5. Tekad Dewa

Sambil menyetir, Dewa melakukan panggilan telepon.

"Ya, Bos." sahut suara di seberang.

"Bagaimana dengan perintahku tadi?" tanya Dewa.

"Sedang dalam penyelidikan, Bos!" sahutnya.

"Selidiki dengan benar. Aku mau tahu sampai hal terkecilnya!" perintahnya.

"Siap, Bos!" Panggilan telepon itu diakhiri.

Mobil itu melaju membelah jalanan siang sebuah kota besar. Keramaian dan suasana panas tak mengganggunya sama sekali. Dalam setengah jam, mobil itu memasuki sebuah gedung bertingkat sepuluh. Mobilnya memasuki tempat parkir bawah tanah dan berhenti di sebuah pintu masuk.

"Selamat datang, Bos," sapa petugas parkir. Dewa melemparkan kuncinya pada petugas itu dan segera masuk ke pintu yang sudah dibuka lebar oleh seorang pria berseragam security.

"Selamat datang, Bos," sapa security itu sambil menunduk takzim.

"Hemm ...." Hanya deheman itu yang keluar dari mulutnya setiap kali ada yang memberinya hormat di jalan yang dilalui.

Kakinya melangkah lebar menuju ruangan besar di ujung pintu lift yang baru saja mengantarnya naik ke lantai sepuluh.

"Selamat siang, Boss," sapa seorang wanita. Tangannya lincah membukakan pintu ruangan untuk Dewa.

"Bagaimana dengan rencana ekspansi pertama kita?" tanya Dewa.

"Sudah tujuh puluh persen, Bos," jawab gadis itu. Diletakkannya tablet berisi laporan pekerjaan di atas meja kerja Dewa.

"Jika tak ada kendala, maka lanjutkan!" ujar Dewa setelah memeriksa semua laporan yang diberikan oleh sekretarisnya.

"Baik, Bos." Sekretaris itu keluar ruangan dan kembali menutup pintu.

Dewa membuka ponsel dan menelepon seseorang. "Hai, Bayu. Aku sudah di Indonesia. Di mana kau sekarang?" tanyanya.

"Dewa? Ini benar-benar kau?" terdengar suara gembira dari ujung telepon.

"Ya, ini aku. Sudah sepuluh hari aku di sini. Bagaimana jika kita bertemu?" tanyanya. "Tapi tentu saja jika kau juga ada di Jakarta," tambahnya kemudian.

"Oh kebetulan sekali. Aku juga sedang ada di Jakarta," jawab temannya.

"Baik, kita bertemu petang nanti di kafe Red House."

Telepon kembali terputus setelah membuat janji temu. Tangannya menekan intercom. "Luna, ingatkan aku untuk janji pukul tujuh malam ini," perintahnya.

"Baik, Bos!" sahut Luna si sekretaris.

Tak terasa pekerjaan menyita waktu dan membuatnya lupa. Hingga Luna mengingatkan lagi tentang janji temu pukul tujuh. Pria itu segera mengakhiri kerjanya hari itu dan keluar. Dia harus segera pergi agar tidak terjebak macet di jam pulang kerja.

Meskipun Dewa tiba datang lima menit sebelum janji, tenyata dia masih harus menunggu setengah jam lagi, baru teman masa kecilnya sampai di tempat itu.

"Apa kabarmu sekarang?" tanya Bayu.

"Biasa saja," jawa Dewa tersenyum melihat temannya yang tubuhnya makin subur.

"Sudah berapa putramu?" tanya Dewa. Sudah tiga!" jawab Bayu sambil tertawa renyah.

"Hebat sekali! Selamat untuk ayah tiga anak!" ujar Dewa dengan senyuman lebar.

"Dan kau bagaimana? Masih betah melajang seperti terkhir kita bertemu di Amsterdam?" tanya Bayu.

"Kalau tinggal di luar, kita bisa menghindar dari kecerewetan keluarga soal pasangan hidup. Tapi tidak di sini!" geleng Dewa.

"Apa kau dijodohkan keluarga?" tanya Bayu, yang kemudian tertawa terbahak-bahak melihat teman sekolahnya itu menganggukkan kepala dengan lesu.

"Dengan siapa? Orang mana?" tanya Bayu kepo.

"Masih orang kita. Bu de Menik yang jadi mak comblang.

"Katanya gadis ini dari keluarga baik-baik. Dan usianya sudah sangat pantas untuk menikah. Tiga puluh, Bro. Kau tahu?" Dewa menggeleng.

"Perawan tua dong, Hahahaaa ...." Bayu terbahak. Sementara Dewa hanya bisa tersenyum sumbang.

"Begitulah. Tapi, saat melihat fotonya, dia memang benar-benar ayu. Nurun dari maminya yang keturunan ningrat. Masih terhitung keluarga jauh juga. Itu sebabnya aku tak keberatan," sahut Dewa.

"Ckckckckk ... dan setelah bertemu, kau jadi tak mau melepaskannya. Begitu kan?" ledek Bayu kemudian tertawa lagi saat melihat Dewa kembali mengangguk.

"Nah, jadi kapan kalian akan mengadakan pesta pernikahannya? aku akan siap-siap kado untukmu!" goda Bayu jahil. Dewa tertawa mendengarnya. Dia bisa mengerti arti kado yang dimaksud oleh Bayu.

"Itulah yang mengganggu pikiranku saat ini. Kau tau, setelah perjodohan itu, meskipun aku menerima, tapi tetap melakukan penyelidikan sendiri. Dia bukannya tak laku. Tapi ternyata sudah dua kali lari dari acara pernikahannya!" Dewa geleng-geleng kepala tak percaya.

Bayu seketika terdiam. "Sebentar. Aku kok seperti pernah mendengar gossip yang dikatakan istriku tentang seorang gadis yang lari dari pernikahannya dua kali."

"Entah apakah itu gadis yang sama dengan yang bertunangan denganmu atau tidak. Tapi menurutku, kau harus hari-hati. terakhir kali ternyata dia melarikan uang seserahan dari calon suaminya dan kabur ke luar negeri. Keluarganya dituntut secara hukum oleh pria itu."

"Itulah dia. Gayatri namanya." Dewa sekali lagi mengangguk mengiyakan.

Bayu hanya bisa tercengang. "Kau serius? Kau tak takut ditinggalnya kabur lagi di hari pernikahanmu? Nama baikmu akan tercoreng dan jadi tertawaan seisi kota!" Bayu mengingatkan.

Dewa mengangguk sekali lagi. "Aku tahu resikonya. Dan tadi aku baru dari sana, untuk mengantarkan keperluan acara lamaran resmi besok malam."

"Dan kau tahu apa yang dikatakannya padaku?" pancing Dewa.

"Apa?" Bayu balik bertanya.

"Dia tanya padaku bagaimana caranya naik ke plafon, agar bisa melarikan diri dari rumah!"

Kali ini Dewa yang terpingkal-pingkal. Seakan, melihat calon istri ingin kabur adalah hal yang sangat lucu baginya.

Tapi Bayu justru terkesiap. "Berarti dia tak setuju dengan perjodohan kalian! Yang kutahu, calonnya yang kedua itu justru adalah pacarnya sendiri. Itupun dia masih nekad kabur. Apa lagi denganmu yang tak dikenal. Mungkin keluarganya memaksa juga, mengingat dia sudah hampir kadaluarsa!" cela Bayu sadis.

Dewa mendelik padanya. "Hei, jaga bicaramu. Dia calon istriku!" tegur Dewa tegas.

"Kau yakin mau meneruskan rencana pernikahan ini?" tanya Bayu tak percaya. "Bagaimana kalau dia kabur lagi?" tambahnya dengan nada kuatir.

"Dia punya syarat khusus yang harus kupenuhi. Kalau berhasil, baru dia mau menikah denganku!" kata Dewa.

"Dewa, dia tidak menyukaimu. Tidak mencintaimu. Dan jelas-jelas mau kabur dari rumah. Kemudian memberimu syarat untuk menikah. Apa kau tak berpikir itu hanya akal-akalannya saja, agar bisa kabur sebelum hari pernikahan?" Bayu memberikan pendapat pribadinya.

"Aku tak akan menyerah kalah sebelum berusaha!" tekad Dewa.

"Hah? Apa dia sebegitu berharganya?" tanya Bayu tak percaya.

"Ya. Sebegitu berharganya! Amat sangat berharga dan berarti buatku. Jika memang usahaku gagal, maka berarti bukan jodohku," jawab Dewa dengan keyakinan tinggi.

"Kau sangat yakin bisa menaklukkannya!" Bayu akhirnya menyadari sikap Dewa.

"Kalau ingin memilikinya, maka aku harus berusaha semaksimal mungkin." Dewa tersenyum tipis.

"Oh, baiklah ... jika itu keputusanmu. Sebagai sahabat, aku hanya bisa mendukungmu. Kejarlah gadis impianmu sekuat tenaga. Kau tak akan menemukan yang sama lagi, jika melewatkannya." ujar Bayu bersemangat.

"Terima kasih. Aku sangat menghargainya," angguk Dewa.

"Jangan lupa mengirimkan undangannya padaku, jika berhasil." Bayu terkekeh.

Dua pria itu menghabiskan malam mengingat kenangan masa sekolah dan kuliah di negeri Belanda.

*******

Episodes
1 1. H -7
2 2. Sumpah Gayatri
3 3. Dewa
4 4. Kesepakatan
5 5. Tekad Dewa
6 6. Ultimatum Eyang
7 7. H-6
8 8. Jebakan Dewa
9 9. H-5
10 10. H-4
11 11. Kehilangan Dewa
12 12. Memanjat Plafon
13 13. Menuju Pernikahan
14 14. Pernikahan Aya
15 15. Rencana Dewa
16 16. Kejutan di kantor
17 17.
18 18. Mencari Pekerjaan
19 19. Akal Bulus Dewa
20 20. Arjuna
21 21. Pulang
22 22. Menunggu Jemputan Dewa
23 23. Kepanikan
24 24. Dewa Kritis
25 25. Operasi Dewa
26 26. Ujian Kesabaran Aya
27 27. Perkembangan Dewa
28 28. Kepergian Dewa
29 29. Rapat Keluarga
30 30. Rencana Pertunangan
31 31. Nasehat Mami
32 32. Arjuna 2
33 33. Protes Aya
34 34. Bertunangan
35 35. Perang Yang Tertunda
36 36. Ketahuan Aya
37 37. Kehilangan Aya
38 38. Diusir Eyang
39 39. Keputusan Papi
40 40. Langkah Baru Aya
41 Bab. 41. Persaingan Kerja
42 Bab 42. Ulang Tahun Jayadi
43 Bab 43. Pertolongan
44 Bab 44. Hukuman Direktur
45 Bab 45. Penangkapan
46 Bab 46. Peringatan Keras Papi
47 Bab 47. Pernikahan Aya.
48 48. Hari pertama Jadi Istri
49 49. Malam Terkutuk
50 50. Penyesalan Arjuna
51 51. Kekasih Arjuna
52 52. Penculikan Gayatri
53 53. Sandra
54 54. Sandra 2
55 55. Kehamilan Gayatri
56 56. Bulan ke Lima
57 57. Rahasia Dewa
58 58. Keluarga Pak Salam
59 59. Kiriman Dewa
60 60. Dicky dan Amplop Coklat
61 61. Pasien Bunuh Diri
62 62. Ruang Persalinan
63 Pengumuman
64 63. Menemukan Aya
65 64. Mencari Bayi Aya
66 65. Perkelahian Polisi dan Penculik
67 66. Sadarnya Aya
68 67. Pelarian
69 68. Diringkus
70 69. Interogasi
71 70. Rahman
72 71. Kepingan Petunjuk
73 72. Robert Giles
74 73. Sumpah Arjuna
75 74. Titik Terang
76 75. Terbunuhnya Dua Tahanan
77 76. Cemburu Pada Dewa
78 77. Bayi Arjuna!
79 78. Kelompok Kalajengking Hitam
80 79. Dicky Ditangkap
81 80. Kau Akan Mati!
82 81. Berhadapannya Musuh Bebuyutan
83 82. Kekalahan Robert Giles
84 83. Terima Kasih Dewa
Episodes

Updated 84 Episodes

1
1. H -7
2
2. Sumpah Gayatri
3
3. Dewa
4
4. Kesepakatan
5
5. Tekad Dewa
6
6. Ultimatum Eyang
7
7. H-6
8
8. Jebakan Dewa
9
9. H-5
10
10. H-4
11
11. Kehilangan Dewa
12
12. Memanjat Plafon
13
13. Menuju Pernikahan
14
14. Pernikahan Aya
15
15. Rencana Dewa
16
16. Kejutan di kantor
17
17.
18
18. Mencari Pekerjaan
19
19. Akal Bulus Dewa
20
20. Arjuna
21
21. Pulang
22
22. Menunggu Jemputan Dewa
23
23. Kepanikan
24
24. Dewa Kritis
25
25. Operasi Dewa
26
26. Ujian Kesabaran Aya
27
27. Perkembangan Dewa
28
28. Kepergian Dewa
29
29. Rapat Keluarga
30
30. Rencana Pertunangan
31
31. Nasehat Mami
32
32. Arjuna 2
33
33. Protes Aya
34
34. Bertunangan
35
35. Perang Yang Tertunda
36
36. Ketahuan Aya
37
37. Kehilangan Aya
38
38. Diusir Eyang
39
39. Keputusan Papi
40
40. Langkah Baru Aya
41
Bab. 41. Persaingan Kerja
42
Bab 42. Ulang Tahun Jayadi
43
Bab 43. Pertolongan
44
Bab 44. Hukuman Direktur
45
Bab 45. Penangkapan
46
Bab 46. Peringatan Keras Papi
47
Bab 47. Pernikahan Aya.
48
48. Hari pertama Jadi Istri
49
49. Malam Terkutuk
50
50. Penyesalan Arjuna
51
51. Kekasih Arjuna
52
52. Penculikan Gayatri
53
53. Sandra
54
54. Sandra 2
55
55. Kehamilan Gayatri
56
56. Bulan ke Lima
57
57. Rahasia Dewa
58
58. Keluarga Pak Salam
59
59. Kiriman Dewa
60
60. Dicky dan Amplop Coklat
61
61. Pasien Bunuh Diri
62
62. Ruang Persalinan
63
Pengumuman
64
63. Menemukan Aya
65
64. Mencari Bayi Aya
66
65. Perkelahian Polisi dan Penculik
67
66. Sadarnya Aya
68
67. Pelarian
69
68. Diringkus
70
69. Interogasi
71
70. Rahman
72
71. Kepingan Petunjuk
73
72. Robert Giles
74
73. Sumpah Arjuna
75
74. Titik Terang
76
75. Terbunuhnya Dua Tahanan
77
76. Cemburu Pada Dewa
78
77. Bayi Arjuna!
79
78. Kelompok Kalajengking Hitam
80
79. Dicky Ditangkap
81
80. Kau Akan Mati!
82
81. Berhadapannya Musuh Bebuyutan
83
82. Kekalahan Robert Giles
84
83. Terima Kasih Dewa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!