Memories Of Love
Kisah ini dimulai dengan kepiluan seorang anak laki-laki bernama Jarvish yang masih berumur sepuluh tahun. Mamanya pergi meninggalkan dia dan Papanya demi harta dan status. Papa anak itu hanyalah seorang pelukis naif yang berharap bisa menjadi kaya raya dengan lukisan-lukisanya. Namun, kenyataan berkata lain. Papa dari anak itu tidak pernah berhasil menjual lukisannya sejak ia menikah.
Istrinya adalah seorang penyanyi kafe. Mereka berdua saling jatuh cinta karena mereka sama-sama menyukai seni sampai akhirnya mereka berdua menikah. Namun, impian mereka membangun rumah tangga yang indah dan bisa hidup bergelimang harta dengan bakat seni yang mereka miliki hanyalah tinggal impian belaka.
Hingga sampailah pada titik puncak di mana sang Istri tidak tahan lagi hidup miskin dan menderita. Sang istri akhirnya pergi meninggalkan anak dan suaminya begitu saja untuk menikah lagi dengan seorang konglomerat. Konglomerat itu bernama Jerry Benjamin. Jerry Benjamin adalah duda beranak satu.
Sejak ditinggal pergi istrinya, papanya Jarvish berubah menjadi pemabuk berat dan Jarvish kecil harus mengurus papanya setiap kali papanya pulang dalam keadaan mabuk berat. Karena stres ditinggal istrinya dan uang dari pekerjaannya menjadi tukang batu musiman, ia habiskan untuk mabuk-mabukan, Alhasil Jarvish kecil hanya bisa makan tiga hari sekali.
Satu tahun hidup menderita dengan papanya yang berubah menjadi pemabuk berat membuat Jarvish harus menelan dalam-dalam penderitaannya itu sendirian tanpa bisa berbagi keluh kesah karena kemiskinannya membuat dia tidak memiliki satu pun teman. Dia bahkan seringkali menangis sendirian di pojokan kala rasa rindunya pada sang Mama sekaligus rasa bencinya pada sang Mama menggigit hatinya. Jika bisa dibelah dadanya maka semua orang akan melihat hati Jarvish pasti menyala merah penuh luka penderitaan dan kesedihan
Jarvish yang kala itu sudah berumur sebelas tahun diharuskan menahan gengsinya di kala lapar yang sangat hebat melanda dirinya. Satu tahun hidup dengan papanya, anak kecil itu tidak kuat lagi jika harus menahan lapar lagi
Jarvish akhirnya nekat mengambil ukulele milik ayahnya untuk ia pakai mengamen. Uang yang ia dapatkan dari mengamen sepulang sekolah sampai Maghrib tiba, hanyalah sepuluh ribu rupiah, tapi itu cukup bagi Jarvish untuk membeli dua bungkus nasi hanya dengan lauk tahu atau tempe. Jika hari ini tahu maka besok tempe dan begitu seterusnya.
Di suatu sore yang cerah, Jarvish kembali memapah papanya yang pulang dalam keadaan mabuk. Anak kecil itu membaringkan papanya di atas ranjang kecil dengan kasur dari kapuk yang sudah sangat tipis. Lalu, anak kecil itu mengambil baskom, ia isi baskom itu dengan air hangat dan dia pakai air hangat itu untuk menyeka wajah, leher, tangan dan kaki papanya.
Dua jam kemudian papanya bangun dan seperti biasa di saat papanya bangun dari mabuk, Jarvish meninggalkan tugas sekolahnya untuk menyuapi Papaya nasi dengan lauk tempe di petang itu. Tiba-tiba papanya terbatuk-batuk dan batuknya tidak berhenti. Jarvish mulai panik dapat wajah papanya tiba-tiba berubah menjadi biru dan pria pemabuk berat itu jatuh di atas ranjang dengan posisi tengkurap.
Jarvish sontak melemparkan piring berisi nasi dan tempe sampai semua nasi jatuh berhamburan di atas lantai. Anak kecil tampan itu segera menegakkan badan papanya dan meletakkan kepala papanya di atas bantal dengan pelan sambil menangis sambil terus berteriak memanggil papanya, "Pa! Papa kenapa? Bangun, Pa! Papa belum makan"
Saat melihat papanya tidak merespons panggilannya sama sekali, Jarvish langsung melesat keluar dari kamar kost sempit itu dan langsung jatuh bersimpuh di depan pintu kamar kost untuk berteriak, "Toloooongggg!!!!!" Sekencang-kencangnya.
Kebetulan di petang itu ada seroang dokter muda pulang dari kuliah dan menghampiri Jarvish, "Ada apa, Dek?"
"Papa saya wajahnya biru dan kaku. Tolong selamatkan Papa saya" Jarvish memegang erat kaki pemuda itu dengan wajah penuh air mata.
Dokter muda itu langsung menarik Jarvish untuk masuk ke dalam dan setelah memeriksa selama lima menit kondisi papanya Jarvish, dokter muda itu akhirnya menatap Jarvish dengan sorot mata sendu berkata dengan nada lirih, "Maaf Dek, Papa Adek sudah pergi menghadap Sang Pencipta"
Jarvish sontak memeluk dokter muda itu dan menangis histeris.
Satu Minggu setelah kematian papanya, mamanya datang dan mengajak Jarvish tinggal di kediaman mewah seorang konglomerat. Jarvish terpaksa menuruti kemauan mamanya tinggal di rumah apa tirinya itu demi untuk meraih cita-citanya menjadi orang sukses di segala bidang. Karena dia, tidak ingin menjadi pria menyedihkan seperti papanya. Di hari itu untuk pertama kalinya, Jarvish bertemu dengan papa tiri dan kakak tirinya yang bernama Joshua Benjamin.
Joshua membenci Jarvish karena kehadiran mamanya Jarvish membuat papanya mengabaikan dia. Begitu pula dengan Jarvish. Jarvish membenci Joshua karena dia berpikir Joshua lah yang sudah merebut mamanya.
Tujuh belas tahun kemudian..........
Seorang gadis muda yang manis dengan gigi gingsul di rahang sebelah kiri atas, berhidung mancung, berbibir mungil dan penuh, berambut hitam lurus dengan panjang sebahu, memiliki tubuh proporsional yakni bertinggi badan seratus enam puluh dua centimeter dengan berat badan lima puluh satu kilogram itu, berjalan dengan wajah riang gembira.
Nama gadis itu adalah Luna Aditya. Dia putri tunggal dari Hanung Aditya. Papa Luna adalah karyawan biasa di perusahaan besar milik konglomerat terkenal Jerry Benyamin. Jerry adalah CEO dari Grup Benjamin. Jerry Benjamin memiliki anak kandung bernama Joshua Benjamin dan memiliki anak yang dibawa oleh istri sambungnya yang bernama Jarvish. Saking cintanya pada istri sambungnya itu, Jerry dengan senang hati menyematkan nama Benjamin di belakang nama anak yang dibawa wanita itu meskipun anak itu bukan anak kandungnya.
Luna terus melangkahkan kakinya dengan ringan dan terus mengulas senyum bahagia di wajah manisnya menuju ke Balairung Utama.
Luna Aditya sangat bersyukur dia akhirnya terpilih masuk ke universitas tersebut setelah melewati seleksi yang sangat ketat. Wanita mungil dan manis itu sangat ingin berkuliah di universitas tersebut karena jika ia berhasil lulus dari sana dengan nilai bagus, Grup Benjamin akan langsung merekrutnya menjadi karyawan dengan gaji yang lumayan besar dengan begitu ia tidak perlu lagi bersusah payah melamar kerja ke sana kemari.
Di hari pertama masuk kuliah, semua mahasiswa baru dikumpulkan di sebuah aula yang sangat besar. Di sana lah, Luna bertemu dengan seorang pria yang mampu membuatnya terpana dan membuat jantungnya berdebar-debar untuk pertama kalinya.
Pria itu berjalan di tengah panggung dan segera mengenalkan dirinya, "Saya adalah Jarvish Benjamin. Saya dosen tidak tetap di sini yang mengajar mata kuliah Matematika Bisnis. Saya adalah Presdir Grup Benjamin yang bertanggung jawab di bidang perhotelan milik Grup Benjamin. Saya juga pendiri klub sosial di kampus ini. Selamat datang di kampus ini dan selamat belajar dengan giat"
"Dia sangat tampan dan gagah" Seorang mahasiswi menyenggol bahu Luna.
"Iya, dia sangat tampan, gagah juga keren banget. Dia tipe pria idaman bagi setiap wanita. Oh iya, namaku Luna dan kamu?"
"Aku Bella dan kita teman sekarang" Bella menyambut uluran tangan Luna.
"Iya, kita teman" Luna tersenyum ke teman barunya itu.
"Kabarnya dia masih lajang. Tapi, dia playboy dan dingin banget karakternya. Dia tidak pernah bersikap lembut pada wanita"
"Tapi, lumayan bisa jadi vitamin A untuk mencerahkan mata kita pas dia ngajar di kelas kita nanti" Luna tersenyum jenaka dan Bella sontak tergelak geli lalu berkata, "Iya, kamu benar"
Luna adalah tipe wanita yang hangat. Dia ramah dan mudah bergaul. Dia juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dia suka menolong tanpa pandang bulu. Untuk itulah di hari pertama masuk kuliah dia memilih bergabung di klub sosial. Buka karena klub itu pendirinya adalah Jarvish Benjamin. Tapi, karena Luna memang suka menolong sesama.
Kedua mata Luna sontak membulat berseri-seri dan serasa mendapatkan durian runtuh sewaktu ia melihat Jarvish Benjamin duduk di salah satu kursi penerimaan anggota baru di klub sosial.
Hati Luna berdebar-debar saat ia berdiri di depan meja Jarvish Benjamin.
Luna duduk mematung saat kedua bola matanya bertubrukan dengan kedua bola matanya Jarvish Benjamin.
Bahkan Luna terlonjak kaget saat pria itu berdeham cukup keras dan dengan wajah dingin bertanya, "Kau mau mendaftar atau hanya duduk diam di situ?"
"Ah, emm, tentu saja mendaftar" Luna langsung meletakkan berkas pendaftarannya di atas meja dengan berdebar-debar. Dia sangat senang bisa berhadapan langsung dengan Jarvish Benjamin.
Dia lebih tampan kalau dilihat sedekat ini. Ya, ampun! Ada, ya, pria setampan ini di dunia. Batin Luna.
Walaupun Jarvish tidak memandangnya dan hanya membubuhkan tanda tangan di berkas pendaftarannya Luna, dan menyerahkan berkas itu ke Luna tanpa mengangkat wajahnya untuk menatap Luna, gadis itu sudah merasa girang bukan kepalang karena ia bisa menatap lekat wajah Jarvish dari dekat dan mencium wangi parfum Jarvish. Namun, dia sadar kalau dirinya hanya bisa mengagumi Jarvish secara diam-diam. Ia juga sadar, ia tidak akan pernah bersanding dengan Jarvish Benjamin.
Di kelas pertamanya, Luna hatinya menyala riang kala Jarvish Benjamin melangkah pelan menuju ke tengah papan tulis putih dan berdiri di depan semua mahasiswa dengan sapaan, "Selamat pagi. Saya senang diberi kepercayaan mengajar perdana di kelas ini untuk tahun ajaran baru. Saya akan memulainya dengan sejarah adanya Matematika di bidang bisnis..........."
Luna menyesal duduk di bangku paling belakang dan pojok. Gara-gara antri mendaftar di klub sosial, dia hampir telat masuk kelas itu dan harus ikhlas dapat bangku paling pojok deret paling belakang.
Andai saja aku bisa duduk di bangku paling depan, aku bisa melihat dari dekat wajah tampan itu dan bisa kembali mencium wangi parfumnya yang maskulin sekaligus segar. Batin Luna.
Di tengah-tengah pelajaran berlangsung, tiba-tiba alarm tanda bahaya berbunyi. Ada gempa yang cukup besar dan semua mahasiswa sontak berteriak kencang, berlarian keluar dengan panik dan mulai berhimpit--himpitan.
Luna yang berada di bangku paling belakang langsung berteriak kencang dan memilih untuk memejamkan mata, duduk berjongkok dengan perlahan dan dengan pasrah ia menutup kepalanya dengan kedua tangan.
Tiba-tiba Luna merasakan tubuhnya melayang dan saat ia membuka mata dia terkejut bukan main. Jarvish Benjamin membopongnya sambil terus berlari keluar dari kelas itu dan langsung menuju ke lapangan.
Luna terus menatap wajah tampan pria idamannya itu dengan berdebar-debar dan hati melayang gembira.
Jarvish Benjamin menurunkan Luna dengan hati-hati di atas rumput dan tanpa memandang wajah Luna, tanpa menunggu ucapan terima kasih dari Luna, pria tampan yang sangat keren itu kembali melesat ke dalam kelas untuk menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan.
Luna terus memandangi punggung Jarvish Benjamin yang menjauh dengan rasa kagum dan seketika itu rasa kagumnya berubah menjadi rasa cinta. Luna jatuh cinta pada pria pria tampan bernama Jarvish Benjamin. Pria idaman pertamanya yang sudah menyelamatkan nyawanya.
Luna kemudian tersenyum dan bergumam lirih, "Aku sudah merasa senang hanya melihat punggung kamu seperti ini. Aku hanya akan terus memandang punggung kamu seperti ini dari kejauhan karena kamu, tidak akan pernah tergapai olehku"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
auliasiamatir
bagus banget,
2023-01-31
0
Be___Mei
likeee 🥰🥰 masuk favorit dulu kak el
2023-01-23
0
Inada Ytiva
cinta pada pandangan pertama 😍
kak, mampir di karya aku dong " I love you Axella"
mengangkat tema Bullying, abusive sama mental ilness ..
semoga suka ya kak
2023-01-17
0