NovelToon NovelToon

Penantian Panjang

Zahrin Dan Akhyar

" Kamu itu sudah mandul, tidak bisa memberi Akhyar keturunan selama sepuluh tahun tapi masih belagu kamu Zahrin." Gemasnya ibu Reta dengan kalimat per kalimat dengan penuh penekanan.

Tidak kuasa Zahrin pun meneteskan bulir-bulir jernih dari pelupuk mata. Kata demi kata yang diucap ibu mertuanya menghunus bagaikan pisau belati tajam yang tertanam dalam palung hati.

" Cepat buatkan sarapan! Jangan lupa juga bekal ibu!" Perintah ibu Reta, mertua Zahrin.

" Aku juga ya kak, buatkan aku bekal!" teriak Mega, adik ipar perempuan Zahrin.

Ibu Reta.

Adalah ibu mertua Zahrin. Dia adalah seorang janda yang sudah di tinggal meninggal lama oleh suaminya. Dia juga bekerja sebagai perawat di rumah sakit ternama. Usianya yang sudah menginjak kepala lima, tentulah dapat dikatakan cerewet terlebih kepada sosok menantunya. Banyak yang bilang, jika mertua dan menantu tidak pernah akur. Begitulah kira-kira gambarannya ibu Reta dengan Zahrin menantunya.

" Iya Bu. Iya Mega," jawab Zahrin yang kemudian bergegas menuju ke dapur. Hendak membuatkan sarapan untuk semua penghuni rumah, namun karena kedua matanya sudah berkaca-kaca akibat cercaan ibu mertuanya terkait perihal kata mandul. Sikutnya tidak bisa diajak bekerja sama.

Grombyang

Ther

Glodak

Satu persatu sikutnya menyenggol tanpa sengaja. Ada baskom stainless stell dan juga perabot lainnya yang terjatuh di atas lantai. Dan yang paling membuat heboh adalah piring kesayangan ibu Reta.

Ibu Reta yang mendengar dan melihat jika piring kesayangannya hancur tidak berbentuk seketika berteriak. " Astaga Zahrin! itu kan piring kesayangan mama." Ibu Reta yang terkejut bukan main melihat piring hadiah kesayangan yang diperolehnya dari jalan-jalan ke luar negeri remuk menjadi beberapa bagian.

" Maaf Bu, Zahrin tidak sengaja." Zahrin bertambah ciut nyalinya. Sekedar ingin menatap ibu mertuanya saja, dia tidak berani. Dia langsung memunguti beling-beling yang berserak di atas lantai.

" Astaga ... kak Zahrin. Ini kan piring kesayangan mama." Mega yang datang malah menyulut api hingga membakar telinga ibu Reta.

Ya, dia Mega.

Mega Aristia. Anak perempuan satu-satunya ibu Reta yang paling bungsu. Anak perempuan kesayangan di rumah itu. Anak perempuan yang manja bahkan tidak pernah sekalipun ibu Reta memarahinya, sekalipun Mega salah.

" Sudah cepat bereskan!" ketusnya dengan kembali berdiri setelah meratapi piring kesayangan hadiah dari jalan-jalan ke negeri China. Hadiah terpilihnya ibu Reta menjadi karyawan teladan dari rumah sakit tempatnya bekerja.

" Ada apa sih pagi-pagi ribut?" Akhyar sebenarnya malas mendengar keributan di rumah ini. Andai saja dia diperbolehkan kontrak rumah sendiri dengan Zahrin. Dia pasti jauh lebih tenang.

" Itu istri kamu, membuat sarapan saja tidak becus. Memecahkan piring kesayangan mama segala. Ya kalau dia anak orang kaya. Sudah anak orang miskin. Sudah untung kamu jadikan istri dan sekarang di rumah buat beres-beres dan masak saja. Dia masih ogah-ogahan dan sangat malas," kesalnya ibu Reta yang sudah diubun-ubun.

Membuat Akhyar hanya bisa diam, menarik nafas melihat istrinya memunguti beling di atas lantai. Terdengar samar isak tangis Zahrin yang terenyuh ditelinga Akhyar, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Akhyar Aksana.

Suami Zahrin. Laki-laki yang pembawaan nya kalem dan adem. Dia bahkan seolah tidak punya daya, jika ibunya sudah berbicara. Dia memilih diam, karena dengan ribut. Masalah akan bertambah runyam. Bahkan dari dulu, Akhyar tidak pernah sekalipun membantah apa yang dikatakan oleh ibunya. Mungkin karena mengingat, jika ibunya sudah berjuang banyak untuk nya dan adik-adiknya. Makanya dia memilih diam, sekalipun Zahrin yang terkena imbas kemarahannya.

" Ceraikan saja itu istri kakak! Sudah mandul tidak bisa memberi mama cucu dan kakak anak, masih saja kakak mau sama dia." Mega yang bagaikan Pertamax disiramkan ke sebuah api unggun dan malah memperbesar masalah. Bukan selayaknya api unggun yang menghangatkan malah memperbesar kobaran api hingga membakar sekitarnya. Ya, dengan ucapan Mega, setidaknya mas Akhyar sedikit berpikir jika apa yang dikatakan Mega ada benarnya.

Setiap hari mas Akhyar selalu dikompori oleh mereka. Menyuruh menceraikan Zahrin bahkan sejuta kali lebih mereka berdua mengatakannya. Namun mudah-mudahan Mas Akhyar tetap berpegang teguh pada imannya dan mengingat akad nikah yang sepuluh tahun lalu dia ucapkan bersama Zahrin.

" Cepetan Zahrin! Kita semua sudah lapar." teriak ibu Reta seperti tak takut oleh siksa neraka. Apakah semua peran antagonis tidak takut neraka? Hingga mereka berucap sesuka hatinya menyiksa menantunya yang sebaik malaikat turun dari surga.

" Iya Bu. Ini sudah selesai." Zahrin pun kemudian meletakkan nasi goreng di piring lebar berikut telur mata sapi sesuai jumlah penghuni rumah. Menghidangkannya di meja makan tepatnya di hadapan mereka karena mereka sudah sedari tadi menunggunya sembari menonton televisi.

Dengan cepat Yanuar keluar dari kamar menyerobot dan mengambil nasi goreng terlebih dahulu.

Plak

Kelima telapak tangan Mega yang memukul lengan Yanuar karena tidak terima jika kakak laki-laki nya menyerobot mengambil nasi goreng lebih dulu. " Ih kakak." sebalnya dengan bibir manyun yang malah di goda dengan jari berbentuk gunting dari Akhyar suami Zahrin.

Yanuar Aksana.

Anak laki-laki nomor dua setelah suami Zahrin. Salah satu adik ipar Zahrin yang duduk di bangku kuliah semester akhir.

Beginilah terkadang. Seolah semua lupa dengan apa yang barusan mereka katakan kepada Zahrin. Seolah tanpa dosa mereka bisa tertawa di atas yang luka mereka tancapkan pada jantung Zahrin.

Seolah tidak ada yang peduli pada Zahrin termasuk Akhyar suaminya sendiri. Mereka sedang asyik ngobrol pagi dengan hidangan masakan dari Zahrin bahkan tidak menyisakan untuk Zahrin.

" Zahrin, kamu letakkan bekal ibu ke jok motor!"

" Aku juga ya kak Zahrin!"

" Iya Bu. Iya Mega." Zahrin yang kemudian meletakkan bekal keduanya di jok motor Vario dan motor Scoopy milik Mega.

Hanya Yanuar yang tak pernah dipusingkan masalah bekal. Mungkin karena dia anak laki-laki seperti mas Akhyar, jadi dia sama sekali selama sepuluh tahun ini tidak pernah menyuruh Zahrin untuk menyiapkan bekal.

Ngeng

Ngeng

Mbrung

Suara ketiga motor mereka beradu kencang memenuhi teras rumah yang tidak terlalu luas itu. Asapnya hingga mengepul masuk ke dalam rumah terutama motor milik Yanuar.

Zahrin yang duduk di tepi ranjang sederhana kamarnya. Wajahnya terlihat sedih dan tidak tahu harus bicara apa.

" Kamu kenapa?" Akhyar berusaha menghiburnya.

" Apa kamu mau menyerah mas? Setelah sepuluh tahun kita berjuang untuk rumah tangga kita?" Zahrin dengan tegas bertanya kepada Akhyar.

Akhyar bahkan sampai tidak bisa berkata-kata melihat wajah istrinya penuh peluh.

" Jadi, Apa kamu akan menceraikan ku mas?"

BERSAMBUNG

Program Bayi Tabung

" Iya kan mas? Kamu akan menuruti mereka dan menikah dengan wanita lain yang bisa memberi mu keturunan?" bulir-bulir berharga bak mutiara itu tidak kuasa menjatuhkan diri dari persembunyiannya.

Kedua pipi bak milik bidadari surga pun akhirnya basah. Jemari Zahrin berusaha menyekanya. Namun tidak pada bibir Akhyar yang masih diam seribu bahasa.

" Sebaiknya kamu berganti pakaian ya, aku akan ajak kamu makan bubur ayam." Hanya itu yang sementara bisa keluar dari bibir Akhyar. Dia tidak menjanjikan pernikahan nya akan baik-baik saja jika sikap ibunya terus seperti itu kepada Zahrin. Bukan tidak mungkin memang dia akan menceraikan Zahrin jika kemauan ibunya untuk segera menimang cucu tidak terkabulkan.

Zahrin pun kemudian berganti pakaian. Memakai celana panjang tipis yang dilapisi gamis sederhana berikut jilbab segi empat polos karena gamisnya sudah penuh dengan hiasan kembang-kembang. Padahal hatinya mah sedang tidak berbunga-bunga. Tapi ya sudahlah ya, guna menutupi hati yang sedang nelangsa akibat mulut sadis ibu mertua. Dia wajib melakukannya.

Tidak lupa, Zahrin memulas bibirnya dengan lipstik merah muda cerah supaya masa depannya dengan mas Akhyar secerah warna lipstik di bibirnya.

Meskipun itu semua hanya kiasan, mana tahu semesta mengabulkan. Segera diberikan momongan, hidup rukun dengan ibu mertua, ah indahnya bagaikan hidup di taman surga. Sudah tentu itu impian Zahrin.

" Sudah siap?" Mas Akhyar yang tidak pernah berubah pesonanya. Tetap adem dan kalem pembawaannya meskipun istrinya mencak-mencak meminta jawaban atas ketegasannya dari seorang pria. Mungkin apa karena tidak ingin melukai perasaan Zahrin? Jika mas Akhyar juga sebenarnya terbesit ingin menceraikan nya?

" Iya mas." Akhyar juga melihat Zahrin tidak pernah berubah semenjak menikah dengannya. Zahrin tetap menjadi wanita baik, penurut dan juga lembut bahkan sangat jarang Zahrin meminta dibelikan macam-macam olehnya.

Zahrin yang kemudian menggembok pagar yang tingginya tidak seberapa itu. Membonceng ke sebuah motor Mega Pro milik mas Akhyar dan tidak sungkan untuk melingkarkan kedua lengan pada perut suaminya.

Zahrin sedikit terobati dengan diajaknya untuk membeli sarapan bubur ayam. Sedikit-demi sedikit ucapan mertua dan adik iparnya terkikis meskipun jelas tidak mungkin terlupa begitu saja.

Setibanya keduanya sampai di tempat penjual makan bubur ayam langganan. Keduanya pun duduk berhadapan dengan jarak meja yang diatasnya jelas tertata wadah sambal berikut kecap dan sendok makan juga tisu.

Tidak lama, dua mangkuk bubur ayam keduanya pun datang. Jangan ditanya perutnya Zahrin? Sudah tentu ingin segera dilahap hingga tak bersisa karena bubur ayam langganan mereka itu sangat enak dan nikmat.

Hanya sebatas gerakan tangan dan mulut mereka yang saling sibuk menyantap bubur ayam. Terdengar kres-kres karena suara kerupuk koin yang berbentuk bulat yang membuat suasana hening keduanya tampak oke-oke saja.

" Abaikan perkataan mama! Bukankah kamu sudah sepuluh tahun ini mendengarnya?" Kalimat yang tidak lama keluar setelah mas Akhyar menghabiskan bubur ayamnya dan mengelap mulutnya dengan sehelai tisu.

Membuat Zahrin membuka kelopak matanya lebih lebar mengarah pada Akhyar suaminya. Memberhentikan kunyahan terakhirnya dan menggeser mangkuk bubur tak bersisa di hadapannya. " Iya mas." Meskipun sebenarnya, berharap ingin rasanya mas Akhyar membelanya tatkala ibunya tengah berteriak memakinya dan mencercanya.

Namun sepuluh tahun berlalu, rasanya tidak berharap lagi untuk memintanya. Mas Akhyar tidak langsung menuruti kata ibunya saja sudah bersyukur.

Akhyar pun mengeluarkan satu lembar seratus ribuan untuk membayar dua mangkuk bubur ayam. Setelah itu, Akhyar masih mengajak Zahrin pergi belanja baju dan tas

Keduanya pun bergandengan bak sepuluh tahun lalu diawal pernikahan mereka. Merangkai mimpi mereka berdua setinggi awan nan jauh di atas sana. Meskipun pada kenyataannya, pahit nya begitu kerasa lebih parahnya ketimbang rasa manis yang dia enyam setelah sepuluh tahun pernikahannya dengan mas Akhyar.

Rajutan-rajutan cinta yang seharusnya malah menguatkan, seolah akan ambyar atau bahkan sudah tidak karuan jika mas Akhyar benar-benat tergoda iman.

Zahrin sangat tahu keuangan suaminya. Membaginya untuk adik-adiknya yang semua kini di bangku kuliah. Meskipun Yanuar kini semester akhir dan Mega baru masuk kuliah. Tapi tetap saja, Zahrin istri yang cukup tahu diri. Meskipun mas Akhyar menawarinya membeli lebih dari satu tas dan satu baju. Dia hanya bersikukuh membeli secukupnya yang dia perlukan.

Apalagi dia bukan kalangan sosialita yang harus membawa tas mewah kemana-mana. Dia hanya ibu rumah tangga biasa yang setiap hari pekerjaannya merumat rumah dan memasak guna perut semua penghuni rumah terasa kenyang dan bisa bekerja.

" Sudah mas, ini sudah cukup." Zahrin yang menolak keras dan mengembalikan tas dan baju ke rak meskipun Akhyar berusaha memaksa memasukkan ke dalam keranjang belanja.

Setelah keduanya menyelesaikan pembayaran, mereka masih lama berjalan-jalan sembari menunggu makan siang. Hingga sore hari pun mereka makan di luar. Tidak lupa Akhyar juga membelikan untuk ibu dan adik-adiknya makanan kesukaan mereka.

Cuti Mas Akhyar memang benar-benar membuat Zahrin terasa diperhatikan oleh suaminya hari ini.

Semua penghuni rumah memiliki kunci duplikat, jadi tidak heran jika Mega sudah bisa masuk rumah dan sedang mengetik tugas di layar laptopnya.

Tidak berselang lama Akhyar dan Zahrin masuk memarkir sepeda motornya dan Zahrin sibuk melepas helm di kepalanya, Ibu Reta pun datang pulang dari rumah sakit tempat nya bekerja.

" Kakak dari mana?" tanya Mega dengan tatapan tidak suka kepada Zahrin kakak iparnya.

" Habis dari luar. Ini kakak bawakan makanan." jawab Akhyar yang langsung tumbang di atas kasurnya yang tidak jauh dari ruang makan mereka.

Zahrin yang kemudian bergegas ke dapur membuka oleh-oleh untuk semua penghuni rumah.

" Ini apa?" Mega tampak tidak sopannya langsung membuka paper bag milik Zahrin dan mencobanya tas yang masih tergantung harga dan merk-nya. " Ini buat aku aja ya kak, bagus kalau dipakai aku soalnya." Mega yang langsung main pakai dan menjajal saja tanpa minta izin kepada Zahrin.

" Mega, itu punya kak Zahrin Mega." Akhyar yang menjawab dari kamarnya. Meskipun begitu, Mega sangat mendengarnya.

" Hem, kakak mah sekarang pilih kasih. Semenjak menikah sama kak Zahrin. Apa-apa kak Zahrin." Menghempaskan tas Zahrin di atas meja makan dengan perasaan sedikit kesal. Terlebih nada bicara kalimat terakhirnya. Mega bahkan sangat ahli memainkan bibir bawahnya lebih maju beberapa senti dari bibir atasnya. " Kak Zahrin itu tidak pantas pakai tas semahal ini." Masih tidak terima nya Mega.

" Mega." teriak Akhyar memberi kode ke Mega untuk berhenti menghina kakak iparnya.

" Zahrin. Kamu baca ini!" Ibu Reta yang keluar dari kamar nya setelah mandi dan berganti pakaian.

" Iya Bu." Zahrin yang ketar-ketir ini apa lagi? Rasanya dadanya tidak berhenti berguncang tatkala berhadapan dengan ibu mertua. Jika para pembaca membayangkan Farida Pasha peran Mak Lampir, begitulah Ibu Reta yang yang sembilan puluh sembilan persen kemiripannya. Hanya saja tertutup baju perawat yang tak tampak keseraman mulut berbisanya.

" Program bayi tabung?" Zahrin yang melongo setelah melihat kisaran harga dan juga langkah-langkah yang harus dijalaninya.

BERSAMBUNG

Zahrin Disuruh Bekerja

" Ta-tapi ibu." Zahrin ragu-ragu dan bibirnya sedikit kelu.

" Tapi apa?" Ibu Reta yang tak pernah bernada lembut saat melakukan percakapan dengan Zahrin. Dasarnya dari awal pernikahan ibu Reta tidak pernah setuju menerima Zahrin menjadi menantunya, alhasil seperti ini. Tatapannya, bicaranya, bahkan perlakuannya tak pernah semanis madu murni. Yang ada tatapannya selalu sinis bagaikan singa kelaparan, bicaranya bahkan setajam pisau atau bahkan melebihi pedang milik Naruto. Belum lagi perlakuannya, sudah tentu kasar dan tidak pernah meninggalkan jejak ibu mertua baik dimata Zahrin.

" Bukankah ini biayanya sangat mahal?"

" Lalu apakah kamu akan berdiam diri sampai tua? Sampai rahim mu kering kerontang? ... Terus apa aku akan biarkan kamu hidup bersama anakku kalau kamu tidak bisa memberinya keturunan atau aku cucu."

Zahrin yang lagi-lagi tertunduk. Bingung dengan sikap ibu mertuanya. Mengapa hari ini dari pagi dihujani meteor yang menghantam dan menghancur leburkan hatinya.

" Ada apa?" Akhyar yang bangkit dari kasur dan berdiri di samping istrinya.

" Suruh istri mu itu bekerja! Cari uang buat biaya bayi tabung. Kalau dia masih mau tinggal di sini bersama kita." Ibu Reta menggeser kursi makannya lalu duduk.

" Jangan cuma nya tidur enak-enakan! bangunnya siang! mecahkan piring kesayangan mama. Terus saja kamu bela istri mandul kamu." Ketus ibu Reta setiap akhir kata dengan penuh penekanan.

" Tapi kan Zahrin tidak mandul ma." Akhyar mencoba membela Zahrin.

" Apa kamu bilang? istri mu tidak mandul? Kalau tidak mandul harusnya dia cepat hamil dan mama sudah menimang cucu Akhyar Aksana." Ibu Reta yang semakin keras menyuarakan pendapatnya. " Suruh Zahrin bekerja. Uangnya suruh kumpulkan buat pembiayaan program bayi tabung!" titah ibu Reta yang jelas sudah tidak bisa ditawar lagi.

Zahrin dan Akhyar pun berjalan menuju kamar mereka.

" Kalau dia tidak kunjung hamil-hamil, ceraikan dia dan kamu menikah dengan anak teman mama Akhyar." imbuh ibu Reta yang semakin menyiksa batin Zahrin.

Bulir-bulir sejernih embun pagi yang sedari tadi dia tahan, tidak kuasa dia perangkap lebih lama. Tulang sendi atau bahkan syaraf berambutnya sudah tak bersisa memiliki tenaga. Zahrin mencoba menahan bulir-bulir berharga miliknya. Namun tetap saja, hati istri mana yang secara terang-terangan akan bisa menerima perlakuan dari ibu mertuanya? Siapapun pasti tidak akan sanggup.

Mas Akhyar bahkan diam dan memilih tidur, meskipun Zahrin tahu jika sebenarnya dia juga sedih dengan partikel-partikel bahkan sampai meteor-meteor yang terus mengahantam biduk rumah tangganya.

.

.

Malam berlalu tanpa sia-sia. Zahrin sudah memutuskan jika dia akan bekerja supaya ibu mertuanya senang. Dia semalam juga sudah mengetik lamaran pekerjaan dan dia masukkan dalam amplop besar berwarna coklat guna melamar pekerjaan.

" Kamu mau kemana?" tanya suaminya Akhyar yang baru membuka mata.

" Aku akan melamar pekerjaan mas. Aku akan kumpulkan uang untuk biaya program bayi tabung kita." Zahrin yang melepas senyum merekahnya meskipun banyak yang berkecamuk di benaknya.

Contoh dari awal dia berangkat kerja saja. Dia sudah akan merepotkan suaminya untuk mengantarnya ke tempat kerja. Belum lagi pulangnya, dia pasti juga minta tolong Mega atau Yanuar untuk menjemputnya.

Tapi semua harus dijalani dengan semangat demi keutuhan rumah tangga. Terlebih ibu mertua sudah berkata jika akan menjodohkan mas Akhyar dengan anak dari rekan sekerjanya. Sudah tentulah Zahrin tidak terima.

Zahrin kemudian menyiapkan semua sarapan pagi untuk penghuni rumah tanpa mendengar teriakan ibu mertuanya. Kemarin itu karena mas Akhyar cuti, jadi dia memang meminta ehem-ehem hingga ibu mertua mengetuk keras pintu kamar mereka.

" Aw."

Bugh

teriak Mega melengking hingga membangunkan seisi rumah. Mega terjatuh karena kepleset lantai yang baru saja di pel oleh Zahrin.

" Kak Zahrin." teriaknya Mega lagi seperti ingin meminta pertanggung jawaban dari kakak iparnya, Zahrin.

" Astaga Mega." Zahrin yang berusaha menolong Mega namun uluran tangannya di hempaskan oleh adik iparnya.

" Semua ini gara-gara kak Zahrin. Kenapa sih kak? semenjak kakak tinggal di rumah ini, selalu saja ada kesialan." ketusnya dengan tatapan tidak suka bersamaan dengan garis-garis pada dahi yang lebih dari satu garis.

" Kak Zahrin minta maaf Mega." Zahrin yang hanya bisa berdiri sembari meremas sepuluh jemarinya.

" Kakak mau kemana sudah rapi?" tanya sinis Mega.

" Kakak mau cari kerja." Meskipun Zahrin ragu mengatakannya. Namun hanya itu yang bisa dia lakukan. Ketimbang ibu Reta selalu berkata ingin memisahkan dia dan mas Akhyar.

" Emang kakak bisa kerja?" cerca nya seraya pergi ke kamar mandi dan menyambar handuk nya.

Entah Mega itu seperti jelmaan manusia apa bukan? Tapi setiap apa yang terucap keluar dari mulutnya. Selalu tidak enak di dengar bahkan terkesan menyakitkan.

" Kamu rencana mau kerja dimana Zahrin?" tumben sekali ibu mertua bernada pelan. Itu dikarenakan Zahrin sudah masak dan bersih-bersih rumah pagi-pagi ketika semua masih tidur.

" Masih belum tahu Bu." Zahrin yang menundukkan kepala takut salah bicara dan berakhir perang dunia.

Setelah sarapan semua usai. Zahrin diantar oleh Akhyar suaminya ke pusat kota.

" Aku turun di sini saja mas." pinta Zahrin kepada suaminya seraya menepuk punggung Akhyar yang terbungkus jaket cekelan tebal.

" Kamu yakin?"

" Iya mas. Di sini kan banyak toko-toko berjajar. Aku yakin hari ini langsung dapat kerja." Antusias Zahrin di depan suaminya supaya mas Akhyar tidak cemas memikirkan nasibnya setelah dia tinggal bablas kerja.

" Ya sudah, kamu hati-hati ya. Jangan lupa! Sebaiknya nanti kamu kalau pulang naik ojek online saja."

" Iya mas." Zahrin meraih punggung tangan suaminya dan menciumnya. " Mas Akhyar hati-hati ya."

" Iya." Akhyar pun memutar kunci motornya dan melaju ke jalan raya besar meninggalkan istrinya.

Zahrin yang kemudian mengeluarkan amplop berikut berisi surat lamaran kerja dari tas yang tergantung di bahunya.

Memegangi benda itu dengan penuh harapan supaya lekas mendapatkan pekerjaan. Sebelum melangkah, Zahrin pun tidak lupa berdoa dan kemudian berharap penuh supaya hari ini dapat diterima bekerja dan mendapatkan bos yang baik hati. Masak di rumah dia sudah berhadapan dengan singa, keluar kandang berhadapan dengan sejenisnya.

Toko pertama. Toko yang menjual aneka kain alias pusatnya kain.

" Apa kamu tidak lihat?" Seorang bos wanita yang cukup kesal dengan Zahrin hingga menggelandangnya ke depan toko. Jelas sekali tertulis tidak membutuhkan karyawan.

Zahrin yang mengernyit malu karena dia pikir tulisan tadi adalah sedang membutuhkan karyawan. Setelahnya meminta maaf, Zahrin pun masih heran mengapa jika tidak membutuhkan karyawan harus ditulis. Bukannya biasanya jika membutuhkan karyawan saja yang pada umumnya di tulis dan di tempel pengumuman. Ah sudah lah.

Hampir satu deret Toko sudah dia masuki, dari yang toko menjual alat-alat sekolah, Toko baju tas dan sepatu, Toko kain yang menurutnya aneh. Toko logam mulia pun tak terkecuali dia masuki. Namun satu pun tak ada yang merespon baik.

Kruk ... Kruk ... Kruk

Suara perutnya sudah mulai protes karena hari juga sudah siang. Zahrin pun akhirnya makan siang di depan Toko Kue & Bakery Olivia.

Zahrin langsung main pesan saja karena dia merasa dia bawa uang. Satu mangkok bakso pun akhir nya datang dan sungguh menggugah selera makannya terlebih dengan satu gelas es teh.

Di sampingnya juga ada seorang wanita seusia ibu Reta, mertuanya.

Namun berbeda sekali perawakan mereka. Wanita disampingnya sangatlah kalem dan adem. Dia juga sedang menikmati semangkok bakso berikut satu mangkok es campur.

Dia bahkan melepas senyum saat Zahrin menoleh ke arahnya.

Saat Zahrin sudah menyelesaikan makannya dan meminum es teh tanpa sisa. Dia bangkit dan mencari dompet dalam tasnya.

Awalnya Zahrin masih santai, namun beberapa detik kemudian berubah panik. " Dompetku?" Sepasang kelopak mata Zahrin membuka dua kali lipat lebih lebar diikuti dengan gerakan cepat jari yang terletak dalam tasnya yang menyusuri setiap sudut tas.

Zahrin yang belum apa-apa sudah malu bertambah bingung.

BERSAMBUNG

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!