3. Dewa

Gayatri memandangi ponsel. Dia sedang memikirkan sesuatu. "Maukah dia bekerja sama?" pikirnya.

Pesan lain kembali masuk. "Apa kau sedang sibuk?" tanya Dewa.

"Biar kucoba saja. Kalau dia tak setuju, maka biarkan dia yang mengakhiri rencana ini." Gayatri telah bertekad bulat.

Dia mulai mengetik untuk membalas chat pria itu. "Aku punya syarat khusus untuk menikahiku. Jika kau bersedia dan mampu, maka kita akan menikah. Jika tidak, silakan tarik lagi lamaran dan semua hantaranmu!" Kemudian gadis itu menekan tanda send.

Dia tak lagi mempedulikan ponselnya. Setidaknya, dia sudah mengatakan maksudnya. Dia juga tak ingin dipersalahkan jika rencana pernikahan ini kembali batal.

Dilihatnya makanan yang diantarkan mami. Gudeg nangka, sambal goreng ati, krecek dan sambal tomat. Dengan lahap dia makan. Mengamuk dan nangis sepagian sudah menghabiskan energinya. Dia butuh asupan makan untuk menambah tenaga.

Selesai makan, dilihatnya lagi ponsel. Ternyata pria itu sudah membalas pesannya sejak tadi.

"Kenapa aku merasa kau sedang mengajakku berkonspirasi?" tanya pria itu tanpa menjawab poin penting pesan Gayatri.

"Terserah kau mau menyebutnya bagaimana. Jika kau bersedia, maka akan kukatakan. Jika tidak, lupakan saja keinginanmu menikahiku!" balas Gayatri tegas.

Dia sudah belajar dari pengalaman. Tidak akan tertipu dan mudah takluk pada pria manapun yang mencoba mendekatinya.

"Apakah aku harus menyetujui kesepakatan yang aku belum tahu tentang apa? Itu seperti membeli kucing dalam karung!" pesan pria itu.

Tapi Gayatri bisa melihat pria itu masih terus mengetik. Jadi dia menunggu.

"Bagaimana kalau setelah kusetujui, kau malah mengajakku bunuh diri bersama sebagai bentuk protesmu atas perjodohan ini?" tanya pria itu.

Mata Aya melebar membaca pesan yang di luar imaginasinya. Jarinya segera mengetik lagi.

"Imaginasimu liar juga. Apa kau biasa di hutan?"

Aya jelas gondok. Sudah berapa pesan berbalasan, tapi pria itu seperti sengaja membahas hal yang tidak penting. Dia merasa dipermainkan.

Pesan berikutnya adalah emot tertawa lebar yang bikin dia semakin sebal. Dilemparkannya ponsel ke tempat tidur. Aya merasa sudah tak ada harapan. Tak ada siapapun yang akan membantunya membalaskan dendamnya.

Matanya kembali mengamati teralis jendela kamar. Dia tadi sudah mencari-cari obeng di laci meja kamarnya. Tapi yang ditemukannya hanyalah kotak-kotak pernak-pernik dan asesoris yang tersusun rapi.

Barulah dia menyesali kesalahan dalam memilih hobby. Harusnya dia menggilai segala macam peralatan tukang, agar punya alat untuk mencongkel teralis! Dipegangnya jepit rambut favorit karena keindahannya. Tapi sekarang benda itu tak lebih berharga dari sebuah obeng. Dengan kesal, dilemparnya jepit itu ke sudut kamar.

Dia kembali ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya. Menelentang memandang plafon rumah. "Apa aku harus naik ke atas plafon? Lalu keluar dari genteng?" pikirnya.

Dirasakannya getaran ponsel yang tak berhenti. Dengan malas diraihnya lagi, untuk melihat pesan siapa yang masuk. Sebelah alisnya naik melihat deretan pesan dari pria itu. Dibukanya ponsel itu lagi. Bukan karena dia menunggu balasan pesan atau tertarik pada pria itu. Tapi karena tak ada lagi yang bisa dilakukannya.

"Tanpa membaca pesan, jari Gayatri mengetik cepat. "Apa kau tahu cara naik ke plafon? Aku mau melarikan diri." Pesan itu kemudian dikirim dan ponsel itu kembali diletakkan di kasur.

Gayatri memiringkan tubuh. Bergelung, meringkuk seperti bayi, dengan dua tangan di tekuk ke dada. Dia merasa sangat putus asa. Juga sedih, karena tak ada seorangpun yang mengerti dirinya.

Kemudian didengarnya sayup-sayup suara jeritan melengking. Dia mencari-cari di mana tadi dia meletakkan ponsel. Tempat tidur itu terlalu kacau. Semua sudut seprai sudah terlepas dan mengumpul di tengah kasur.

Dia masih mendengar jeritan melengking itu tiga kali lagi sebelum akhirnya menemukan benda yang super berisik itu dan segera menerima panggilan masuk yang memaksa dari Dewa.

"Berisiiikkk!" teriak Aya begitu panggilan itu terhubung.

"Siapa yang berisik? Aku bahkan belum bicara!" protes Dewa.

Panggilanmu membuat ponselku menjerit dengan berisik!" Aya membalas dengan sewot. Tapi gadis itu justru mendengar suara tawa renyah Dewa dari seberang sana. Wajahnya ditekuk dan bibirnya mengerucut, cemberut.

"Ternyata kau lucu juga. Kau yang punya ponsel dan menyetel volume sendiri, tapi dengan santai menyalahkanku!" Pria itu masih tertawa kecil.

"Kalau tidak penting, jangan telepon aku!" ketus Aya.

"Apa kau tidak membaca pesan-pesanku?" tanya Dewa.

"Pesanmu tidak penting. Aku tak mau menghabiskan waktu membaca yang tak penting!" Aya masih mempertahankan sikap ketusnya.

Dewa mendesah dari seberang sana. "Kau punya kebiasaan buruk ya. Aku akan mendidikmu jadi wanita mandiri, anggun dan berkelas, nanti!" celoteh Dewa.

"Dalam mimpimu!" sergah Aya sebelum memutuskan sambungan telepon.

"Menyebalkan!" teriak Aya keras. Dia kesal sekali mendengar kata-kata Dewa tadi.

"Kau pikir kau siapa!" teriaknya pada ponsel yang kembali menjerit-jerit.

Aya sedikit terkejut. Tapi dengan cepat ditolaknya panggilan dan menyimpan ponsel itu di bawah bantal. Namun, bantal tak dapat menghalangi Dewa menelepon. Tapi Aya sama sekali tak peduli. Ditutupinya telepon itu dengan bantal, selimut, seprei dan bed cover.

Lima menit kemudian., ponsel itu benar-benar berhenti berbunyi, Aya tersenyum tipis "Akhirnya kau menyerah juga!" sinisnya.

Tak lama sesudah itu, terdengar suara kunci pintu kamar diputar dari luar. Aya menoleh ke pintu. Dia tak berusaha sembunyi lagi. Strateginya sudah ketahuan. Mami pasti sudah mengantisipasi dan membawa dua security lagi.

"Ada apa lagi sih, Mi?" sambutnya malas. Dibaringkannya tubuhnya membelakangi pintu. Tak ingin melihat mata mami yang sedih.

"Karena kau tak mengangkat panggilan teleponku, maka aku minta ijin Om Sangaji untuk masuk dan melihatmu."

Mata Aya melotot. Itu bukan suara Mami, Papi, maupun Radit adiknya. "Tak mungkin dia!"

Aya berbalik dengan cepat. Dilihatnya Dewa berdiri di balik pintu yang sudah kembali ditutup.

"Mau apa kau di sini?" tanya Gayatri dengan kasar.

"Tante Ajeng sangat lembut. Kenapa kau sekasar ini?" tanya Dewa.

"Kau tidak mempersilakanku duduk?" tanya pria itu lagi.

"Tak ada tempat duduk untukmu!" tolak Aya. "Katakan kau mau apa. Jika dalam sepuluh detik tak ada apapun yang berarti, silakan keluar!" usir Aya tegas.

"Bukankah terakhir kali kau menanyakan cara untuk naik plafon? Aku akan mengajarimu," sahut Dewa cepat. Tak sampai sepuluh detik, dia sudah mengatakan tujuannya menemui Gayatri di kamar.

"Apa kau gila?" tanya Gayatri geram.

Pria itu menunjukkan wajah kebingungan. "Siapa yang gila? Aku tadinya mau memberi tahu caranya lewat telepon, tapi kau tak mau menerima panggilan teleponku. Mumpung aku masih di sini, maka lebih baik kukatakan langsung saja. Jadi kau bisa naik plafon dengan aman," sahut pria itu dengan ekspresi sangat serius.

"Dasar gila! Mamiiiiii ... bawa orang gila ini keluar!" teriak Aya nyaring.

*********

Terpopuler

Comments

tehNci

tehNci

Kayaknya pernikahan kali ini mah berhasil deh. Sepertinya si Dewa bakalan bisa mengatasi kemanjaan dan ketidakpedulian si Aya dan mengubahnya jadi wanita mandiri

2024-01-10

1

Kustri

Kustri

yaaa siapa yg gila coba😂😂😂

2023-10-20

1

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus sabar

2023-07-28

1

lihat semua
Episodes
1 1. H -7
2 2. Sumpah Gayatri
3 3. Dewa
4 4. Kesepakatan
5 5. Tekad Dewa
6 6. Ultimatum Eyang
7 7. H-6
8 8. Jebakan Dewa
9 9. H-5
10 10. H-4
11 11. Kehilangan Dewa
12 12. Memanjat Plafon
13 13. Menuju Pernikahan
14 14. Pernikahan Aya
15 15. Rencana Dewa
16 16. Kejutan di kantor
17 17.
18 18. Mencari Pekerjaan
19 19. Akal Bulus Dewa
20 20. Arjuna
21 21. Pulang
22 22. Menunggu Jemputan Dewa
23 23. Kepanikan
24 24. Dewa Kritis
25 25. Operasi Dewa
26 26. Ujian Kesabaran Aya
27 27. Perkembangan Dewa
28 28. Kepergian Dewa
29 29. Rapat Keluarga
30 30. Rencana Pertunangan
31 31. Nasehat Mami
32 32. Arjuna 2
33 33. Protes Aya
34 34. Bertunangan
35 35. Perang Yang Tertunda
36 36. Ketahuan Aya
37 37. Kehilangan Aya
38 38. Diusir Eyang
39 39. Keputusan Papi
40 40. Langkah Baru Aya
41 Bab. 41. Persaingan Kerja
42 Bab 42. Ulang Tahun Jayadi
43 Bab 43. Pertolongan
44 Bab 44. Hukuman Direktur
45 Bab 45. Penangkapan
46 Bab 46. Peringatan Keras Papi
47 Bab 47. Pernikahan Aya.
48 48. Hari pertama Jadi Istri
49 49. Malam Terkutuk
50 50. Penyesalan Arjuna
51 51. Kekasih Arjuna
52 52. Penculikan Gayatri
53 53. Sandra
54 54. Sandra 2
55 55. Kehamilan Gayatri
56 56. Bulan ke Lima
57 57. Rahasia Dewa
58 58. Keluarga Pak Salam
59 59. Kiriman Dewa
60 60. Dicky dan Amplop Coklat
61 61. Pasien Bunuh Diri
62 62. Ruang Persalinan
63 Pengumuman
64 63. Menemukan Aya
65 64. Mencari Bayi Aya
66 65. Perkelahian Polisi dan Penculik
67 66. Sadarnya Aya
68 67. Pelarian
69 68. Diringkus
70 69. Interogasi
71 70. Rahman
72 71. Kepingan Petunjuk
73 72. Robert Giles
74 73. Sumpah Arjuna
75 74. Titik Terang
76 75. Terbunuhnya Dua Tahanan
77 76. Cemburu Pada Dewa
78 77. Bayi Arjuna!
79 78. Kelompok Kalajengking Hitam
80 79. Dicky Ditangkap
81 80. Kau Akan Mati!
82 81. Berhadapannya Musuh Bebuyutan
83 82. Kekalahan Robert Giles
84 83. Terima Kasih Dewa
Episodes

Updated 84 Episodes

1
1. H -7
2
2. Sumpah Gayatri
3
3. Dewa
4
4. Kesepakatan
5
5. Tekad Dewa
6
6. Ultimatum Eyang
7
7. H-6
8
8. Jebakan Dewa
9
9. H-5
10
10. H-4
11
11. Kehilangan Dewa
12
12. Memanjat Plafon
13
13. Menuju Pernikahan
14
14. Pernikahan Aya
15
15. Rencana Dewa
16
16. Kejutan di kantor
17
17.
18
18. Mencari Pekerjaan
19
19. Akal Bulus Dewa
20
20. Arjuna
21
21. Pulang
22
22. Menunggu Jemputan Dewa
23
23. Kepanikan
24
24. Dewa Kritis
25
25. Operasi Dewa
26
26. Ujian Kesabaran Aya
27
27. Perkembangan Dewa
28
28. Kepergian Dewa
29
29. Rapat Keluarga
30
30. Rencana Pertunangan
31
31. Nasehat Mami
32
32. Arjuna 2
33
33. Protes Aya
34
34. Bertunangan
35
35. Perang Yang Tertunda
36
36. Ketahuan Aya
37
37. Kehilangan Aya
38
38. Diusir Eyang
39
39. Keputusan Papi
40
40. Langkah Baru Aya
41
Bab. 41. Persaingan Kerja
42
Bab 42. Ulang Tahun Jayadi
43
Bab 43. Pertolongan
44
Bab 44. Hukuman Direktur
45
Bab 45. Penangkapan
46
Bab 46. Peringatan Keras Papi
47
Bab 47. Pernikahan Aya.
48
48. Hari pertama Jadi Istri
49
49. Malam Terkutuk
50
50. Penyesalan Arjuna
51
51. Kekasih Arjuna
52
52. Penculikan Gayatri
53
53. Sandra
54
54. Sandra 2
55
55. Kehamilan Gayatri
56
56. Bulan ke Lima
57
57. Rahasia Dewa
58
58. Keluarga Pak Salam
59
59. Kiriman Dewa
60
60. Dicky dan Amplop Coklat
61
61. Pasien Bunuh Diri
62
62. Ruang Persalinan
63
Pengumuman
64
63. Menemukan Aya
65
64. Mencari Bayi Aya
66
65. Perkelahian Polisi dan Penculik
67
66. Sadarnya Aya
68
67. Pelarian
69
68. Diringkus
70
69. Interogasi
71
70. Rahman
72
71. Kepingan Petunjuk
73
72. Robert Giles
74
73. Sumpah Arjuna
75
74. Titik Terang
76
75. Terbunuhnya Dua Tahanan
77
76. Cemburu Pada Dewa
78
77. Bayi Arjuna!
79
78. Kelompok Kalajengking Hitam
80
79. Dicky Ditangkap
81
80. Kau Akan Mati!
82
81. Berhadapannya Musuh Bebuyutan
83
82. Kekalahan Robert Giles
84
83. Terima Kasih Dewa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!