JUAL DIRI 2 "SANG PENULIS"
Susan pindah ke kota untuk mendapatkan impiannya sebagai penulis. Tapi dia malah ditipu oleh temannya. Naskah yang dia buat dengan susah payah malah diakui hak milik temannya. Susan tak dapat apa-apa. Padahal dia butuh uang untuk mengirim ke keluarganya yang ada di desa. Untuk makan dan juga kebutuhan sekolah adik-adiknya.
"Sialan semuanya!"
Susan sedang ada di rumah sewanya. Dia melihat ponselnya. Susah juga menulis di beberapa platfrom online untuk mencari tambahan. Tapi semua platfrom online tiba-tiba ganti aturan. Bonusnya hilang. Padahal dia sudah mengira-ngira dan menghitungnya. Itu mungkin sekitar sepuluh juta lebih dalam sebulan. Mau cari dari mana uang sebanyak itu sebagai gantinya.
Susah memilih tinggal di rumah di Bandung. Ada di dataran tinggi Bandung. Pemandangannya masih indah dan asri. Pusing dengan semuanya, Susan memilih untuk jalan-jalan. Dia mengambil skuternya dan turun dari dataran tinggi. Dia menuju ke kota untuk sekedar minum kopi menghilangkan kekesalannya dan sakit kepalanya.
"Halo ibu, iya. Ini aku transfer ya."
Saat sedang menikmati makanannya, ponsel Susan berdering. Dari ibunya, katanya bapak sakit. Mereka butuh uang periksa. Uang Susan kalau untuk dia, masih ada. Tapi untuk dia hidup satu bulan ini. Terpaksa Susan transfer.
"Yah habis. Ini mana gak ada uang lagi. Cari uang yang cepat dimana?"
Susan menggerutu sendiri. Di belakang susah tak sengaja ada seorang ibu paruh baya, tante-tante. Dia tak sengaja mendengar ucapan Susan. Dia tersenyum melihat Susan.
"Ini kartu nama saya. Kamu butuh uang, bisa bekerja dengan saya kalau mau. Pekerjaannya gampang dan uangnya cepat saya jamin."
Dia melambaikan tangan dan pergi begitu saja. Jaman sekarang, ada pekerjaan seperti itu. Susan membaca kartu namanya. Ahh Susan paham maksudnya. Dia pemilik bar besar. Apa jadi pelayan? Tidak mungkin jadi pelayan. Susan menyimpan kartu namanya.
Susan pulang sore hari. Dia mandi dan menuju ke alamat yang tertera di kartu nama itu. Susan naik taxi. Hingga dia sampai di sana. Susan turun dari taxi dan melihat bar itu. Dia sampai malam disana. Masih dibilang Sorek. Baru jam enam, tapi barnya sudah ramai dan tentu dengan lampu remang-remangnya.
Susan masuk ke bar itu. Dia melihat sekeliling. Dia tak tahu bagaimana cara mencari Tante yang memberikan dia kartu namanya dengan orang seramai ini di dalam bar.
"Maaf, ini. Saya mencari Tante Lisa."
Susan menunjukkan kartu namanya kepada seorang penjaga disana. Penjaga itu pun mengantar Susan untuk bertemu dengan Tante Lisa.
"Hai sayang. Akhirnya ke sini juga."
Tante Lisa menyambut susan dengan sangat senang. Dia mengajak Susan ke lantai dua, ke ruangan dia. Susan itu penampilannya biasa saja. Bahkan terkesan cupu karena dia berkaca mata.
"Kamu sebelum ini bekerja apa?"
Tante Lisa mengajak Susan berbincang. Dia juga meminta sekertarisnya untuk membawakan minuman dan juga cemilan untuk Susan.
"Menulis novel dan skenario Tante."
"Silakan diminum dulu."
Tak lama orangnya Tante Lisa datang. Susan ragu mau meminumnya. Kalau dimasukkan yang aneh-aneh.
"Tante maaf, tapi saya butuh uang cepat. Jadi apa ya pekerjaannya?"
"Disini, seperti yang kamu lihat. Kamu pasti paham kan apa yang saya maksud?"
"Melayani laki-laki hidung belang Tante?"
"Iya."
Susan terdiam. Tante Lisa mendapat telepon dari klien penting. Dia merekomendasikan seseorang.
"Tunggu sebentar. Kamu pasti belum pernah tidur dengan laki-laki kan? Ini ada pekerjaan penting buat kamu."
"Wait, Tante temui orangnya dulu. Coba Tante nego dulu."
"Tante, tapi saya tidak mau yang aneh-aneh."
"Tidak. Spesial dia cari wanita yang baik. Kamu tunggu disini ya. Minuman saja, minumannya dan makanannya tak saya campur dengan obat yang aneh-aneh kok."
Tante Lisa meninggalkan Susan. Susan meminumnya perlahan. Dia juga makan, Susan juga lapar karena belum makan setelah siang tadi. Uangnya tianggal seratus ribu di ATM dan tidak bisa diambil. Dia benar-benar tak memiliki uang cash.
Masa bodo dia mau diapakan. Susan sudah pasrah, yang penting dapat uang.
***
"Halo, pak tomas. Datang dengan siap"
Pak Thomas adalah langganan di barnya. Dia bahkan investor besar disana.
"Halo sayang. Ini, ada agung, anak teman saya. Dia mau cari wanita yang ok."
Tante Lisa berjabat tangan dengan agung. Ketiganya duduk dan mulai membicarakan kepentingan agung datang kesini. Agung adalah salah satu pengusaha sukses. Bisa dibilang muda karena dia baru tiga puluh enam tahun. Tapi sudah punya banyak hal.
"Memang ada disini om?" Tanya agung kepada omnya.
"Kamu beruntung, kebetulan sekali baru saja datang. Namanya Susan. Dia itu seorang penulis. Ayahnya sakit dan butuh uang. Kebetulan saya ketemu di cafe tadi siang. Mau langsung ketemu dia mungkin. Dia anak yang sangat baik. Dia juga tak minum, tak berpakaian seksi. Jauh dari wanita disini."
Agung mengangguk. Dia penasaran. Tante Lisa mempersilakan agung dan thomasnya ke atas. Ke lantai dua dan ke ruangan dia. Susan yang melihat-lihat isi ruangan Tante Lisa pun menoleh, dia mengangguk dan memberikan dalam kepada ketiganya yang datang.
"Ini tuan agung. Dia butuh seorang wanita untuk pura-pura menjadi istri dia. Istri kontraknya dan hamil anak dia. Memberikan cucu kepada mamanya. Benarkan tuan agung?"
Tante Lisa menjelaskan kepada Susan. Susan kaget mendengar itu. Sampai harus hamil dan melahirkan?
"Iya. Saya suka dia. Saya mau dia Tante."
Agung langsung mengangguk menunjuk Lisa. Dia permisi karena harus kembali ke rumah.
"Saya akan jemput besok. Malam ini saya akan meminta sekertaris saya untuk memberikan dokumen pribadi, profil dan semua tentang saya. Dia harus menghafalnya dalam semalam."
Agung berjalan berbalik memunggungi susah. Tapi susan masih dengar itu. Dia kaget. Bagaimana bisa menghafal dalam semala. Semoga tak banyak.
"Baik. Akan saya tunggu filenya, saya pastikan anak saya tidak akan mengecewakan tuan agung. Terima kasih sudah berkunjung ke sini. Senang sekali bisa mengenal dan membantu tuan."
Tante Lisa mengantarkan sampai ke depan bar. Dia berjabat tangan dengan agung. Agung pun melakukan hal yang sama. Lalu dia masuk ke dalam mobil.
"Tuan, mama cari tuan."
Agung mendapat telepon dari orang rumah. Agung bergegas pulang. Tante Lisa kembali ke ruang atas. Dia memerintahkan sekertarisnya untuk membuka fax. Mereka sudah mendapatkan filenya.
"Ini, pelajari malam ini. Satu bulan seratus juta. Total dua belas bulan atau sembilan bulan sampai bayinya lahir."
"Ahh, kamu tidur di sini saja. Ada banyak kamar kosong disini."
Tante Lisa memberikan file yang sudah dia print. Susan membukanya dan membaca beberapa lembar. Dia sampai harus membenarkan kaca matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments