedikit tersinggung.
Tapi sepertinya ia harus menyingkirkan pikirannya tentang pria bangkotan. suara itu terdengar maskulin dan mengairahkan secara bersamaan. eh.
Gawat. Apakah Obatnya sudah mulai bereaksi. Meyra berpikir panik.
"Mohon gunakan pengaman. karena rahim saya lebih mahal dari tarif 50 juta."
Meyra mencoba membuat suaranya setenang mungkin, dan bisa terdengar seksi secara bersamaan.
Lampu tiba -Tiba menyala. Menampilkan Wajah rupawan yang tak pernah Meyra bayangkan.
" Yakin Kau tidak tertarik merasakanku tanpa ada yang menghalangi "
sosok itu mendekat, membuat Meyra beringsut mundur dan memalingkan wajah. sebisa mungkin Ia menetralkan perasaan panas ditubuhnya.
"Aku rasa , selain perangsang ,Yuli pasti memberiku Obat yang bisa membuatku berhalusinasi."
Meyra berdiri, ditatapnya sosok itu penuh nafsu. Mendorongnya ke Ranjang dan memposisikan diri di atas Tubuh yang masih berpakaian lengkap didepannya. Tangannya menjelajah mencoba melepaskan pakaian yang masih menghalanginya untuk dipuaskan.
Senyum mengejek lelaki itu seolah ajakan bagi Meyra. sedangkan lelaki yang sedari tadi pasrah kini membalik keadaan.ditinggalkanya Meyra yang mulai gerah, suhu AC sama sekali tak membuatnya merasa sejuk.
Meyra semakin gelisah, tanpa sadar kini ia melucuti pakaiannya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Putri Widiya
assalamualaikum kk saya yg di FB saya mampir ya kk
2023-01-23
1