...Jangan lupa tinggalkan like dan komentar kalian yah!! 😘😘😘...
...Selamat membaca...
...🌽🌽🌽🌽...
"Sudahlah Bu, anakmu ini kan sudah berumah tangga, itu sudah tanggung jawab dia kepada keluarganya. Kita sebagai orang tua cukup mendoakan saja yang terbaik untuk mereka!”
Ucap Pak Setyo menceramahi istrinya yang selalu melarang ini dan itu pada Afkar.
“Bapak ini selalu saja membela, usaha kita ini buat siapa loh, Pak? Kita ini sudah tua sudah waktunya Afkar ini meneruskan usahanya bapak di sini, bukan kerja ke sana kemari gak jelas!” Omel Bu Nuri panjang lebar. Wanita paruh baya itu tidak akan berhenti mengoceh sebelum kekesalan di hatinya keluar semua.
“Afkar minta maaf, kalau belum bisa membuat kalian bangga. Kali ini pun Afkar ke sini mau minta tolong untuk mengizinkan Yara dan Dhiya tinggal di sini! Besok Afkar mau pergi ke kota, ada pekerjaan di sana, Afkar akan tenang jika menitipkan mereka pada kalian. Afkar harap Bapak dan Ibu tidak keberatan,” Pintanya kepada Bapak dan Ibunya.
Bu Nuri semakin dibuat pusing mendengarnya. “Aduh Kar, kamu ini apa apaan si, Nak! Apa lagi ini, segala pergi ke kota. Jauh-jauh kamu mencari pekerjaan sampai harus tempat orang? Kenapa kamu gak lanjutkan usaha Bapakmu ini, loh!” Bu Nuri memijit keningnya yang tiba-tiba terasa pusing.
Beliau heran dengan sikap Afkar yang keras kepala. Afkar yang selalu menolak bantuan dari orang tuanya. Ia ingin sukses tanpa bantuan mereka. Kali ini pun sama, Afkar bersikeras ingin mendapatkan pekerjaan dari kerja kerasnya sendiri.
Yara yang baru saja keluar dari kamar setelah menidurkan Dhiya pun ikut bergabung di ruang keluarga. Sedari tadi Yara mendengarkan apa yang dibicarakan kedua orang tuanya, Yara pun merasa bersalah karena tak bisa membujuk Afkar.
Sikap Afkar tak pernah bisa berubah jika ia menginginkan sesuatu.
Ia tidak bisa menerima pendapat orang lain. Jika Adkar sudah mengambil keputusan, Yara harus mengikutinya. Sebenarnya hidup bbersa Afkar membuat Yara seperti burung yang tidak bisa terbang bebas. Tapi Yara merasa nyaman karena ia terlindungi jika bersama Afkar.
“Apa kamu tidak bisa melarang suamimu, Ra. Jangan hanya bisa meluluhkan hatinya saja kamu bisa. Tapi kamu juga harus bisa melarangnya kali ini!” Omel Bu Nuri pada Yara yang baru saja datang dan duduk di samping Afkar.
“Yara sudah berusaha Bu, maafkan Yara tidak bisa merubah keputusan Mas Afkar. Kalau ibu tak setuju Yara dan Dhiya tinggal di sini, tidak apa-apa. Yara akan tinggal bersama Bu Risma di Panti,” ucapnya sambil menundukkan kepala.
Afkar meraih tangan Yara, menyatukan jemari mereka berdua. Afkar berharap Yara sabar dengan ucapan yang dilontarkan Ibunya.
“Kamu mau buat mertuamu malu ya? Apa kata warga nanti, kalau tahu kalian tinggal di panti! Kalian bikin kepala ibu tambah pusing.” Bu Nuri berdiri dari duduknya, ia masih memijat kepalanya lalu pergi meninggalkan mereka ke dalam kamar.
“Biarkan saja ibumu, tunggu ia sedikit tenang. Nanti ayah akan bicara sama dia!” Seru Pak Setyo. “Apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu? Kamu tidak kasian meninggalkan istri dan anakmu di sini?” tanya Pak Setyo kepada Afkar dengan nada suara pelan dan terdengar bijaksana.
“Justru karena Afkar memikirkan mereka Pak, Afkar gak mau keadaan kami terus seperti ini. Dengan bekal pendidikan dan pengalaman kerja Afkar mencoba keberuntungan di kota! Afkar harap Bapak bisa mengerti.”
Pak Setyo mengangguk paham. “ Ck, kamu ini masih tetap dengan pendirianmu, kalau begitu Bapak hanya bisa mendoakanmu saja. Jaga dirimu, terus kabari istrimu dan kami di sini setiap saat!” Pak Setyo akhirnya memberi ijin, ia berharap Afkar bisa bertanggung jawab dengan keputusan yang ia ambil saat ini.
“Kapan berangkat?” tanya Pak Setyo lagi.
“Kemungkinan besok pagi Pak, tunggu kabar juga dari Firman, kami akan berangkat bersama.”
“Baiklah, kabari bapak kalau kamu mau berangkat besok. Jangan lupa ijin kepada ibumu! Lambat laun dia pasti akan mengerti, lebih sering juga kabari beliau. Maklumi sikapnya selama ini!” Pak Setyo berdiri dan menepuk pundak Afkar. “Kita ke masjid dulu sebentar lagi masuk waktu zuhur." Pak Setyo berlalu meninggalkan Afkar dan Yara.
“Iya, Pak," balas Afkar.
Hanya Pak Setyo yang bisa bersikap bijaksana saat ini. Maka dari itu, Afkar tenang jika meninggalkan anak dan istrinya di sana.
"Ay, aku susul bapak dulu! solat jama'ah di sana. Kamu tidak pa-pa 'kan solat sendiri?" tanya Afkar pada Yara.
"Gak pa-pa, Mas!"
Afkar
mengecup kening istrinya dengan penuh cinta. "Terima kasih sudah bersabar sampai detik ini, Ay."
"Iya, Mas. Cepat susul bapak sana! Nanti tertinggal jauh, loh." Yara tersenyum hangat pada Afkar.
Senyum yang selalu menenangkan Afkar. Ia pun menyusul bapaknya untuk bergegas ke masjid yang jaraknya tak jauh dari rumah itu.
...
Matahari sudah berada di ujung barat. Suasana sore di rumah orang tua Afkar begitu nyaman. Banyak para petani yang melintas di depan rumahnya. Mereka yang baru selesai bertani di sawah.
Padi yang mulai menguning mengharuskan para petani menjaganya dari hama dan burung-burung.
Tak lupa Afkar dan Pak Setyo menyapa ramah kepada mereka.
“Mampir dulu, Pak, Bu!” sapa Afkar pada dua orang yang melewatinya.
“Matur suwun, Mas! E-eh ... Mas Afkar, tumben ada di sini?” tanya Pak Renggo ramah. Pria tua itu sedikit membungkuk karena menggendong semprotan penyemprot hama di pundaknya.
“Lagi main, Pak! Bapak kangen sama cucunya.”
“Oh, ya, cucu pertama sih! Selamat bersantai sore, Nak Afkar! Bapak permisi, Mas, Mbak Yara, Pak Setyo. Sudah sore, mau bersih-bersih dulu." Pak Renggo dan istrinya pamit untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah mereka.
Yara hanya tersenyum dan mengangguk.
“Ya, Hati-hati, Pak!” sahut Afkar.
"Mari, Pak Setyo!" Pak Renggo melambaikan tangannya pada Pak Setyo.
"Ya, mari, Pak Renggo. Hati-hati!" balas Pak Setyo sedikit berteriak.
Afkar, Yara dan Pak Setyo berkumpul kembali di gazebo letaknya berada di belakang rumah Pak Setyo. Terlihat Dhiya sedang asik bermain dengan Mbah Kung nya. Gadis yang berumur tiga tahun itu begitu dekat dengan Pak Setyo
Pak Setyo sering kali mampir ke rumah Afkar untuk menemui cucunya saat beliau mengantarkan beras giling kepada pemilik gabah yang menggiling gabahnya di tempat penggilingan padi miliknya. Sekalian mampir, itu yang biasa Pak Setyo lakukan.
Buu Nuri yang baru datang dari dalam rumah langsung ikut bermain dengan cucunya. Kemarahan yang menguasai hati wanita paruh baya itu terlihat hilang saat bersama Dhiya.
“Aku pasti akan rindu saat seperti ini, Ay. Kita akan jarang sekali seperti ini. Doakan Mas agar dapat posisi terbaik di sana!" Ucap Afkar.
“Aamiin... Aku juga akan menyusulmu, Mas, jika kamu gak bisa pulang!” ucap Yara sambil tersenyum manja ke arah suaminya.
“Jangan, Ay! Jarak dari sini ke kota jauh sekali. Kasian kalau kamu menyusul Mas ke sana."
“Sejauh apa pun jaraknya pasti aku susul Mas. Aku akan mengikuti ke mana surgaku berada.” Yara merebahkan kepala di pundak Afkar. Satu tangan Afkar menyentuh dan mengacak rambut Yara pelan kemudian menciumnya lembut.
“Kita pulang yuk, sudah sore nti kemalaman sampai rumah!”
Yara pun mengangguk menyetujuinya.
Matahari sudah terlihat menenggelamkan dirinya di ujung barat. Suasana sore hari pun berubah sedikit gelap karena matahari sudah meninggalkan peraduannya.
Yara dan Afkar
pamit pulang karena takut akan turun hujan jika menjelang malam hari. Terlebih langit di saat itu terlihat mending pekat.
"Kami pamit pulang, Bu!" Ucap Afkar pada ibunya kemudian menyalamk beliau dengan takzim.
Disusul Yara, istri dari Afkar melakukan hal yang sama seperti suaminya. Tapi sikap yang diberikan Bu Nuri pada Yara sangat menyakitkan. Saat Yara mengulurkan tangannya Bu Nuri berlalu begitu saja masuk ke dalam rumah. Membuat Yara tertunduk sedih.
Tiga tahun sudah Yara berumah tangga tapi sikap Bu Nuri tidak pernah berubah kepada Yara.
Bersambung....
Ikuti kelanjutan ceritanya ya, jangan lupa subscribe/ favorit kan karya ini. kasih rating bintang juga ya..... Terima kasih....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
good luck thor lanjutkan
2023-05-25
1
Meta Lia
aaaaah mertua tak berahlak
2023-04-01
0
Atiqa Fairuz Khalisa
harus banyak banyak sabar.
2023-03-23
0