Beberapa bulan setelah pertemuan itu membuat hubungan mereka semakin dekat. Kini Gilang tidak merasa canggung lagi saat berada di dekat Amanda. Begitupun dengan Amanda yang mulai merasa nyaman berada didekat Gilang.
"Sepertinya hubungan mereka sudah semakin dekat, bagaimana jika pernikahan mereka dipercepat," ujar Bhaskara yang sudah tidak sabar lagi menyaksikan pernikahan mereka berdua.
"Tapi apa ini tidak terlalu cepat yah?" tanya Risma yang merasa ini terlalu terburu-buru.
"Tapi aku sudah tidak sabar untuk segera menimang cicit dari Gilang. Aku takut jika umurku tidak akan lama lagi," lirih Bhaskara yang selalu merasa seperti itu.
"Ayah jangan berkata seperti itu," timpal Risma yang merasa sedih saat mendengar ayahnya berkata hal demikian.
"Baiklah kalau begitu kita akan segera menyiapkan pernikahan untuk Gilang," tambah Risma yang selalu merasa takut kehilangan ayahnya.
Mendengar hal itu membuat Bhaskara tersenyum senang. Rasanya sudah tidak sabar melihat mereka berdua segera menikah. Selain menginginkan seorang cicit, Bhaskara juga menginginkan adanya penerus dalam keluarga Bhaskara.
Risma pun segera menyiapkan semuanya. Dia membeli beberapa barang dan keperluan lainnya.
"Kebetulan Gilang turun, sini nak!" panggil Risma yang kebetulan ingin membicarakan hal yang penting dengan Gilang.
"Ada apa bu?" tanya Gilang yang menautkan kedua halisnya.
"Sekitar satu minggu lagi pernikahan kamu akan segera dilangsungkan jawab Risma yang langsung memberitahukan keinginannya.
"Apa? Apa ini tidak terlalu cepat bu?" tanya Gilang yang merasa terkejut.
"Tidak nak, ini semua keinginan kakekmu," jawab Risma yang merasa bingung harus menjelaskan seperti apa.
Mendengar penjelasan dari ibunya membuat Gilang mengerti. Kakeknya selalu berkata jika ia ingin segera memiliki cicit dari Gilang sebelum ia pergi jauh. Gilang merasa tidak tega dan merasa sedih saat mendengar hal tersebut.
Di tempat lain keluarga Maheswari mulai sibuk menyiapkan semuanya. Mereka memilih menikah di gedung agar semunya lebih mudah. Silvia pun segera menghubungi Weddinging Organizer (WO) untuk menyerahkan semua acara dan mendekor tempat yang akan digunakan.
Beruntung WO yang ia gunakan ternyata satu paket dengan catering, sehingga mereka tidak pusing lagi memikirkan hal yang lainnya. Mereka hanya diminta untuk menyiapkan diri dan mental dalam acara nanti.
"Bagaimana dengan semua persiapannya bu?" tanya Arya suaminya.
"Ibu sudah menghubungi WO yah, jadi kita
tidak perlu repot-repot menyiapkan semuanya. Termasuk untuk catering juga sudah siap, kita hanya diminta datang saat acaranya akan dimulai saja," jawab Silvia.
"Syukurlah kalau begitu," timpal Arya yang menyerahkan semuanya kepada istrinya.
Sementara Gilang berusaha menghubungi Amanda, dia akan mengajak Amanda mencari sebuah perhiasan yang akan mereka gunakan nanti untuk mas kawin.
Tidid..
"Sepertinya itu suara mobil Gilang," gumam batin Amanda yang segera bergegas turun dari kamar nya.
"Loh mau kemana nak? Kok buru-buru?" tanya Silvia yang sedang menuruni anak tangga.
"Aku akan pergi bersama Gilang bu, hari ini kita akan mencari emas untuk mas kawin nanti," jawab Amanda yang segera berpamitan kepada ibunya.
"Wah, manis sekali," ujar Silvia sambil tersenyum simpul.
Amanda pun tersipu malu saat ibunya menggodanya.
"Sudah ah, aku berangkat dulu bu," pamit Amanda yang segera bergegas keluar rumah.
"Iya sayang, hati-hati dijalan," ucap Silvia.
Dengan segera Amanda pergi menghampiri Gilang yang sudah menunggu di depan rumah.
"Maaf lama," ujar Amanda yang segera masuk ke dalam mobil.
"Tidak apa-apa," timpal Gilang yang segera melajukan mobilnya.
"Oiya kita akan pergi kemana?" tanya Amanda yang membuka pembicaraan.
"Kemana ya? Apa kamu punya rekomendasi tempat yang bagus?" tanya Gilang yang malah balik bertanya.
"Mmh gimana kalau kita pergi ke mall saja. Disana semua perhiasan sangat lengkap," tambah Amanda.
"Baiklah kita pergi ke sana saja," timpal Gilang yang segera melajukan kendaraannya lebih cepat.
Amanda menikmati jalanan di ibu kota yang begitu ramai yang dihiasi gedung-gedung pencakar langit. Amanda membuka jendela kaca dan menghirup udara yang masuk ke dalam mobil.
Semilir angin membuat Amanda terasa sejuk. Gilang yang memperhatikan Amanda terlihat begitu cantik.
"Kamu memang cantik Amanda," gumam batin Gilang yang sesekali memperhatikan Amanda disampingnya.
Tak terasa akhirnya mereka tiba disebuah mall yang cukup lengkap dikota itu. Mulai dari penjual makanan, pakaian, tas, emas serta masih banyak yang lainnya ada dalam mall itu.
"Ayo!" ajak Amanda.
"Sebentar," timpal Gilang yang mengunci mobilnya terlebih dahulu sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan mobil itu.
"Ayo!" ujar Gilang yang kini mulai melangkahkan kakinya.
Mereka berjalan dan mulai memasuki mall itu. Saat baru masuk terdapat sebuah toko yang berjajar rapi. Mulai dari toko baju, toko tas, supermarket, bahkan toko sepatu juga ada di lantai bawah.
Untuk toko emas yang mereka tuju, mereka harus pergi ke lantai 3 menggunakan lift. Sesampainya di lantai 3 mereka segera bergegas menuju toko emas yang cukup besar.
Di toko itu berjejer beberapa emas mulai dari cincin, anting, gelang, bahkan kalung juga ada yang beraneka model dan bentuk. Selain itu terdapat juga 1 set perhiasan yang sudah lengkap..
"Kamu pilih mana yang kamu suka," ujar Gilang yang melihat deretan emas itu.
"Yang mana ya, Aku jadi bingung memilihnya," timpal Amanda yang merasa bingung harus memilih model yang mana, sebab begitu banyak pilihan emas yang bagus-bagus.
"Pilih saja yang satu set biar ga bingung," tukas Gilang.
"Iya sebentar biar aku lihat-lihat dulu," jawab Amanda.
Untuk beberapa menit Amanda pun melihat dan memilih emas yang paling dia suka. Setelah beberapa menit memilih, akhirnya dia menjatuhkan pilihan pada sebuah satu set perhiasan yang sudah lengkap.
"Bagaimana kalau yang ini?" tanya Amanda sambil menunjukan perhiasan yang di pilihnya pada Gilang.
"Kalau kamu suka yang itu, itu saja. Itu juga bagus," jawab Gilang.
"Yang ini saja, aku suka ini," timpal Amanda.
"Oke, mba tolong bungkus yang ini ya!" titah Gilang.
"Siap tuan," jawab penjual toko itu.
Untuk beberapa saat mereka menunggu barangnya dibungkus terlebih dahulu.
"Silahkan tuan, nyonya," ujar penjual itu sambil menyodorkan tas yang berisi satu set emas.
"Ini saya bayar pake ini," tukas Gilang yang langsung mengeluarkan kartu debitnya untuknya membayar.
"Ini tuan, terima kasih," ucap penjual itu.
"Ya sama-sama," timpal Gilang yang segera bergegas meninggalkan tempat itu.
Mereka berjalan meninggalkan tempat itu. Namun disaat yang bersamaan perut Gilang terdengar keroncongan.
"Apa kita langsung pulang?" tanya Amanda.
"Perutku lapar, kita makan dulu ya!" ajak Gilang.
Mereka akhirnya segera bergegas ke lantai paling atas yaitu food court. Tempat yang menjual berbagai aneka makanan. Di sana kita bisa memilih makanan apapun yang kita inginkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments