CINTA TAK BERTUAN
Lembaran baru sudah kubuka dan mulai kutulis kisah pertamanya. Aku tidak tahu bagaimana jalan cerita ke depannya, karena kami masih butuh waktu untuk saling mengenal lebih jauh. Namun, sepertinya semua ini tidak akan mudah bagiku, karena di hari pertama pernikahan, aku dan dia justru bersepakat untuk pisah ranjang.
***
“Pernikahan ini bukan mauku juga bukan maumu. Jadi, sebaiknya kita berkompromi saja sebelum mulai menjalani hari-hari bersama dan tinggal dalam satu atap.”
Tidak pernah terbayangkan oleh Egidia jika dirinya akan menjadi istri dari Genio dengan cara perjodohan seperti ini. Perjodohan sejak keduanya masih berada di dalam kandungan ibu masing-masing, karena ayah mereka adalah teman karib sejak kecil.
Baru bertemu dan berkenalan satu tahun yang lalu, karena keluarga mereka tinggal terpisah di pulau yang berbeda, setelah sama-sama dilahirkan di tahun yang sama. Hanya berselang tiga bulan, di mana Genio yang lebih dulu menyapa dunia.
Mereka pun baru bertemu lima kali termasuk hari ini, hari pernikahan keduanya. Sebelumnya, pertemuan pertama terjadi saat keluarga Genio kembali ke kampung halaman untuk berlibur setelah dua puluh lima tahun tidak pernah menginjak tanah kelahiran.
Kedua orang tua Genio memang berencana untuk menikmati masa tua di sana, sementara putra tunggal mereka akan tetap tinggal di kota di mana selama ini sang ayah bekerja sebagai abdi negara hingga purnatugas.
Pertemuan kedua dan ketiga berlangsung saat kedua keluarga bersua dan mulai membicarakan perjodohan yang dulu pernah diikrarkan kedua orang tua. Pertemuan keempat dan kelima, terjadi saat acara lamaran minggu lalu dan prosesi pernikahan di akhir pekan ini.
“Iya. Terserah Mas Gen saja. Aku ikut apa kata suami.”
Genio tertegun mendengar wanita yang baru beberapa jam yang lalu dinikahi itu menyebutnya sebagai seorang suami. Bahkan dia sendiri belum terbiasa dengan status yang baru saja disandang, setelah bersanding di pelaminan dengan wanita berhijab sederhana yang sekarang sudah sah menjadi istrinya.
Lelaki itu berdehem sendiri untuk menetralkan kegugupannya. Meski tidak memiliki rasa cinta sedikit pun pada Egidia, tetap saja berduaan di dalam kamar pengantin seperti saat ini membuatnya merasa gerah dan salah tingkah. Apalagi mereka tengah duduk bersisian di tepi tempat tidur.
Jangankan rasa cinta, menyayangi pun belum terbiasa baginya mengingat mereka baru beberapa kali bertemu tanpa perbincangan panjang. Hanya mengikuti agenda yang diadakan para orang tua untuk mempersiapkan segala sesuatunya demi kelancaran rangkaian acara pernikahan kedua anak semata wayang tersebut.
“Egi ... apakah kamu keberatan jika untuk sementara waktu kita tidur terpisah dan membatasi sentuhan fisik yang berlebihan?”
Hati-hati Genio melontarkan pertanyaan yang sangat pribadi untuk keduanya. Dia merasa perlu untuk membahasnya sebelum membawa sang istri untuk hidup bersama dengannya, entah untuk berapa lama.
Jujur, lelaki itu masih belum bisa menerima sepenuhnya pernikahan mereka. Selain belum mengenal pasangannya secara personal, dia juga telah melabuhkan hatinya pada wanita lain yang selalu ada di dekatnya selama ini. Mungkin akan sulit baginya untuk mengalihkan perasaan itu kepada wanita yang sudah dinikahinya hari ini.
Egidia yang sudah menanggalkan kebaya pengantin berikut lilitan selendangnya dan berganti pakaian rumahan masih dengan hijab yang menutupi mahkota indahnya, menunduk dan akhirnya mengangguk begitu saja. Tidak ada niatan maupun keinginan spontan untuk membantah ucapan atau permintaan dari lelaki yang mulai hari ini harus dihormati dan dipatuhi sebagai imam hidupnya.
Sebagai seorang istri dan makmum yang baik, dia akan selalu mengikuti setiap keputusan dari sang suami, karena lelaki itulah yang akan bertanggung jawab penuh atas dirinya dan menjadi penuntun langkahnya menuju rida Ilahi yang lebih baik untuk mereka ke depan nanti.
“Maaf, aku bukan ingin mengingkari pernikahan kita atau menganggapnya main-main. Aku hanya merasa belum siap karena kita belum saling mengenal lebih dekat. Yang terutama, aku tidak ingin memberi harapan kepadamu, yang aku sendiri belum yakin apakah bisa menjadi suami yang baik dan seharusnya untukmu.”
“Aku tidak ingin dianggap semena-mena kepadamu dan hanya memanfaatkan status suami-istri ini untuk kepuasan aku sendiri. Sementara aku juga tidak tahu, apakah kamu bisa menerimaku sebagai suamimu atau sebaliknya, kamu menolak karena alasan yang kamu sembunyikan dariku dan dari keluarga kita.”
Egidia terus menyimak kalimat demi kalimat yang disampaikan dengan sangat hati-hati oleh suaminya. Wanita berpenampilan sahaja itu berusaha untuk mencerna satu per satu, tanpa ingin menanyakan apa pun kepada Genio. Dia ingin belajar memahami sang suami, termasuk kemauan dan keinginan atas dirinya dan hubungan mereka.
“Jika ada kata-kataku yang tidak berkenan bagimu, aku minta maaf dan tolong berterus-teranglah kepadaku. Kita bisa membicarakannya bersama untuk mencari jalan keluar dan keputusan bersama-sama.”
Lagi-lagi Egidia hanya mengangguk, membuat Genio merasa serba salah. Mereka memang belum pernah bicara berdua selama ini dan berada di ruangan pribadi seperti saat ini. Dia memaklumi jika wanita itu masih canggung, sama seperti dirinya yang merasa gugup untuk melakukan sesuatu layaknya kebiasaan sehari-hari.
Akhirnya, di malam pertama pengantin baru, pasangan itu hanya bersepakat untuk tidur terpisah meski berada dalam satu kamar, yakni kamar pribadi Egidia di rumah orang tuanya. Usai berjamaah Isya, wanita itu naik ke tempat tidur dengan membawa perangkat menulisnya.
Genio menolak saat dipersilakan tidur di kasur berukuran sedang tersebut dan memilih dirinya yang tidur di sofa sederhana yang letaknya berseberangan dengan tempat tidur. Egidia sudah memberikan bantal dan selimut untuk menyamankan istirahatnya. Karena lelah, lelaki itu langsung tertidur hingga mengeluarkan suara dengkuran.
Di atas tempat tidur, sang pemilik kamar masih duduk bersandar dengan perangkat yang sudah menyala terang di pangkuan. Dia masih harus menyelesaikan tulisannya untuk hari ini. Sebagai penulis lepas, dia dituntut untuk selalu menulis setiap hari demi para pembaca setia yang sudah menanti kelanjutan ceritanya. Selain itu, ada satu judul yang harus diselesaikan bulan ini karena pihak penerbit sudah meminangnya untuk diterbitkan menjadi buku cetak.
Daripada memikirkan pernikahannya yang entah akan seperti apa ke depannya, Egidia memusatkan konsentrasi pada pekerjaannya. Secepatnya menulis yang sempat tertunda karena dua hari sibuk mempersiapkan hari sakral di mana dirinya dipinang oleh seorang lelaki yang belum dikenal dengan baik.
Dua jam berkutat dengan rangkaian kata-kata yang dituangkan dalam tulisan, Egidia berhasil menyelesaikannya juga. Segera dia menyimpan semua dokumen lalu mematikan perangkat kerja. Dia memindahkan ke atas meja dan menyambungkan dengan pengisi daya, supaya esok hari saat akan digunakan lagi, baterainya sudah penuh.
Sebelum membaringkan tubuh lelahnya, wanita itu melepaskan hijab di kepalanya. Setelah menyimpannya di samping bantal supaya mudah diraih jika akan memakainya kembali, dia menoleh ke arah sofa dan memperhatikan wajah lelaki yang sudah resmi menjadi suaminya.
Senyumnya mengembang sempurna dengan hati berdebar-debar. Sejujurnya, dia sudah menambatkan hati pada sosok yang kini disebut suaminya tersebut. Sejak pertama kali bertemu untuk saling dikenalkan, hatinya sudah bergetar dan merasa jatuh cinta. Cinta pada pandangan pertama.
Sayang, perasaannya bertepuk sebelah tangan. Genio tidak menunjukkan hal yang sama, justru cenderung menolak dirinya meski tidak disampaikan secara langsung. Apa yang sudah dibicarakan malam ini adalah jawaban baginya, supaya tidak berharap banyak pada pernikahan mereka.
Aku berjanji akan menjadi istri yang terbaik bagimu, Mas. Bagaimanapun perasaanmu kepadaku, aku akan tetap mengabdikan hidupku hanya untukmu. Aku mencintaimu, Suamiku!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Ernhy Ahza II
bnyak banget bawangnya 🤧🤧
2023-01-24
2
tya_khan21
ya Allah..merinding aku baca akhir kalimat egidia ini lho y.. blm pernah kenal langsung nikah, jatuh cinta pada pandangan pertama tpi disia2 kan sejak malam pertama..masih bisa bilang aku Mencintaimu suamiku..beruntungnya genio dpt egidia..klo dia nyadar y kan 😥😥🤧🤧
2022-12-06
1
tya_khan21
gak kebalik y..bknnya kamu yg udah punya pacar makanya gak mau nyoba deket ama istri kamu
2022-12-06
1