Hari ini, Yara mencoba mengunjungi kediaman Dina. Ia ingin meminta tolong kepada Dina agar suaminya bisa mencari tahu keberadaan Afkar karena Yara sudah menceritakan apa yang terjadi terhadap Afkar. Hilang komunikasi dengan Afkar tepar di hari kepulangannya dari kota menuju kampung.
"Sebaiknya kamu hubungi Mas Firman langsung, Ra! Sebentar aku kasih nomernya yang baru," ucap Dina kemudian masuk ke kamar untuk mengambil ponsel miliknya.
"Mas Firman ganti nomer?" Tanya Yara. Wanita itu berangkat seorang diri ke sana. Yara tidak tega jika harus membawa Dhiya salam perjalanan jauh seperti ini, apalagi mengendarai sepeda motor.
"Iya, ponselnya hilang saat jaga," ujar Dina kemudian menyebutkan nomer agar Yara segera menghubungi suaminya.
"Maaf ya, aku sedang tidak ada pulsa jadi tidak bisa telepon."
"Gak pa-pa, Din. Aku ada kok!"
Tak lama sambungan telepon tersambung. Kebetulan sekali Firman sedang beristirahat jadi mereka lebih leluasa mengobrol. Usai mengucap salam dan meminta maaf karena sudah menganggu, Yara lekas menceritakan semua yang dialami dan dijelaskan secara rinci pada Firman.
"Kamu sudah mengubungi Kak Ima?" Tanya Firman dari seberapa telepon
"Sudah, tapi kata Kak Ima. Mas Afkar sudah berangkat dan sampai saat ini juga belum kembali ke kontrakan. Tolong aku Mas, Tolong bantu cari Mas Afkar di sana!" Yara berucap dengan nada sedih.
Dina yang berada di samping Yara merasa kasihan dengan wanita itu. Hati siapa yang tidak sedih dan bingung kehilangan suami tercinta. Dan tidak tahu dimana keberadaannya saat ini.
Firman pun berjanji akan mengabari Yara. Firman harus kembali bekerja karena waktu istirahatnya sudah selesai.
Pria itu berjanji sepulang bekerja akan dia akan ke kontrakan tempat tinggal L-nya dulu bersama Afkar.
"Terima kasih, Mas Firman. Maaf kalau aku merepotkanmu!" Ujar Yara kemudian menutup sambungan telepon setelah mengucap salam.
Dua minggu telah berlalu, kabar Afkar juga masih belum pasti. Satu musibah belum selesai bertambah lagi musibah yang lainnya Pak Setyo jatuh di kamar mandi. Urat sarafnya kejepit, kejadian itu menyebabkan Pak Setyo mengalami lumpuh total. Pria paruh baya itu hanya bisa mendengar dan memberi kode lewat tatapan matanya saja. Kondisi Pak Setyo pun semakin menurun terlebih sampai saat ini, mereka belum mendapat kabar tentang Afkar.
Bu Nuri jadi semakin menyalahkan Yara dengan musibah ini.
"Semenjak kamu tinggal di sini, suami saya jadi kena imbasnya. Memang menantu tidak berguna bisanya bikin masalah terus," Bentak Bu Nuri pada Yara.
Yara hanya bisa menunduk pasrah. Dirinya terus disalahkan oleh Bu Nuri. Yara tidak tahu harus berbuat apa, ingin rasanya pergi mencari Afkar ke kota. Tapi Yara tak ingin meninggalkan Dhiya, bocah kecil itu tak bisa jauh darinya. Apalagi sekarang kondisi Pak Setyo sedang tidak baik-baik saja pasti akan membuat Bu Nuri repot.
Usaha penggilingan padi sempat terhenti karena musibah ini, tak ada pemasukan yang di terima. Sehingga, Mila dan Bu Nuri mempercayakannya kepada adik dari Pak Setyo untuk melanjutkan usaha itu. Agar usaha penggilingan padi itu kembali menghasilkan uang untuk biaya pengobatan Pak Setyo.
Hari terus berganti waktu terus berjalan. Hati dan pikiran Yara semakin tak menentu, menunggu kabar yang tidak pasti.
Yara juga harus bolak-balik dari rumahnya ke rumah mertua. Memastikan keadaan Pak Setyo. Meskipun tiap hari mendapat omelan dari ibu mertuanya tapi Yara mencoba terus bersabarbersabar menanggapinya. Yara ingat pesan Afkar agar bisa lebih berlapang dada menerima semua sikap mertuanya. Yara yakin dibalik itu, ada kebaikan salam hati Bu Nuri untuk dirinya.
Menjalani semuanya sendiri dengan kepedihan dan kesedihan. Yara hanya bisa berkeluh kesah dan mengadu keresahan hatinya kepada Sang Pencipta. Juga kepada Bu Retno-- pemilik panti asuhan tempat ia di besarkan dari kecil. Sesekali Yara mengeluh pada Pak Setyo, saat berkunjung ke rumah mertuanya ketika menemani mertua laki-laki nya itu. Saat Yara membantu memindahkan posisi tidur Pak Setyo menjadi duduk bersandar di atas ranjang. Saat itulah Yara bisa bercerita.
Pak Setyo hanya bisa menggerakkan bibirnya pelan. Memberi respon pada Yara soal keresahan hatinya. Terkadang Pak Setyo membalas perkataan Yara dengan kedipan mata. Jika merasa sedih, pria paruh baya itu akan mengeluarkan butiran air mata.
Yara juga sering mengajak Dhiya untuk mengobrol dengan Eyang Kung nya. Meskipun bosan karena eyang-nya tidak merespon candaanya.
"Bunda, Dede maen sama ateu Mila aja! Eyang diem mulu!" keluh Dhiya. Gadis kecil itu beringsut turun dari kasur kemudian berjalan cepat keluar dari kamar itu.
Saat Dhiya pergi bermain di luar bersama Mila-- adik iparnya. Yara masih berada di kamar menemani Pak Setyo. Yara ingin berbicara berdua dengan Pak Setyo. Ada yang ingin ia sampaikan pada mertuanya yang selalu bersikap baik padanya itu.
"Pak, Yara mau ijin sama bapak. Yara nggak tau lagi harus berbuat apa? Yara juga tidak mau berdiam diri di sini tanpa pergi sendiri mencari Mas Afkar. Yara berniat pergi ke kota mencari Mas Afkar! Yara Mas Afkar masih hidup, Pak!" Ucap Yara sambil menggenggam tangan Pak Setyo. Ia cium punggung tangan yang terlihat semakin kurus itu. Meminta restu dan ijinnya untuk pergi ke kota.
Meski tak bisa berbicara, Pak Setyo membalas dengan meneteskan air mata. Merasakan kesedihan dan keresahan yang dirasakan menantunya. Yara berusaha untuk tidak menangis. Ia mencoba tegar di hadapan Pak Setyo. Yara tidakk mau menambah beban pikiran mertuanya yang masih dalam pemulihan. Padahal yang dirasakannya saat ini, sedih yang menyayat hati.
Selalu disalahkan Bu Nuri, suami tiada kabar serta tangisan buah hati yang selalu menanyakan keberadaan ayahnya selama beberapa minggu ini. Yara hanya menangis di dalam sujudnya. Menumpahkan segala kesedihan pada Sang Pemilik Kehidupan.
.
.
.
Jangan lupa like, komen dan Vote setiap hari senin....
Lima bintang juga ya....🌟🌟🌟🌟🌟
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
wooow amazing story thor lanjutkan
2023-05-26
1
Meta Lia
sedih deh
2023-04-02
0
Atiqa Fairuz Khalisa
sabar ya yang.
2023-03-23
0