Hari ini jadwal Susan adalah ke spa, untuk merubah total penampilannya dan juga merawat kulitnya. Lalu bertemu dengan orang tua palsu Susan.
"Dari hari ini saya akan memanggil kami prisilia atau Lia. Tapi nanti kalau di depan mama dan orang lain, panggilan kita sayang."
Susan diam saja duduk di samping agung. Agung yang duduk di samping dia juga diam. Tapi yamg berbicara adalah orang yang duduk di depan agung, di samping supir. Dia memegang gadget.
"Itu kata tuan agung. Namanya Joko, sekertaris pribadi tuan agung, nona Lia."
"Iya."
Susan bingung harus mengatakan apa. Joko, laki-laki yang Susan rasa masih seusia Susan, itu menoleh dan berbicara kepada dia. Susan hanya mengangguk.
Kenapa tidak tuan agung sendiri yang mengatakannya kepada dia. Terlalu mahal mungkin suara orang kaya. Itu juga tak terlalu penting.
Mobil mereka tak lama berhenti di depan sebuah gedung mewah. Susan melihat dari dalam mobil. Itu tempat spa yang sangat mewah. Wahh..
Agung turun lebih dulu. Dia dibukakan pintu oleh Joko dan Susan dibukakan pintu oleh supirnya agung.
"Silakan turun nona." Katanya.
"Terimakasih pak."
Susan masih merasa aneh. Dia seperti diperlakukan bak seorang putri. Tapi senang sekali. Apa pun yang akan terjadi, dia akan berusaha dengan keras melakukan pekerjaan dia dengan sangat baik.
Susan tersenyum kepada supirnya agung. Agung jalan dan masuk duluan. Joko menghampiri Susan.
"Silakan masuk dan ikuti tuan agung, nona." Kata Joko kepada Susan.
"Iya."
Susan bingung harus memanggil Joko bagaimana. Dia terlalu muda untuk dipanggil pak. Susan jalan di belakang agung. Agung terlihat sedang berbicara dengan seorang di spa, seperti pemiliknya atau penanggung jawabnya mungkin.
"Jangan bilang apa-apa kepada mama. Singkirkan cctv hari ini. Satu lagi, buat wanita ini kulitnya jadi bagus, dan nanti tolong panggilkan orang butik, untuk mengurus pakaian dan tata rambutnya secantik dan seelegan mungkin. Jangan gaun yang terlihat murahan."
"Baik tuan. Silakan ikut kamu nona."
Wanita paruh baya itu mendekati Susan. Susan masih melihat-lihat sekeliling. Ada tempat spa. Di sampingnya ada salon rambut dan make up, ada butik juga. Susan juga tadi melihat dari luar.
"Ahh, iya."
Susan mengangguk. Dia mengikuti pelana spa itu sepertinya. Dia masuk ke satu ruangan. Susan diminta mandi lebih dulu. Air mandinya sudah disiapkan.
"Ini susu?"
Susan mengganti bajunya dengan handuk saja. Dia ikut ke kamar mandi yang ditunjukkan oleh pelayan spa itu. Betapa kagetnya Susan ketika melihat bukannya air di bak mandi yang mewah itu, tapi seperti susu.
"Iya nona. Ini untuk membantu merawat dan meregenerasi kulit anda jadi bagus dan sehat."
Susan hanya bengong dan mengangguk mendengarkan penjelasan sang pelayan. Dia masuk begitu saja. Pelayan itu memberikan arahan mandi yang baik untuk Susan. Setelahnya dia pergi.
Susan masih heran, orang kaya mandinya harus sekali dengan susu. Apa tidak sayang, diminum kan juga enak. Susan mencobanya. Tapi rasanya malah aneh.
"Wle, apaan ini. Ahh."
Dia merasa lidahnya kelu, aneh rasanya. Untung disana ada minuman yang disediakan. Susan langsung mengambilnya dan meminumnya.
"Nona, waktu berendam dan mandinya sudah cukup nona." Pelayan di depan pintu kamar mandi mengetuk pintunya.
"Iya."
Susan pun membenarkan handuknya. Dia keluar dari bak mandinya. Pelayan itu membuka pintu. Dia membantu Susan untuk memberitahu cara membilasnya.
"Kita ke tempat spa ya nona." Kata pelayan itu lagi.
"Iya."
Susan tak terbiasa dengan semuanya. Dia hanya iya-iya saja. Dia ikut ke tempat spa. Dia diminta untuk rebahan ya rebahan. Selain diberi lulur, badan Susan juga dipijat.
Susan nyaman sekali. Ini pertama kali dalam hidupnya. Dia sampai tertidur dengan lelap. Di ruangan itu juga terdapat aroma terapi yang membuat Susan sangat rileks. Berbeda dengan dunianya kemarin, dia benar-benar stres.
"Nona, maaf. Kita sudah selesai. Nona harus mandi lagi, membilas badannya dan menggunakan pakaian lalu ke salon."
"Emm?"
Susan bangun, dia membuka matanya secara perlahan. Setelah selesai dia ke kamar mandi, mencuci mukanya. Dia memakai pakaian yang sudah disiapkan, kimono putih dengan bahan handuk.
Tapi anehnya, tak ada satu pun pelanggan lain selain dia. Susan sudah ada di salon sekarang. Dia duduk di depan sebuah kaca salon yang sangat besar dan luas.
"Maaf, tapi memangnya tidak ada pelanggan lain disini?" Susan memberanikan tanya kepada pelayan.
Dia tersenyum, "hari ini tuan agung meminta kami untuk menutup salon juga tempat spa dan butiknya nona. Untuk nona. Nona bukannya calon istri tuan agung?"
Hah, gila powernya tuan agung. Susan masih tak menyangka kekayaan agung. Sampai dia tahu hal ini, mungkin agung benar-benar sangat kaya. Dia beruntung sekali bertemu agung sebagai klientnya untuk pertama kali.
"Tuan agung dan keluarganya kan pemilik semuanya nona." Kata pelayan itu lagi.
Susan sampai capek kaget terus. Dia hanya diam dan menikmati layanannya. Mereka menata rambut Susan lalu make up Susan.
"Nona, silakan buka matanya."
Susan membukanya perlahan. Wah, dia juga kaget sendiri melihat bayangannya yang cupu, berkaca mata, kini dia melihat wajahnya yang sangat cantik di cermin, tentunya setelah dirias oleh orang salon.
"Nanti saya akan meminta mereka untuk memberikan kamu pelajaran merias diri kamu sendiri. Kamu harus bisa."
Susan sampai kaget, di belakang agung tiba-tiba muncul. Dia menoleh dan mengangguk. Awalnya Susan tak begitu melihat bayangan wajahnya. Dia mengambil kaca matanya dan menggunakannya. Agung melepaskan kaca mata Susan.
"Tuan, tapi saya tidak bisa melihat jelas tanpa kaca mata." Kata Susan kepada agung.
"Pakai softlens. Saya sudah siapkan. Tolong." Agung meminta pelayan lain datang.
"Nona maaf. Saya pakaikan." Pelayan lain datang dan memakaikannya.
Susan masih terasa aneh dan mengganjal menggunakan softlens. Dia mencoba mengerjapkan matanya.
"Tapi saya lebih suka memakai kaca mata. Apa boleh nantinya pakai kaca mata?" Susan kembali menoleh ke belakang dan bertanya kepada agung.
"Boleh, tapi tetap harus yang stylist. Nanti saya urus semuanya. Kaca mata kamu mana."
Susan memberikan kaca matanya. Agung memberikannya kepada Joko.
"Ganti kaca matanya. Buat dalam beberapa warna dan model. Saya mau nona menggunakan sesuai dengan style yang bagus."
Ah, ribet sekali. Susah bergumam didalam hati. Tapi dia diam saja melihat apa pun yang dilakukan oleh agung.
"Baik tuan."
Joko pergi. Mungkin mau mengurus kaca matanya. Agung menepuk kedua tangannya. Datang pelayan dengan membawa berbagai baju, dress lebih tepatnya. Susan masih tak menyangka ini lagi.
"Ganti baju. Coba semua baju ini." Kata agung menunjuk baju-baju yang sudah dia pilih.
Susan terdiam menatap semua dressnya. Ada mungkin lebih dari, sekitar dua pulang yang bisa dia hitung. Tak tau dibelakangnya mungkin ada yang nyempil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments