Pria tampan itu kemudian menggosokkan wajahnya di dada Luna. Lalu, bibirnya bergerak melintasi daerah lembut itu. Lalu, tangannya meluncur liar ke bawah, dari pinggang ke pinggul Luna, menariknya lebih dekat.
"Kau harum Bella. Aku ingat ingin berada cukup dekat dengan kamu untuk mencium harum tubuhmu, Bella. Aku sangat merindukanmu" Sambil bersuara serak penuh gairah, disisipkannya hidungnya di sana dan dengan tegas ia daratkan tanda kepemilikan.
Luna sontak memekik kaget dan di sela isak tangisnya perempuan itu meronta dengan berteriak kencang saat ia mulai dilanda frustasi, "Lepaskan saya, Tuan! Saya bukan Bella. Saya Luna. Lepaskan saya!"
Jarvish mengangkat kepalanya dan melihat di bagian depan dress perempuan itu dan bertanya dengan acuh tak acuh, "Siapa Luna? Aku tidak kenal dengan Luna. Yang aku tahu kau adalah Bella" Pria tampan itu berucap sembari melepas satu per satu kancing-kancing di dress Luna yang masih tersisa utuh. Kancing-kancing yang lebih bersifat dekoratif daripada fungsional itu dengan mudahnya dilepas oleh Jarvish.
Sehabis membuka semua kancing-kancing itu, Jarvish berhenti sejenak untuk mengagumi kulit putih bersih yang sedikit menampakkan diri.
Di saat Luna melihat lebih banyak kancing yang terbuka kemudian dressnya dilepas paksa dan dilempar asal oleh pria itu, Luna mendadak diserang rasa pening begitu hebat dan perempuan manis itu seketika jatuh pingsan .
Jarvish yang sedari awal mengabaikan gerak-gerik dan lolongan pilunya Luna, terus bergerak di atas tubun Luna. "Aku sangat merindukanmu Bella" Desis Jarvish di sela gerakan liarnya.
Karena kenikmatan yang sangat luar biasa itu, Jarvish terus bergerak dan entah di berapa ronde dia akhirnya rebah di sisi Luna dan langsung tertidur dengan wajah puas.
Keesokan harinya, Jarvish membuka mata dan langsung menatap jam di dinding, "Jam sembilan?" Lalu, pria tampan itu meraup kasar wajah tampannya dan saat ia menoleh ke samping, dia sontak bangun dan mengumpat kesal, "Sial! Siapa wanita ini? Kenapa dia bisa.ada di ranjangku?"
Jarvish ingin menyentuh bahu wanita yang tengah berbaik miring memunggunginya dan menariknya untuk melihat wajah wanita itu. Tapi, tangannya ia biarkan melayang di udara beberapa detik kemudian ia tarik kembali tangannya lalu pria tampan itu memilih untuk melompat turun dari ranjang.
Jarvish menautkan kedua alisnya saat ia melihat lantai kamar berserakan penuh robekan baju perempuan itu, lalu bergumam sangat lirih. "Sial! Semalam apa aku segila itu sampai merobek baju perempuan itu?"
Jarvish melangkah pelan mendekati ranjang untuk menyibak perlahan selimut yang menutupi tubuh perempuan itu. Pria tampan itu sontak melepas selimut hingga selimut itu jatuh lembut di atas tubuh wanita itu saat ia melihat ada bercak darah di atas sprei.
Jarvish kembali bergumam lirih, "Aku sudah membuka segel perempuan ini?"
Jarvish kemudian bergegas membuka buku cek dan menyobek selembar cek. Setelah membubuhkan tanda tangan di cek itu, dia tindih cek itu dengan gelas kosong di atas nakas tanpa menimbulkan suara. Dia juga menulis kalimat di atas kertas, "Isi cek kosong ini sesuai dengan kebutuhan kamu. Cek ini untuk membayar segel kamu yang sudah aku buka dengan paksa" Jarvish menindih kertas kecil itu dengan kalender meja. Kemudian dia bergegas mengambil tasnya dan keluar dari kamar begitu saja tanpa melihat terlebih dahulu wajah wanita yang masih tidur pulas di atas ranjangnya tanpa sehelai kain.
Sesampainya di luar kamar, asisten pribadinya yang bernama Brian, langsung menundukkan kepala dan menyapa, "Selamat pagi, Tuan"
Jarvish langsung berkata sambil berjalan melintasi Brian, "Suruh Office Girl membawakan baju ganti untuk wanita yang ada di dalam"
"Baik, Tuan"
Joshua Benjamin merasa tidak tenang karena dia masih belum bisa menghubungi telepon genggamnya Luna. "Luna ke mana semalam? Kenapa dia tidak kembali setelah pergi ke bar untuk mengambil botol anggur? Apa dia langsung pulang? Ah! Sudahlah. Kemarin hari Sabtu mungkin dia ada janji ketemuan dengan pacarnya. Ini juga hari Minggu dia pasti tengah berjalan-jalan dengan keluarganya" Joshua kemudian memasukkan telepon genggam mahalnya ke dalam saku kaos dan melanjutkan permainan golfnya. Joshua Benjamin selalu meluangkan waktu untuk bermain golf di hari Minggu.
Sementara itu, Jarvish menunggu Brian di dalam mobil dan bergumam, "Aku sudah kasih cek ke cewek itu. Jadi, udah impas, kan? Lagian dia pasti cewek nggak bener main masuk aja ke kamarku. Dia pasti inginkan uang dariku. Walaupun dia masih suci dan aku yang sudah membuka segel kesuciannya, dia tetap aja wanita nggak bener. Karena semua wanita di dunia ini, nggak ada yang bener. Semuanya brengsek"
Luna terbangun dan refleks menatap jam di dinding, "Jam dua belas siang? Aduh! Kepalaku pusing sekali dan badanku sakit semua" Wanita manis itu sontak melotot saat ia menyibak selimut untuk turun dari ranjang. Kedua matanya melihat dirinya polos tanpa memakai sehelai kain pun dan seketika titik sensitifnya berdenyut nyeri.
Luna menatap nanar kondisi dirinya di siang itu yang polos tanpa sehelai kain pun, tubuhnya penuh jejak merah keunguan, dan titik sensitifnya berdenyut nyeri. Wanita manis itu sontak meremas dadanya dan sambil bergumam lirih, "Pria brengsek itu sudah merenggut kesucianku" Seketika derai air mata mengalir deras.
Luna dikejutkan dengan kemunculan seorang wanita dengan baju seragam hotel. Luna sontak membelitkan selimut di badannya dan menghapus air mata di pipinya.
Wanita berseragam hotel itu melempar pandangannya sejenak ke lantai dan ia menatap wanita berselimut yang masih duduk di tengah ranjang, dengan sorot mata prihatin. Karyawan hotel itu kemudian berkata, "Tuan Jarvish Benjamin memerintahkan saya untuk membawakan Anda baju ganti, Nona" Setelah meletakkan baju ganti di atas kasur, karyawan hotel itu langsung pergi meninggalkan Luna dengan bergumam lirih, "Kasihan Nona itu. Tuan Jarvish Benjamin telah melahapnya dengan brutal semalam"
Luna kemudian merosot pelan dari atas kasur dengan desis kesakitan dan setelah melangkah dengan terseok-seok, ia berhasil masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya dari jejaknya Jarvish Benjamin yang ada di sekujur tubuhnya.
Dengan masih berlinang air mata, Luna beberapa kali berusaha menghapus jejak merah keunguan yang ada di leher, dada, dan perutnya dengan terus menggosoknya sampai kulit di tubuhnya terasa perih karena lecet.
Setelah gagal menghapus jejak merah keunguan di sekujur tubuhnya dan kulitnya malah lecet, Luna menyerah dan dia mengguyur tubuhnya dengan air hangat. Di bawah keran ia tergugu dan isak tangisnya semakin menghebat.
Satu jam kemudian, Luna keluar dari dalam kamar mandi dan saat ia mengambil tasnya yang ada di atas nakas, dia melihat ada dua lembar kertas. Luna memilih untuk mengambil kertas yang ditindih kalender meja terlebih dahulu dan langsung mengumpat, "Jarvish Benjamin ternyata pria brengsek. Mulai detik ini aku akan hapus namanya dari hatiku. Aku tidak lagi mengagumi dan mencintainya" Dia remas.dan lemparkan kertas kecil itu ke keranjang sampah.
Lalu, Luna mengambil kertas yang ditindih gelas kosong dan merobek menjadi empat bagian kertas itu. Setelah itu ia remas cek yang sudah ia robek menjadi empat bagian itu itu dan ia lemparkan ke keranjang sampah. Luna kemudian mencangklong tas kecil dan bergegas melangkah keluar dari dalam kamar terkutuk itu dengan hati hancur sehancur-hancurnya.
Sejak siang itu, Luna tidak pernah lagi bertemu dengan Jarvish Benjamin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
auliasiamatir
makanya jadi perempuan jangan ke gatelan luna, udah tau orang mabuk, sok sok lula mau bantu
2023-02-08
0
auliasiamatir
tanggung jawab kau jarvis, kalau gak lato lato mu, aku sumpahin karatan
2023-02-08
0
auliasiamatir
jangan sampai kau gak mau bertanggung jawab yah jarvis
2023-02-08
0