Mengejar Cinta Rania
Hari ini pernikahan Rania Wirasana dilangsungkan di kamar utama kediaman Matteo Balakosa. Di sana sudah ada sepasang mempelai, ibu Matteo, penghulu dan dua orang saksi yang tak lain adalah sopir pribadi dan pelayan senior rumah itu.
Ibu Matteo yang bernama Merry memang sengaja tidak mempublikasikan pernikahan anaknya kepada publik. Baginya Rania hanya wanita yang akan dia manfaatkan untuk merawat putranya. Tidak ada gunanya memberitahu publik akan hal ini. Toh, nantinya mereka berdua akan bercerai juga.
Lumayan kan, dia tidak perlu repot-repot mengeluarkan uang untuk membayar seorang perawat. Lagian tidak ada satu pun perawat yang betah mengurus Matteo yang memiliki tempramen buruk dan sangat emosional. Dalam dua bulan ini saja sudah ada sepuluh perawat yang angkat kaki dibuatnya.
Setelah acara sakral itu selesai dilangsungkan, semua orang meninggalkan kamar termasuk Merry. Namun sebelum keluar, dia masih sempat berbisik di telinga Rania dan meminta gadis itu melakukan tugasnya dengan baik. Rania hanya mengangguk tanpa bicara sepatah kata pun.
Setelah menutup pintu dan menguncinya, Rania menghampiri Matteo yang masih terbaring di atas ranjang dan menatapnya penuh rasa iba. Pria itu bisa melihat, mendengar dan berbicara, tapi sayang kakinya susah sekali digerakkan. Keduanya seakan mati rasa akibat kecelakaan malam itu.
FLASHBACK...
Tepat dua bulan yang lalu, sebuah Lamborghini melintas di jalanan yang cukup sepi. Dari arah berlawanan datang L300 yang tengah melaju sangat kencang. Mobil itu dikendarai oleh Arbi yang tak lain adalah kekasih Rania. Keduanya baru saja pulang dari pesta pernikahan sahabat mereka.
Arbi kala itu baru saja menenggak minuman beralkohol untuk merayakan pernikahan sahabatnya. Rania bahkan sudah melarangnya mengemudi tapi Arbi bersikukuh mengatakan bahwa dia baik-baik saja, dia tidak mabuk dan hanya minum sedikit saja. Begitulah menurutnya.
Sayang seribu kali sayang mala petaka itu datang hanya dalam sekejap mata. Matteo yang mengemudi sambil menelepon tak memperhatikan jalan dengan seksama. Karena jalanan sangat licin setelah diguyur hujan, dua mobil itu kehilangan keseimbangan hingga terjadilah adu banteng.
"Ciiiiit!"
"Bruuuk!"
Seketika mobil Matteo terbalik saking kagetnya karena tak sanggup menjaga keseimbangan. Sedangkan mobil Rania masih berdiri tegak dalam keadaan hancur bagaikan kaleng yang diinjak. Remuk tanpa bentuk.
Tubuh Rania terpental jauh di badan jalan, beruntung dia hanya mengalami luka ringan. Namun karena kepalanya membentur aspal, pandangan Rania mendadak gelap hingga akhirnya tak sadarkan diri. Sedangkan Arbi masih sempat melompat dari mobil dan hanya mengalami cedera lutut. Karena panik, Arbi melarikan diri tanpa mempedulikan Rania yang sudah tergeletak di jalanan.
Malang menimpa Matteo, dia justru terjebak di dalam mobil. Kedua kakinya terjepit dan mengalami luka yang cukup serius, dia sangat kesulitan membebaskan diri. Darah segar mengucur deras di dahi, kaki dan pergelangan tangannya.
Beruntung warga setempat masih mempunyai rasa simpati yang cukup tinggi, mereka berbondong-bondong membantu Matteo lepas dari siksaan menyakitkan itu.
Setelah tubuh Matteo berhasil diselamatkan, dia pun tak sadarkan diri menyusul Rania. Keduanya dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.
FLASHBACK SELESAI...
Matteo tersenyum mengejek. "Kenapa melihatku seperti itu? Senang ya karena sudah berhasil menghancurkan hidupku? Sekarang aku cacat karena ulahmu. Untuk apa menerima pernikahan palsu ini? Kasihan? Tidak, tidak, ini pasti akal-akalan mu saja untuk menertawakan keadaanku!"
Berbagai macam pertanyaan dan sindiran melompat dari mulut Matteo, sudut bibirnya terangkat mengejek dirinya yang kini tidak berguna. Dia menerka, pasti saat ini Rania tengah menertawakan dirinya dalam hati.
"Ma-Maaf..."
Hanya satu kata itu yang terlontar dari mulut mungil Rania. Meski takut, dia harus berani menghadapi Matteo. Bagaimanapun sekarang mereka berdua sudah resmi menjadi suami istri.
Walaupun kesalahan itu bukan berasal dari Rania sepenuhnya, tapi dia cukup berani menanggung konsekuensi atas keteledoran yang dilakukan Arbi kekasihnya.
"Maaf...? Hahaha..."
Matteo tertawa mengulangi kata itu. "Jika kata maaf mu mampu membuatku berjalan kembali, maka aku akan memaafkan mu dengan senang hati. Tapi kenyataannya aku sekarang lumpuh, maaf mu tidak akan mampu mengembalikan kakiku seperti semula."
"Mas..."
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu!" potong Mateo meninggikan suara.
Rahang Matteo mengerat kuat, tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. Tatapan matanya sangat tajam dan menyala. Jika saja dia bisa berdiri sedetik saja, dia ingin sekali mencekik leher Rania sampai mati.
"Tapi aku ini istri kamu, Mas. Aku berhak memanggilmu dengan sebutan itu." Rania tak mau kalah dan mencoba menjelaskan siapa dirinya. "Aku janji akan merawat kamu sampai sembuh, aku tidak akan lari dari tanggung jawabku!"
"Ck, sayang sekali aku tidak membutuhkan basa basimu." ketus Matteo, lalu membuang pandangannya ke arah lain.
"Tidak apa-apa, aku akan tetap merawat kamu sampai sembuh. Mas tidak perlu menganggap ku sebagai istri jika kamu tidak mau, anggap saja aku ini seorang perawat!" ucap Rania melembutkan suara.
"Berucap memang mudah, tapi kamu tidak akan pernah tau bagaimana rasanya menjadi aku. Kamu pikir enak tidur-tiduran seperti mayat hidup begini hah?" hardik Matteo.
"Jika aku bisa memilih, biarkan aku saja yang mengalami kelumpuhan itu. Tapi ini sudah takdir Mas, kamu harus bersabar!"
"Bersabar sampai kapan? Apa perlu aku mati dulu?"
"Tidak Mas, bukan begitu maksudku."
"Sudah, lebih baik kamu diam. Jangan membuatku semakin marah!"
"Dengar aku Mas, aku janji akan merawat kamu sampai sembuh. Mas bisa pegang ucapanku!"
"Baiklah, aku akan memberimu satu kesempatan." Matteo menatap Rania sambil mengacungkan jari telunjuk. "Satu bulan, waktumu hanya satu bulan. Jika dalam satu bulan aku belum juga bisa berjalan, maka jangan salahkan aku jika membuat hidupmu menderita. Ingat itu!"
"Iya Mas, aku mengerti." angguk Rania penuh keyakinan. "Kalau begitu aku ke kamar mandi sebentar ya, aku ganti baju dulu." imbuh Rania.
Rania segera berbalik dan mengambil pakaian yang ada di dalam koper, lalu melangkah menuju kamar mandi. Setelah membersihkan diri dan mengenakan pakaian bersih, Rania keluar dan kembali menghampiri Matteo.
"Maaf lama, apa Mas butuh sesuatu?" tanya Rania dengan suara lembut yang mampu meneduhkan hati, tapi tidak untuk Matteo yang menatapnya dengan penuh kebencian.
"Tidak, aku hanya ingin istirahat." Matteo memalingkan wajahnya. "Selama aku terlelap, jangan pernah meninggalkan aku sedetik pun! Aku ingin dilayani saat bangun nanti." tekan Matteo dengan tatapan mengintimidasi, lalu memejamkan mata perlahan.
"Iya, aku tidak akan kemana-mana. Mas tidur saja!"
Setelah mengatakan itu, Rania meraih selimut dan menutupi sebagian tubuh pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya itu. Meski pernikahan ini terjadi karena unsur pemaksaan, tapi Rania tidak akan pernah melalaikan tugasnya sebagai seorang istri.
Kemudian Rania mengitari tempat tidur dan naik ke atas kasur. Rania menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, sesekali matanya menatap Mateo dengan lekat.
Sekilas ketampanan pria itu memancar meski dalam posisi tidur sekali pun. Kulitnya putih dan bersih, hidungnya mancung seperti paruh burung tukan toco, bibirnya merah dan sangat sensual.
Rahang Matteo terpahat indah dengan bulu halus yang menjalar hingga leher, kumis tipis samar-samar berbaris di atas bibirnya. Semakin perfect dengan dagu yang bulat dan menonjol.
"Tampan..." gumam Rania tanpa sadar. Meski pelan, tapi masih bisa didengar jelas oleh Matteo. Pria itu hanya pura-pura tidur karena ingin melihat reaksi Rania saat bersamanya.
"Pijat kepalaku!" titah Mateo tanpa membuka mata sedikit pun.
"I-Iya Mas," Rania dengan cepat memposisikan duduknya dengan benar.
Jari-jari mungil dan lentik Rania mulai bergerak memijat dahi Matteo. Pelan tapi pasti, Matteo sampai menguap hingga beberapa kali saking enaknya pijatan yang dilakukan Rania.
Selama kurang lebih satu jam memijat dahi Matteo, mata Rania mulai terasa berat.
Setelah memastikan bahwa Matteo sudah benar-benar tidur, Rania perlahan turun dari ranjang. Dia mengambil bantal dan mencari selimut di dalam lemari, lalu memilih tidur di atas lantai.
Rania tau posisinya hanya sebagai istri sementara untuk Matteo, hal itu sesuai perjanjian yang sudah dia sepakati dengan Merry.
Setelah Mateo sembuh nanti, semua akan berakhir dan kembali ke kodratnya masing-masing. Dia tidak ingin terjerumus dalam pernikahan ini. Lebih baik menjaga jarak agar nantinya tidak ada yang terluka.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
bukan Rania yang salah malah tanggungjawab.... kasian nya
2024-11-08
0
Yunerty Blessa
lelaki jahat...lari dari tanggungjawab.. kekasih sendiri diabaikan 😏
2024-11-08
0
Yunerty Blessa
mampir kak thor ✌️
tahniah buat pernikahan Matteo dan Rania....
2024-11-08
0