MAKAN MALAM DENGAN MAMANYA AGUNG

Agung kaget mendengar ucapan mamanya.  Tapi juga puas dengan pekerjaan yang Susan lakukan. 

"Mama suka sama kamu.  Ingat nama kamu dan harus panggil saya apa."

"Iya tuan."

Agung mematikan teleponnya dengan sang mama.  Dia memperingatkan Susan.  Susan mengangguk.  Agung harus kembali ke kantor.  Dia meminta Susan untuk belajar jalan lagi disini.  Juga belajar makan dengan baik lagi.  Juga menghafal semuanya disini. 

"Nanti saya akan jemput kamu pukul enam sore.  Makan malam dengan mama pukul tujuh."

"Iya tuan."

Agung pergi begitu saja. Susan merasa frustasi tertahan di tempat itu.  Tapi dia mencoba menjalani harinya dengan baik.  Untungnya susan dibolehkan istirahat di sana.  Ada kamar disana.  Susan membaca disana dan juga tidur di sana.  Sampai sore tiba.

"Nona bangun.  Nona harus mandi dan siap-siap."

Susan membuka matanya perlahan.  Ada pelayan yang membangunkannya.  Susan melihat jam dinding.  Tapi dia kesusahan karena sudah melepas kontak lensnya.

"Jam berapa memang?"

"Empat nona.  Kalau tidak sekarang, nanti bisa telat nona.  Nanti kita dimarahi tuan agung semua nona."

Bukannya masih dia jam lagi.  Apa tidak terlalu dini untuk mandi dan dandan, nanti kalau jadinya keringetan, malah jadi. 

"Saya makan dulu boleh tidak? Saya lapar?"

"Boleh nona.  Saya minta pelayan untuk menyiapkan nona.  Cuci muka dulu, mau makan disini atau mau ke restoran?"

"Restorannya pasti sudah dibuka lagi kan?"

"Tidak nona.  Baru besok buka semuanya nona. Satu hari tuan agung meminta menutup semuanya.  Sampai malam. Kami hanya diminta untuk melayani nona."

Susan masih tak menyangka.  Dari pada semakin merepotkan banyak orang lagi, dia memilih untuk makan di restoran.  Dia mencuci mukanya dan ke sana. 

"Duduk, makan sama-sama."

Hanya ada beberapa pelayan di sana.  Mereka menata makanan yang sudah disiapkan untuk Susan.  Susan sudah sampai di restoran.  Dia melihat banyak makanan yang dihidangkan.  Tak mungkin dia habiskan sendiri.  Mereka kaget mendengar Susan. 

"Tidak nona.  Ini kan untuk nona." Salah satu pelayan, sepertinya pelayan senior, dia yang menjawab.

"Ini semua.  Harus saya makan sendiri? Kalau saya gendut gimana? Nanti saya diprotes kekasih saya, mau saya salahkan kalian semua?"

"Tidak nona."

Susan sebenarnya hanya bercanda.  Tapi akhirnya semua staf mau makan.  Susan juga bertanya apa semuanya sudah makan? Baru dia makan.  Mereka bahkan ikut makan di meja yang sama dengan susah, makan bersama dan saling tertawa.  Banyak juga yang memberitahu, kalau makan apa yang dibolehkan dan tidak. 

"Keluarga kekasih saya sangat banyak aturannya ya?" Tanya Susan dengan candaannya. 

"Iya nona." Mereka mengangguk dan mengiyakan apa saja yang ditanya oleh Susan. 

Selesai makan, Susan ke kamarnya lagi.  Dia mandi dan siap-siap.  Susan kembali ke salon.   Sudah ada yang akan menatap rambutnya. 

"Nona, pelayan restoran bilang nona yang meminta mereka memasak untuk kami dan mengantarkan makanan untuk kami semua. Kami sangat berterima kasih nona."  Kata pelayan yang sedang menata rambut Susan itu. 

"Iya.  Tidak masalah.  Lagi pula pasti masih ada banyak bahan mentah direstoran kan. Jangan lupa kalian harus makan tepat waktu, setidaknya untuk melayani saya. hihi."

Susan malah mengajak mereka bercanda.  Mereka ikut tertawa dengan Susan.  Mereka juga jadi langsung dekat dengan Susan. 

"Sudah siapkan?"

Agung baru sampai.  Dia mencari Susan.  Susan dipanggilkan pelayannya.  Dia keluar dengan gaun merah mudanya yang indah, juga sepatu bukunya yang nyaman. 

Susan sangat cantik.  Agung sampai pangling melihat dia. 

"Ayo.  Mama sudah menunggu."  Agung mengulurkan tangan kepada Susan.  Susan pun menggenggam tangan agung. 

Dia berjalan di samping agung.  Merangkul lengan kekar agung.  Agung membukakan pintu mobil untuk Susan.  Dia melindungi kepala Susan yang mau masuk mobil.  Setelah itu baru dia masuk. 

"Jangan sampai ada yang salah sedikit pun." Agung memperingatkan Susan tiba-tiba. 

Membuat Susan semakin gugup, "iya tuan.  Tidak akan."

Susan sudah membaca skenario malam ini.  Dia mencoba mengingat dan beberapa kali membuka ponselnya untuk membaca ulang. 

"Ahh, ponselnya.  Saya sampai lupa, mana jok?" Agung bertanya kepada Joko. 

"Ini pak.  Ponselnya sudah diisi kartu, sudah aktif, sudah ada foto editan, tapi belum ada Vidionya kalian berdua."

Joko memberikan ponsel barunya kepada agung.  Agung memeriksa semuanya.  Setelah itu dia memberikannya kepada Susan.  Susan mencoba membukanya.   Dia kaget, banyak foto dia berlibur dengan agung.  Editannya sangat mulus. 

"Lihat-lihat saja dulu.  Ponsel yang kamu punya simpan dan matikan."

"Iya tuan."

Mobil mereka sampai di depan sebuah restoran mewah yang lain. Agung turun lebih dulu, setelah itu dia membantu Susan turun.  Mereka berjalan bergandengan masuk ke dalam restoran.  Mamanya memesan di lantai dua restoran itu. 

Mereka naik lift untuk sampai ke sana. Susan mencoba menetralkan jantungnya yang berdegup kencang.  Tak lama liftnya terbuka. 

"Ma."

Agung memanggil mamanya yang sedang duduk dan memandang langit.  Mamanya suka melihat alam dan langit.  Dia memilih meja dekat jendela. 

"Hai sayang. Cantik banget calon menantu mama."

Agung tak pernah melihat mamanya seantusias ini dia kenalkan dengan wanita. Mamanya berdiri menyambut susan sebagai Pricillia sekarang. Dia memeluk dan mencium pipi prisilia. 

"Makasih Tante. Tante juga cantik sekali."

"Mama tahu.  Tapi jangan panggil Tante dong.  Mama ya? Kan besok kalian mau nikah.  Langsung."

Susan hampir keceplosan.  Dia menatap agung.  Agung mengangguk saja.  Mereka duduk di kursi yang sudah dipesan. 

"Ma, aku ke toilet bentar ya." Kata agung pamit kepada mamanya. 

"Iya."

Mama agung malah sibuk dengan Susan.  Dia tak henti menggenggam tangan Susan. Banyak sekali yang mereka bicarakan. Tapi bukan tentang agung. Tentang pandangan Susan tentang rumah tangga, menjadi istri dan seorang ibu nantinya.

"Kamu gak masalah kan kalau minta hamil langsung. Mama sudah pengen cucu. Mantan agung yang dulu-dulu itu, model. Gak mau merusak badannya kata dia. Makannya mama gak restui hubungan mereka."

Susan hanya mengangguk saja. Dug! Mereka sedang asik ngobrol. Tiba-tiba ada anak kecil yang sepertinya ikut mama dan papanya. Dia jatuh. Harusnya ada mama dan papanya, tapi itu sendiri. Dia jatuh dan menangis.

"Mama."

Dia mencari-cari mamanya. Susan tak tega melihatnya. Dia pamit kepada mamanya agung, meminta izin untuk menemui anak perempuan mungkin usainya hampir lima atau enam tahun.

"Ma, aku kesana bentar aja. Bentar ma."

Susan mengambil botol air dan tisu juga penutup luka bergambar hewan-hewan di tasnya. Susan selalu membawa itu. Karena dia suka penutup luka bergambar itu.

"Sayang, mamanya mana? Sini duduk. Obati dikit ya. Nanti kita cari mamanya."

Susan mendekati anak itu. Pelayan juga ada yang datang dan menolong. Susan menarik kursi untuk anak itu duduk. Lututnya terluka. Susan berlutut didepan anak itu. Dia mengobati lukanya.

"Agung, kamu pinter cari calon istri kali ini. Mama akui, mama kalah kali ini. Lihat tuh prisilia."

Agung baru kembali dari kamar mandi. Dia juga kaget melihat Lia tak ada di meja. Mamanya memberitahu. Agung tanpa sadar tersenyum melihat sikap baik Susan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!