" Iya kan mas? Kamu akan menuruti mereka dan menikah dengan wanita lain yang bisa memberi mu keturunan?" bulir-bulir berharga bak mutiara itu tidak kuasa menjatuhkan diri dari persembunyiannya.
Kedua pipi bak milik bidadari surga pun akhirnya basah. Jemari Zahrin berusaha menyekanya. Namun tidak pada bibir Akhyar yang masih diam seribu bahasa.
" Sebaiknya kamu berganti pakaian ya, aku akan ajak kamu makan bubur ayam." Hanya itu yang sementara bisa keluar dari bibir Akhyar. Dia tidak menjanjikan pernikahan nya akan baik-baik saja jika sikap ibunya terus seperti itu kepada Zahrin. Bukan tidak mungkin memang dia akan menceraikan Zahrin jika kemauan ibunya untuk segera menimang cucu tidak terkabulkan.
Zahrin pun kemudian berganti pakaian. Memakai celana panjang tipis yang dilapisi gamis sederhana berikut jilbab segi empat polos karena gamisnya sudah penuh dengan hiasan kembang-kembang. Padahal hatinya mah sedang tidak berbunga-bunga. Tapi ya sudahlah ya, guna menutupi hati yang sedang nelangsa akibat mulut sadis ibu mertua. Dia wajib melakukannya.
Tidak lupa, Zahrin memulas bibirnya dengan lipstik merah muda cerah supaya masa depannya dengan mas Akhyar secerah warna lipstik di bibirnya.
Meskipun itu semua hanya kiasan, mana tahu semesta mengabulkan. Segera diberikan momongan, hidup rukun dengan ibu mertua, ah indahnya bagaikan hidup di taman surga. Sudah tentu itu impian Zahrin.
" Sudah siap?" Mas Akhyar yang tidak pernah berubah pesonanya. Tetap adem dan kalem pembawaannya meskipun istrinya mencak-mencak meminta jawaban atas ketegasannya dari seorang pria. Mungkin apa karena tidak ingin melukai perasaan Zahrin? Jika mas Akhyar juga sebenarnya terbesit ingin menceraikan nya?
" Iya mas." Akhyar juga melihat Zahrin tidak pernah berubah semenjak menikah dengannya. Zahrin tetap menjadi wanita baik, penurut dan juga lembut bahkan sangat jarang Zahrin meminta dibelikan macam-macam olehnya.
Zahrin yang kemudian menggembok pagar yang tingginya tidak seberapa itu. Membonceng ke sebuah motor Mega Pro milik mas Akhyar dan tidak sungkan untuk melingkarkan kedua lengan pada perut suaminya.
Zahrin sedikit terobati dengan diajaknya untuk membeli sarapan bubur ayam. Sedikit-demi sedikit ucapan mertua dan adik iparnya terkikis meskipun jelas tidak mungkin terlupa begitu saja.
Setibanya keduanya sampai di tempat penjual makan bubur ayam langganan. Keduanya pun duduk berhadapan dengan jarak meja yang diatasnya jelas tertata wadah sambal berikut kecap dan sendok makan juga tisu.
Tidak lama, dua mangkuk bubur ayam keduanya pun datang. Jangan ditanya perutnya Zahrin? Sudah tentu ingin segera dilahap hingga tak bersisa karena bubur ayam langganan mereka itu sangat enak dan nikmat.
Hanya sebatas gerakan tangan dan mulut mereka yang saling sibuk menyantap bubur ayam. Terdengar kres-kres karena suara kerupuk koin yang berbentuk bulat yang membuat suasana hening keduanya tampak oke-oke saja.
" Abaikan perkataan mama! Bukankah kamu sudah sepuluh tahun ini mendengarnya?" Kalimat yang tidak lama keluar setelah mas Akhyar menghabiskan bubur ayamnya dan mengelap mulutnya dengan sehelai tisu.
Membuat Zahrin membuka kelopak matanya lebih lebar mengarah pada Akhyar suaminya. Memberhentikan kunyahan terakhirnya dan menggeser mangkuk bubur tak bersisa di hadapannya. " Iya mas." Meskipun sebenarnya, berharap ingin rasanya mas Akhyar membelanya tatkala ibunya tengah berteriak memakinya dan mencercanya.
Namun sepuluh tahun berlalu, rasanya tidak berharap lagi untuk memintanya. Mas Akhyar tidak langsung menuruti kata ibunya saja sudah bersyukur.
Akhyar pun mengeluarkan satu lembar seratus ribuan untuk membayar dua mangkuk bubur ayam. Setelah itu, Akhyar masih mengajak Zahrin pergi belanja baju dan tas
Keduanya pun bergandengan bak sepuluh tahun lalu diawal pernikahan mereka. Merangkai mimpi mereka berdua setinggi awan nan jauh di atas sana. Meskipun pada kenyataannya, pahit nya begitu kerasa lebih parahnya ketimbang rasa manis yang dia enyam setelah sepuluh tahun pernikahannya dengan mas Akhyar.
Rajutan-rajutan cinta yang seharusnya malah menguatkan, seolah akan ambyar atau bahkan sudah tidak karuan jika mas Akhyar benar-benat tergoda iman.
Zahrin sangat tahu keuangan suaminya. Membaginya untuk adik-adiknya yang semua kini di bangku kuliah. Meskipun Yanuar kini semester akhir dan Mega baru masuk kuliah. Tapi tetap saja, Zahrin istri yang cukup tahu diri. Meskipun mas Akhyar menawarinya membeli lebih dari satu tas dan satu baju. Dia hanya bersikukuh membeli secukupnya yang dia perlukan.
Apalagi dia bukan kalangan sosialita yang harus membawa tas mewah kemana-mana. Dia hanya ibu rumah tangga biasa yang setiap hari pekerjaannya merumat rumah dan memasak guna perut semua penghuni rumah terasa kenyang dan bisa bekerja.
" Sudah mas, ini sudah cukup." Zahrin yang menolak keras dan mengembalikan tas dan baju ke rak meskipun Akhyar berusaha memaksa memasukkan ke dalam keranjang belanja.
Setelah keduanya menyelesaikan pembayaran, mereka masih lama berjalan-jalan sembari menunggu makan siang. Hingga sore hari pun mereka makan di luar. Tidak lupa Akhyar juga membelikan untuk ibu dan adik-adiknya makanan kesukaan mereka.
Cuti Mas Akhyar memang benar-benar membuat Zahrin terasa diperhatikan oleh suaminya hari ini.
Semua penghuni rumah memiliki kunci duplikat, jadi tidak heran jika Mega sudah bisa masuk rumah dan sedang mengetik tugas di layar laptopnya.
Tidak berselang lama Akhyar dan Zahrin masuk memarkir sepeda motornya dan Zahrin sibuk melepas helm di kepalanya, Ibu Reta pun datang pulang dari rumah sakit tempat nya bekerja.
" Kakak dari mana?" tanya Mega dengan tatapan tidak suka kepada Zahrin kakak iparnya.
" Habis dari luar. Ini kakak bawakan makanan." jawab Akhyar yang langsung tumbang di atas kasurnya yang tidak jauh dari ruang makan mereka.
Zahrin yang kemudian bergegas ke dapur membuka oleh-oleh untuk semua penghuni rumah.
" Ini apa?" Mega tampak tidak sopannya langsung membuka paper bag milik Zahrin dan mencobanya tas yang masih tergantung harga dan merk-nya. " Ini buat aku aja ya kak, bagus kalau dipakai aku soalnya." Mega yang langsung main pakai dan menjajal saja tanpa minta izin kepada Zahrin.
" Mega, itu punya kak Zahrin Mega." Akhyar yang menjawab dari kamarnya. Meskipun begitu, Mega sangat mendengarnya.
" Hem, kakak mah sekarang pilih kasih. Semenjak menikah sama kak Zahrin. Apa-apa kak Zahrin." Menghempaskan tas Zahrin di atas meja makan dengan perasaan sedikit kesal. Terlebih nada bicara kalimat terakhirnya. Mega bahkan sangat ahli memainkan bibir bawahnya lebih maju beberapa senti dari bibir atasnya. " Kak Zahrin itu tidak pantas pakai tas semahal ini." Masih tidak terima nya Mega.
" Mega." teriak Akhyar memberi kode ke Mega untuk berhenti menghina kakak iparnya.
" Zahrin. Kamu baca ini!" Ibu Reta yang keluar dari kamar nya setelah mandi dan berganti pakaian.
" Iya Bu." Zahrin yang ketar-ketir ini apa lagi? Rasanya dadanya tidak berhenti berguncang tatkala berhadapan dengan ibu mertua. Jika para pembaca membayangkan Farida Pasha peran Mak Lampir, begitulah Ibu Reta yang yang sembilan puluh sembilan persen kemiripannya. Hanya saja tertutup baju perawat yang tak tampak keseraman mulut berbisanya.
" Program bayi tabung?" Zahrin yang melongo setelah melihat kisaran harga dan juga langkah-langkah yang harus dijalaninya.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
masih nyimak
2022-12-23
1
Puja Kesuma
akhyar jd suami terlalu begok..pingin tabok kepalanya biar otaknya encer
2022-12-12
0