Bukan Rahim Pinjaman
Sejak tadi Gilang sudah bersiap dan berpakaian rapi karena hari ini ia ada acara menghadiri pernikahan temannya. Gilang pergi seorang diri karena dia memang belum memiliki pasangan. Namun meski begitu ia tetap bersemangat karena ini merupakan pernikahan teman dekatnya.
"Wah cucu kakek mau kemana tampan sekali!" puji kakek Bhaskara saat melihat cucunya yang begitu gagah dan tampan.
"Hari ini aku akan menghadiri acara pernikahan temanku kek," sahut Gilang seraya merapikan dasinya karena terlihat sedikit miring.
Gilang memang laki-laki yang tampan, gagah serta baik hati. Akan tetapi saat ini dia masih belum ingin mencari pasangan hidup, sebab bagi Gilang keluarga adalah segalanya. Semua usaha dan kerja kerasnya ia lakukan untuk keluarga.
"Terus kamu sendiri kapan akan menikah dan memberikan cucu untuk kakek?" tanya kakek menohok.
"Aku masih belum memikirkan itu kek, nanti akan tiba saatnya untuk menikah," jawab Gilang yang merasa bingung dengan keinginan kakeknya yang satu ini. Gilang pasti akan memberikan apapun yang kakek Bhaskara inginkan, namun untuk permintaannya yang satu ini Gilang masih belum bisa memenuhinya.
"Kamu selalu saja berkata seperti itu. Bagaimana jika umur kakek tidak lama lagi," lirih kakek.
"Kakek jangan berkata seperti itu lagi, aku akan mencari calon istri," ujar Gilang spontan.
"Benarkah?" tanya kakek yang masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Karena selama ini Gilang memang sulit jika disuruh mencari pasangan. Kakek Bhaskara pun seketika merasa sehat kembali setelah tadi pura-pura merasa lemas.
"Iya kek, ya sudah kalau begitu aku pergi dulu kek," pamit Gilang yang segera bergegas menuju mobilnya yang terparkir digarasi.
"Kakek doakan semoga bertemu dengan jodohmu di pesta nanti ya," teriak kakek Bhaskara dari dalam rumah.
Gilang yang mendengar teriakan kakeknya pun hanya menggeleng.
"Ish kakek apaan sih," gerutu Gilang saat ia membuka pintu mobil dan segera melajukan kendaraannya.
Setelah kepergian cucunya Kakek Bhaskara merasa senang karena akhirnya dia mau mencari calon istri. Kakek Bhaskara begitu menyayangi Gilang sebab dia merupakan cucu laki-laki satu-satunya.
Sebenarnya sudah sangat lama Kakek Bhaskara menginginkan Gilang untuk segera menikah, bahkan kakeknya selalu membawa foto wanita-wanita cantik ke hadapan Gilang. Akan tetapi hal itu tidak membuat Gilang bergeming, ia tetap memilih hidup sendiri.
"Semoga kamu mendapatkan jodoh yang terbaik nak. Kakek berharap kamu akan mendapatkan kebahagiaan," gumam batin kakek penuh harap.
"Makan dulu yah," tawar Bu Risma yang merupakan anaknya kakek Bhaskara. Dia merupakan ibu Gilang yang begitu baik dan sangat penyayang.
"Iya Ris, sebentar lagi," jawab Kakek Bhaskara yang masih duduk di kursi goyangnya sambil memikirkan masa depannya bersama cicitnya. Dalam lamunanya ia sedang menimang cicit laki-laki serta menidurkannya.
"Apa ayah sedang memikirkan Gilang lagi?" tanya Risma yang sudah bisa menebak tentang mimpi ayahnya.
"Ya, benar sekali. Aku sedang menggendong anak dari Gilang. Dia begitu tampan dan manis persis seperti ayahnya," jawab Kakek antusias.
"Aku juga berharap seperti itu yah, semoga Gilang cepat-cepat mendapatkan jodohnya,aamiin," ujar Bu Risma yang mengamini doanya sendiri.
"Iya nak aamiin," sahut kakek.
Tak berapa lama akhirnya kakek Bhaskara segera pergi menuju meja makan untuk sarapan.
"Makan yang banyak yah!" ujar Bu Risma yang segera menyediakan nasi ke dalam piring beserta lauknya.
"Iya Risma kamu juga sama, maaf karena selama ini ayah selalu merepotkanmu," lirih kakek Bhaskara.
"Kenapa ayah bilang seperti itu, ini sudah menjadi kewajibanku merawat ayah," tukas Bu Risma yang merasa sedih mendengar ayahnya berkata seperti itu.
Sepeninggal istrinya, memang Risma lah yang merawat kakek Bhaskara dari dulu sampai sekarang. Semua keperluan beliau selalu Risma persiapkan dengan matang. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, kakek Bhaskara lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah.
Sedangkan perusahaannya dikelola oleh menantunya Cakra Mahendra yang merupakan suami dari Risma, serta anaknya Gilang Mahendra. Mereka berdua merupakan ayah dan anak yang sangat cocok layaknya seorang sahabat sekaligus teman.
"Apa yang kalian bicarakan sepertinya serius sekali," timpal Cakra yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Ini mas, ayah selalu saja bilang seperti itu. Maaf karena sudah merepotkan," lirih Risma yang mulai berkaca-kaca.
"Iya kenapa ayah selalu bilang seperti itu, sudah kewajiban kami sebagai anak mengurus ayah," tukas Cakra.
"Iya, iya ayah tidak akan mengulanginya lagi," ujar kakek Bhaskara yang kini sudah menyelesaikan makananannya.
Sementara ditempat lain Gilang baru saja tiba di pesta pernikahan temannya. Teman sekaligus sahabatnya sejak sekolah dulu yang bernama Antoni dan Lisa. Mereka berteman sejak masih Sekolah Menengah Atas (SMA).
Antoni dan Lisa memiliki sebuah hubungan sejak mereka masih sekolah dulu dan kini mereka akhirnya dipersatukan dalam ikatan suci.
"Saya nikahkan engkau dengan Lisa Natali binti Sumarno dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat dibayar tunai," ujar Pak penghulu sambil menjabat tangan Antoni.
"Saya terima nikah dan kawinnya Lisa Natali binti Sumarno dengan seperangkat alat sholat dan mas kawin tersebut dibayar tunai," timpal Antoni yang menyebutkan ijab qobul tersebut dengan begitu lantangnya.
"Bagaimana para saksi sah?" tanya Pak penghulu.
"Sah, sah," sorak para tamu undangan dan para saksi yang melihat acara itu.
Beruntung saat Gilang datang, ia masih bisa mengikuti acara inti tersebut. Padahal Gilang hampir saja terlambat, namun disaat bersamaan Gilang datang disaat yang tepat. Akhirnya dia bisa menyaksikan sahabatnya menikah.
Selesai acara ijab qobul, para pengantin melakukan sungkeman kepada orang tua mereka berdua. Setelah semua selesai mereka segera bergegas menuju panggung pelaminan.
Satu persatu tamu undangan termasuk Gilang memberikan ucapan selamat kepada Antoni.
"Wah salut, gw bangga sama elo! Ngapalin berapa lama tu ijab qobul?" ledek Gilang saat berhadapan dengan sahabatnya itu.
"Ah elo bisa aja! Biasa aja kali, ya sebenarnya gugup tapi gw tutup-tutupin dan akhirnya bisa dalam sekali tarikan nafas," timpal Antoni yang menjelaskan tentang perasaannya yang sebenarnya.
"Haha, selamat menempuh hidup baru pokoknya. Selamat menjalankan malam pertama, kasih tau gw gimana rasanya," bisik Gilang sambil menjabat tangan dan memeluk sahabatnya.
"Sialan lo!" ujar Antoni sambil membogem tangan Gilang.
"Haha," kekeh Gilang yang segera bergegas meninggalkan mereka setelah menyalami Lisa terlebih dulu.
Diluar dugaan karena terus menggoda sahabatnya, Gilang ternyata menabrak seseorang.
Brug...
Gilang terjatuh, begitupun dengan seseorang yang ditabraknya.
"Aw," ujar seseorang itu yang ternyata adalah seorang wanita.
"Maaf, maaf saya tidak sengaja," ucap Gilang yang segera menyodorkan tangan kanannya untuk membantu membangunkan seseorang yang terjatuh itu.
"Tidak apa-apa," tukas seseorang itu yang ternyata adalah seorang wanita.
"Rasain lo!" umpat Antoni sambil terkekeh yang malah merasa senang melihat temannya seperti itu.
Para tamu yang melihat kejadian itupun segera mengerumuni mereka berdua. Ada yang tertawa, namun ada pula yang merasa sinis menyaksikan mereka berdua.
"Sekali lagi maaf karena aku sudah menabraknya," ujar Gilang saat masih berada didekat wanita itu.
"Tidak apa-apa, lagipula aku juga yang salah karena tidak memperhatikan jalan," tukas wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments