" Ta-tapi ibu." Zahrin ragu-ragu dan bibirnya sedikit kelu.
" Tapi apa?" Ibu Reta yang tak pernah bernada lembut saat melakukan percakapan dengan Zahrin. Dasarnya dari awal pernikahan ibu Reta tidak pernah setuju menerima Zahrin menjadi menantunya, alhasil seperti ini. Tatapannya, bicaranya, bahkan perlakuannya tak pernah semanis madu murni. Yang ada tatapannya selalu sinis bagaikan singa kelaparan, bicaranya bahkan setajam pisau atau bahkan melebihi pedang milik Naruto. Belum lagi perlakuannya, sudah tentu kasar dan tidak pernah meninggalkan jejak ibu mertua baik dimata Zahrin.
" Bukankah ini biayanya sangat mahal?"
" Lalu apakah kamu akan berdiam diri sampai tua? Sampai rahim mu kering kerontang? ... Terus apa aku akan biarkan kamu hidup bersama anakku kalau kamu tidak bisa memberinya keturunan atau aku cucu."
Zahrin yang lagi-lagi tertunduk. Bingung dengan sikap ibu mertuanya. Mengapa hari ini dari pagi dihujani meteor yang menghantam dan menghancur leburkan hatinya.
" Ada apa?" Akhyar yang bangkit dari kasur dan berdiri di samping istrinya.
" Suruh istri mu itu bekerja! Cari uang buat biaya bayi tabung. Kalau dia masih mau tinggal di sini bersama kita." Ibu Reta menggeser kursi makannya lalu duduk.
" Jangan cuma nya tidur enak-enakan! bangunnya siang! mecahkan piring kesayangan mama. Terus saja kamu bela istri mandul kamu." Ketus ibu Reta setiap akhir kata dengan penuh penekanan.
" Tapi kan Zahrin tidak mandul ma." Akhyar mencoba membela Zahrin.
" Apa kamu bilang? istri mu tidak mandul? Kalau tidak mandul harusnya dia cepat hamil dan mama sudah menimang cucu Akhyar Aksana." Ibu Reta yang semakin keras menyuarakan pendapatnya. " Suruh Zahrin bekerja. Uangnya suruh kumpulkan buat pembiayaan program bayi tabung!" titah ibu Reta yang jelas sudah tidak bisa ditawar lagi.
Zahrin dan Akhyar pun berjalan menuju kamar mereka.
" Kalau dia tidak kunjung hamil-hamil, ceraikan dia dan kamu menikah dengan anak teman mama Akhyar." imbuh ibu Reta yang semakin menyiksa batin Zahrin.
Bulir-bulir sejernih embun pagi yang sedari tadi dia tahan, tidak kuasa dia perangkap lebih lama. Tulang sendi atau bahkan syaraf berambutnya sudah tak bersisa memiliki tenaga. Zahrin mencoba menahan bulir-bulir berharga miliknya. Namun tetap saja, hati istri mana yang secara terang-terangan akan bisa menerima perlakuan dari ibu mertuanya? Siapapun pasti tidak akan sanggup.
Mas Akhyar bahkan diam dan memilih tidur, meskipun Zahrin tahu jika sebenarnya dia juga sedih dengan partikel-partikel bahkan sampai meteor-meteor yang terus mengahantam biduk rumah tangganya.
.
.
Malam berlalu tanpa sia-sia. Zahrin sudah memutuskan jika dia akan bekerja supaya ibu mertuanya senang. Dia semalam juga sudah mengetik lamaran pekerjaan dan dia masukkan dalam amplop besar berwarna coklat guna melamar pekerjaan.
" Kamu mau kemana?" tanya suaminya Akhyar yang baru membuka mata.
" Aku akan melamar pekerjaan mas. Aku akan kumpulkan uang untuk biaya program bayi tabung kita." Zahrin yang melepas senyum merekahnya meskipun banyak yang berkecamuk di benaknya.
Contoh dari awal dia berangkat kerja saja. Dia sudah akan merepotkan suaminya untuk mengantarnya ke tempat kerja. Belum lagi pulangnya, dia pasti juga minta tolong Mega atau Yanuar untuk menjemputnya.
Tapi semua harus dijalani dengan semangat demi keutuhan rumah tangga. Terlebih ibu mertua sudah berkata jika akan menjodohkan mas Akhyar dengan anak dari rekan sekerjanya. Sudah tentulah Zahrin tidak terima.
Zahrin kemudian menyiapkan semua sarapan pagi untuk penghuni rumah tanpa mendengar teriakan ibu mertuanya. Kemarin itu karena mas Akhyar cuti, jadi dia memang meminta ehem-ehem hingga ibu mertua mengetuk keras pintu kamar mereka.
" Aw."
Bugh
teriak Mega melengking hingga membangunkan seisi rumah. Mega terjatuh karena kepleset lantai yang baru saja di pel oleh Zahrin.
" Kak Zahrin." teriaknya Mega lagi seperti ingin meminta pertanggung jawaban dari kakak iparnya, Zahrin.
" Astaga Mega." Zahrin yang berusaha menolong Mega namun uluran tangannya di hempaskan oleh adik iparnya.
" Semua ini gara-gara kak Zahrin. Kenapa sih kak? semenjak kakak tinggal di rumah ini, selalu saja ada kesialan." ketusnya dengan tatapan tidak suka bersamaan dengan garis-garis pada dahi yang lebih dari satu garis.
" Kak Zahrin minta maaf Mega." Zahrin yang hanya bisa berdiri sembari meremas sepuluh jemarinya.
" Kakak mau kemana sudah rapi?" tanya sinis Mega.
" Kakak mau cari kerja." Meskipun Zahrin ragu mengatakannya. Namun hanya itu yang bisa dia lakukan. Ketimbang ibu Reta selalu berkata ingin memisahkan dia dan mas Akhyar.
" Emang kakak bisa kerja?" cerca nya seraya pergi ke kamar mandi dan menyambar handuk nya.
Entah Mega itu seperti jelmaan manusia apa bukan? Tapi setiap apa yang terucap keluar dari mulutnya. Selalu tidak enak di dengar bahkan terkesan menyakitkan.
" Kamu rencana mau kerja dimana Zahrin?" tumben sekali ibu mertua bernada pelan. Itu dikarenakan Zahrin sudah masak dan bersih-bersih rumah pagi-pagi ketika semua masih tidur.
" Masih belum tahu Bu." Zahrin yang menundukkan kepala takut salah bicara dan berakhir perang dunia.
Setelah sarapan semua usai. Zahrin diantar oleh Akhyar suaminya ke pusat kota.
" Aku turun di sini saja mas." pinta Zahrin kepada suaminya seraya menepuk punggung Akhyar yang terbungkus jaket cekelan tebal.
" Kamu yakin?"
" Iya mas. Di sini kan banyak toko-toko berjajar. Aku yakin hari ini langsung dapat kerja." Antusias Zahrin di depan suaminya supaya mas Akhyar tidak cemas memikirkan nasibnya setelah dia tinggal bablas kerja.
" Ya sudah, kamu hati-hati ya. Jangan lupa! Sebaiknya nanti kamu kalau pulang naik ojek online saja."
" Iya mas." Zahrin meraih punggung tangan suaminya dan menciumnya. " Mas Akhyar hati-hati ya."
" Iya." Akhyar pun memutar kunci motornya dan melaju ke jalan raya besar meninggalkan istrinya.
Zahrin yang kemudian mengeluarkan amplop berikut berisi surat lamaran kerja dari tas yang tergantung di bahunya.
Memegangi benda itu dengan penuh harapan supaya lekas mendapatkan pekerjaan. Sebelum melangkah, Zahrin pun tidak lupa berdoa dan kemudian berharap penuh supaya hari ini dapat diterima bekerja dan mendapatkan bos yang baik hati. Masak di rumah dia sudah berhadapan dengan singa, keluar kandang berhadapan dengan sejenisnya.
Toko pertama. Toko yang menjual aneka kain alias pusatnya kain.
" Apa kamu tidak lihat?" Seorang bos wanita yang cukup kesal dengan Zahrin hingga menggelandangnya ke depan toko. Jelas sekali tertulis tidak membutuhkan karyawan.
Zahrin yang mengernyit malu karena dia pikir tulisan tadi adalah sedang membutuhkan karyawan. Setelahnya meminta maaf, Zahrin pun masih heran mengapa jika tidak membutuhkan karyawan harus ditulis. Bukannya biasanya jika membutuhkan karyawan saja yang pada umumnya di tulis dan di tempel pengumuman. Ah sudah lah.
Hampir satu deret Toko sudah dia masuki, dari yang toko menjual alat-alat sekolah, Toko baju tas dan sepatu, Toko kain yang menurutnya aneh. Toko logam mulia pun tak terkecuali dia masuki. Namun satu pun tak ada yang merespon baik.
Kruk ... Kruk ... Kruk
Suara perutnya sudah mulai protes karena hari juga sudah siang. Zahrin pun akhirnya makan siang di depan Toko Kue & Bakery Olivia.
Zahrin langsung main pesan saja karena dia merasa dia bawa uang. Satu mangkok bakso pun akhir nya datang dan sungguh menggugah selera makannya terlebih dengan satu gelas es teh.
Di sampingnya juga ada seorang wanita seusia ibu Reta, mertuanya.
Namun berbeda sekali perawakan mereka. Wanita disampingnya sangatlah kalem dan adem. Dia juga sedang menikmati semangkok bakso berikut satu mangkok es campur.
Dia bahkan melepas senyum saat Zahrin menoleh ke arahnya.
Saat Zahrin sudah menyelesaikan makannya dan meminum es teh tanpa sisa. Dia bangkit dan mencari dompet dalam tasnya.
Awalnya Zahrin masih santai, namun beberapa detik kemudian berubah panik. " Dompetku?" Sepasang kelopak mata Zahrin membuka dua kali lipat lebih lebar diikuti dengan gerakan cepat jari yang terletak dalam tasnya yang menyusuri setiap sudut tas.
Zahrin yang belum apa-apa sudah malu bertambah bingung.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
ngenes dak bawa uang atau dompetnya diambil .Aling sih...
2022-12-23
1