Ikhlasku Melepasmu, Mas!
...Hai readers selamat datang di karya ke 4 ku. Semoga kalian suka dengan ceritanya nanti ya....
...Bantu like+komen+ulasan bintang juga untuk karya author ini....
"Apa tak ada jalan lain, Mas? Masih banyak pekerjaan di sini! Kenapa Mas harus cari ke tempat yang jauh? Lalu bagaimana dengan Aku dan Dhiya? Apa kamu akan meninggalkan kami, Mas?” Berderet pertanyaan, Yara lontarkan. Ia pun mengeluh kepada Afkar saat mereka tengah duduk di bale panjang yang berada di samping rumah kontrakan tempat mereka tinggal saat ini.
Afkar sedang meminta ijin kepada Yara atas keputusannya pergi ke kota untuk beradu nasib di sana. Kebangkrutan pabrik tempatnya bekerja membuat Afkar harus mencari pekerjaan lain. Pria itu sempat bekerja serabutan di kampungnya tapi itupun tak membuat kebutuhan mereka tercukupi. Pekerjaan serabutan tidak pasti, kadang ada dan lebih banyak menganggur.
Biaya kontrakan harus dibayar tiap bulan. Yara yang kebetulan pintar memasak pun ikut membantu berjualan sayur matang. Tapi Afkar tidak mau membuat Yara ikut menanggung beban rumah tangga karena menurutnya, suami lah yang harus bekerja dan istri hanya cukup melayani dan mengurus rumah tangga saja.
Afkar mempunyai sikap yang keras kepala dan egois. Semua keinginan dan perintahnya tak mau dibantah dan harus diikuti. Sebab itulah Yara selalu patuh, meski kadang tidak sesuai dengan isi hati Yara. Tapi Yara bersyukur dengan sisi penyayang yang dimiliki suaminya itu. Disitulah Yara merasa nyaman dan terlindungi.
"Ini adalah jalan terbaik Ay, Mas nggak mau kamu juga ikut bekerja. Mas mau yang terbaik buat kalian! Kamu liat sendiri Mas sudah mencoba melamar pekerjaan di beberapa tempat, tapi tak ada hasilnya," ucap Afkar putus asa. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi.
"Tapi aku ikhlas buat bantu kamu Mas, aku gak mau jauh dari kamu, aku gak punya siapa-siapa selain kamu dan Dhiya!" Wajah Yara terlihat sendu. Ia tidak menyetujui keputusan Afkar, itu hanya awal. Tapi selanjutnya Yara pun menyetujuinya.
"Doakan saja Mas mu ini, Ay! Ini sudah keputusan Mas. Mas harap kamu bisa menerimanya, tiap bulan akan Mas kirim uang untuk kamu dan Dhiya agar kalian berdua tidak hidup kekurangan. Mas sayang sama kalian berdua." Afkar menarik Yara ke dalam pelukannya, kecupan lembut pun mendarat di kening Yara, membuat istrinya itu kembali mendesah berat. Lagi-lagi Yara harus menyetujui keinginan suaminya itu.
Di samping sikap Afkar yang keras kepala, ada sikap yang lembut dan penuh kasih sayang selalu Yara dapatkan dari Afkar. Sikap seperti itulah yang membuat Yara tak ingin berpisah dari Afkar. Ia tak sanggup jika berjauhan dengan suaminya itu. Tapi Afkar tidak ingin keadaan mereka seperti ini terus tanpa perubahan.
Afkar meminta ijin pada Yara setelah beberapa hari lalu bertemu dengan Firman. Temannya yang baru pulang merantau dari kota. Ia mengajak Afkar untuk ikut dengannya ke Kota. Firman merasa kasihan mendengar Afkar menceritakan keadaan dan kondisi keluarganya saat ini.
Firman yang bekerja sebagai satpam pabrik tekstil di Jakarta, memberitahu ada lowongan pekerjaan sebagai kepala bagian di sana. Ada penambahan gedung baru untuk pabrik tekstil tersebut sehingga membutuhkan banyak karyawan baru.
Afkar yang menguasai bagian tersebut pun merasa ingin mencoba bekerja di sana. Sebab sebelumnya Afkar adalah kepala bagian produksi di pabrik tempatnya bekerja dulu. Firman memberi waktu 2 hari pada Afkar agar temannya itu membuat keputusan. Ia akan ikut ke kota atau tidak.
Afkar pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu begitu saja.
Yara akhirnya mengizinkan suaminya untuk pergi ke Jakarta. Meski berat hati tapi Yara selalu mendoakan yang terbaik untuk suaminya karena Yara tahu sifat suaminya yang tidak mau dibantah saat ia mengambil keputusan.
Sikap Afkar memang egois dan keras kepala. Tapi ada hal lebih yang membuat Yara jatuh cinta kepada suaminya itu, sikap sayang kepada dirinya yang membuat Yara rela dipersunting Afkar diusia mudanya. Sebab Yara pikir, ia tak punya keluarga lagi selain ibu panti yang telah membesarkanya setelah mamanya meninggal dunia.
Dipersunting Afkar adalah salah satu anugerah buat Yara. wanita itu jadi mempunyai keluarga karena selama ini hanya anak panti dan Ibu Panti saja. Satu-satunya keluarga Yara yang ia tahu.
***
Keputusan sudah diambil. Afkar positif untuk ikut dengan Firman. Malam ini pun, pasangan suami istri itu melanjutkan perbincangannya di dalam kamar, setelah sebelumnya bermain dengan anak mereka. Dhiya namanya, bocah imut, cantik dan menggemaskan. Pipi nya yang gembul membuat orang yang melihatnya merasa gemas, anak seusianya saat ini sedang lincah-lincahnya berjalan dan berbicara. Gadis kecil itu memanggil Yara dengan sebutan bunda.
Dhiya yang begitu dekat dengan ayahnya pasti akan langsung minta di gendong sambil mengucap cadel kata lucu khas anak kecil. Itu membuat mereka bahagia. Mereka tinggal di rumah kontrakn tepat ketika Yara hamil Dira karena Afkar pikir ingin belajar mandiri semereka ingin mandiri dengan tinggal pisah dari orang tua Afkar.
"Mas, kalau di kota hati-hati ya, kabarin aku terus, jangan sampai lupa untuk telepon kalau bisa video call sama Dhiya! Kalau kelamaan gak liat ayahnya, nanti Dhiya lupa lagi sama kamu, Mas? Jangan lupa kirim alamatnya juga sesampainya di kota padaku! Nanti kalau Mas lupa pulang, aku bisa susul Mas ke kota!" Cecar Yara dengan banyak nasehat dan pertanyaan kepada Afkar seraya mengusap pelan punggung Dhiya ssampai bocah itu tertidur.
Dhiya sudah tak lagi mimi asi. Ia lebih nyaman tidur sambil nyedot mpeng kecil. Terlihat Dhiya lelah karena seharian bermain dan bercanda dengan ayah dan bundanya.
Yara pun masih berbicara sambil membelakangi Afkar, sedangkan Afkar berbaring menghadap langit kamar. Telinganya masih terus menangkap suara dan mendengarkan Yara berbicara. Kedua tangan Afkar yang tadinya dijadikan sandaran kepala olehnya langsung berpindah memeluk tubuh Yara dari belakang punggungnya
"Iya sayang!” jawab Afkar sambil menciumi kepala Yara berulang kali. Aroma khas shampo yang belinya di warung tetangga membuat Afkar candu. Afkar pun memeluk Yara. “Mas akan lakuin apa yang kamu bilang, lagi pula Mas masih di sini loh!" Yara merasa geli karena Afkar malah menciumi leher jenjang nan putih mulus miliknya
"Mas... geli, lepasin gak! Nanti Dhiya bangun kasian dia rewel tadi siang.”
Afkar melepaskan pelukannya dan merubah posisi tidurnya menjadi terlentang di samping Yara, Mereka berbincang tentang rencana kepergian Afkar ke kota. Sedangkan Yara tidur dengan beralaskan tangan Afkar, jemari Yara bermain di atas dada bidang Afkar.
"Jaga hati dan mata Mas ya! Di kota itu wanitanya cantik-cantik, gak seperti aku yang cuma orang kampung dan gak berpendidikan, Mas.” Wajah Yara berubah muram dan menunduk menempel pada dada bidang suaminya.
"Kamu ini bicara apa sih, Ay! di mata Mas itu yang paling cantik dan menarik cuman Yara, Ayara faeqa Wirawan yang sudah merebut hati dan pikiran mas saat pertama kali bertemu."
"Ish, gombal” cubitan pun ia layangkan ke perut Afkar.” Wirawannya gak usah di sebut, Mas!”
“Aww... sakit, Ay!” sambil mengelus perut bekas cubitan Yara, Afkar bersikap manja seakan cubitan itu terasa sakit. Padahal kenyataannya tak terasa hanya saja ia senang menggoda istrinya.
“Memangnya kenapa dengan nama terakhirmu? Itu bisa jadi petunjuk untuk keberadaan papamu, Ay," ujar Afkar.
Yara mengedikkan bahu. “Mama pernah bilang jangan biarkan orang tahu nama belakangku, Mas!”
Afkar terdiam. “Aku merasa ada yang disembunyikan di sini. Mungkin saja papamu sedang mencari kalian?" Afkar curiga dengan ucapan Yara.
Bersambung.
Hai ini adalah Novel karyaku selanjutnya.
Seperti biasa masukan Favorit, Like dan komen ya....
Kutunggu kehadiran kakak semua di karya baruku....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
lanjutkan thor seruuuu
2023-05-25
1
Meta Lia
nyimak dulu
2023-04-01
2
vheindie19
menyembunyikan nama belakang apakah Yara berasal dari keluarga ningrat atau keluarga mafia? penasaran
2023-03-14
1