4. Kesepakatan

Pintu kamar kembali terbuka. Aya menoleh ke sana. Tapi sebelum dia bicara, suara berat papi bertanya. "Ada apa sih teriak-teriak terus. Semua orang di rumah bisa budeg gara-gara kamu!"

Aya diam. Sebandel apapun, Aya tak berani membantah kata-kata papi. Dia tak sedekat itu dengan papi. Ada rasa sungkan dan penyesalan dalam di hatinya. Menyadari banyak kesalahan yang merugikan papi dan membuat pria tua itu sakit berkali-kali.

"Katakan ada apa!" ulang papi lagi.

"Aya gak mau lihat dia di sini!" jawab Gayatri sambil menunduk. Tapi suaranya tetap terdengar tegas.

"Dia meneleponmu sejak tadi, tapi tidak diangkat. Makanya dia ke sini. Katanya kau mau meminta syarat tambahan," jelas papi.

"Ponsel Aya lowbet, jadi mati." Aya menemukan alasan dengan cepat.

"Kalau begitu, bicarakan persyaratanmu baik-baik. Jangan seperti orang tak beradab yang terus berteriak."

Papi berjalan ke pintu. Tapi sebelum menutup pintu, berbalik lagi. "Sekali lagi teriak, Papi kunci kamu di gudang!" ancam papi.

Aya hanya bisa diam dan menggigit bibirnya. Papi tahu dia takut tikus dan ruangan sempit serta gelap, makanya mengancam dikurung di gudang.

Setelah pintu ditutup, Aya duduk diam di tepi tempat tidur. Dia lupa tentang Dewa yang masih berdiri di dekat pintu. Yang ada di kepalanya saat ini adalah bayangan gudang gelap serta tikus-tikus berkeliaran.

Bahunya mengedik ngeri tanpa disadari. Air matanya jatuh begitu saja. Kakinya naik dan dipeluk dengan kepala menunduk.

Dewa bisa melihat bahwa ancaman calon mertuanya memberi dampak besar pada gadis itu. Gadis yang semula garang, jadi seperti anak kecil yang ketakutan. Dewa mendekati tempat tidur dan duduk di samping tempat tidur.

"Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkanmu dikurung di gudang," bujuk Dewa lembut.

Tapi Gayatri tak menggubris. Dia tenggelam dalam bayangan dirinya sendiri. Dewa bisa lihat tubuh itu bergetar. Hatinya luluh.

"Apa yang sebenarnya terjadi padanya? kata gudang saja bisa membuatnya sangat ketakutan hingga gemetar?"

Dewa menarik selimut yang ditumpuk ditengah kasur dan menyelimuti Aya. Dipeluknya gadis itu lembut.

"Aya, dengarkan kata-kataku. Mulai sekarang, aku akan jadi pendukungmu. Apapun syaratmu, akan kupenuhi. Tak akan kubiarkan siapapun mengancammu. Tidak juga Om Sangaji."

Kata-kata Dewa meluncur begitu saja. Dia sendiri terkejut dengan reaksinya setelah melihat ketakutan Aya yang nyata. Hatinya merasa sakit melihat gadis garang itu tiba-tiba seperti kucing disiram air.

Tangis Gayatri pecah. Tubuhnya yang semula hanya gemetar, kini terguncang hebat. Dewa memeluk punggungnya makin erat. "Gadis ini pasti memendam sesuatu begitu lama dan tak ada yang mengerti," pikir Dewa trenyuh. Dibiarkannya Aya menangis hingga puas beberapa waktu.

"Maaf ...." Aya menegakkan tubuh. Menyingkirkan lengan Dewa di punggungnya dan berjalan ke kamar mandi.

Dewa hanya melihatnya sekilas. Kemudian mengetik pesan di ponselnya. "Cari tahu tentang calon suaminya yang dulu!" Wajahnya sekaku dinding monumen.

Aya keluar dari kamar mandi dengan wajah sedikit basah. Nyata sangat kelelahan secara emosional. Mata kuyunya yang teramat bengkak, akan sulit diakali oleh MUA profesional sekalipun. Gadis itu duduk di kursi, menjauh dari Dewa.

"Katakan padaku apa syaratmu." Dewa mengulangi perkataannya.

"Bantu aku menghancurkan Reynald dan keluarganya, seperti dia menghancurkan dan memfitnah aku dan keluargaku!" Aya berkata dengan tegas dan jelas. Dia telah menemukan kembali ketenangannya.

"Siapa itu Reynald?" tanya Dewa.

"Pria yang ingin menikahiku tahun lalu!" jawab Gayatri tanpa ragu.

"Ada hal yang tak kumengerti di sini. Yang kudengar, dia adalah calonmu sendiri. Tak ada yang menjodohkan kalian. Lalu kenapa kau lari dua hari sebelum menikah?" tanya Dewa.

"Karena hari itu semua terbongkar!" Aya menceritakan apa yang terjadi pada Dewa.

Setelah sekian waktu, Dewa akhirnya mengerti sebab musabab gagalnya pernikahan itu. "Kenapa kau tidak katakan saja pada keluargamu, alih-alih melarikan diri dan jadi tertuduh?" tanya Dewa heran.

"Karena dia mengancam akan memperkarakanku, jika pernikahan itu batal," jawab Aya.

"Kau pasti berpikir pendek saat itu. Aku mengerti kenapa kau jadi tak bisa berpikir jernih." ujar Dewa.

"Baiklah. Mari kita balaskan keluarga penipu itu. Tapi tentu saja itu bukan hal mudah. Aku butuh banyak waktu untuk melakukan tugasku. Sementara hari pernikahan kita tinggal seminggu kurang." Dewa mencoba menawar persyaratan Gayatri.

Tapi gadis itu menggeleng. "Tidak!" jawabnya teguh. "Waktumu ya hanya enam hari ini! Kalau tak bisa, maka jangan salahkan aku menolak menikah denganmu!"

"Kau orang yang keras dan kaku. Apa kau tak menyesal jika tak jadi menikah denganku?" tanya pria itu iseng.

"Kau bukan siapa-siapa. Hanya pria bodoh yang tak kukenal!" jawab Gayatri dingin.

Dewa merasakan sakit di ujung hatinya mendapatkan julukan pria bodoh. Tapi kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman. "Gadis yang sangat menarik," batinnya.

"Bagaimana jika aku juga kalah seperti Bandung Bondowoso? Apa kau tak takut kukutuk jadi arca?" goda Dewa.

"Apa kau punay kemampuan sakti seperti dia?" Gayatri balik bertanya dan menoleh pada Dewa.

Dewa menggeleng dengan senyuman di wajahnya.

"Kalau begitu, jangan mengangkat dirimu terlalu tinggi!" ujar Gayatri pedas. "Kalau kau sehebat itu, maka waktu untuk syaratmu bukan seminggu, tapi hanya satu malam!"

Dewa meringis mendengar ucapan Gayatri. "Dia sangat cerdas! Tapi kenapa tidak bekerja dan hanya berdiam saja di rumah? Menarik diriatau karena terlalu sering dihina dan dicemooh orang di luar?" batin Dewa. Gayatri, calon istrinya ini masih jadi misteri baginya.

"Kau benar-benar tidak bisa menegosiasikan jangka waktu persyaratanmu? Bukankah pembalasan dendam masih bisa dilakukan setelah kita menikah?" tawar Dewa lagi.

"Kalau tak mampu, maka menyingkirlah! Tarik lamaranmu! Dan bawa kembali apapun yang kau kirim ke sini!" balas Gayatri kasar.

Dewa menghempaskan napasnya kuat-kuat. "Kau sedang mengujiku, bukan? Ingin melihat apakah aku mundur atau tidak dengan tantangan yang tak masuk akal ini? Biar kukatakan padamu. Sekali aku sudah memutuskan, maka tak ada yang bisa menghentikanku. Itulah janji seorang Dewa!"

Pria itu berdiri dari tempat tidur dan melangkah ke pintu. Dia tidak menoleh ke belakang lagi. Langsung keluar dan pintu kamar itu kembali dikunci.

Tubuh Gayatri yang tadi duduk tegak dengan kaku, sekarang melengkung. Pertahanannya sudah mencapai batas. Dia tak terlalu suka bersikap kasar, tapi hanya itu cara menjauhkan para pria yang ingin coba-coba.

*

*****

Setelah keluar dari kamar Aya, Dewa langsung menuju ruang tamu. Di sana masih ada kedua orang tua Gayatri. "Om, saya pamit dulu," kata Dewa.

"Bagaimana pembicaraan kalian? Apakah syaratnya memberatkan?" tanya mami cemas.

"Akan kucoba memenuhinya." Dewa mengangguk pamit. papanya Gayatri mengantar calon menantunya itu hingga ke depan pintu.

Di ruang tamu, mami kembali menangis. "Apakah pernikahan ini akan gagal lagi?" isaknya sedih. Dia pesimis rencana ini akan berjalan lancar, melihat kuatnya penolakan Aya.

"Kenapa tidak dibatalkan saja sih, Pi? Nanti kita kembali menanggung malu gara-gara Mbak Aya!" sungut Radit.

"Lah, Dewanya mau kok. Kau lihat sendiri tekad di wajahnya itu. Dia sama kerasnya dengan Mbakmu. Apapun syarat Aya, dia pasti tertantang untuk mencoba dulu, baru menyerah. Dia bukan orang yang terbiasa kalah!" beber papi.

"Tapi, kalau nanti ternyata gagal, trus pernikahan juga gagal karena Mbak Aya menolak. Apa kita tak akan dibuat malu lagi?" protes Radit masih tak senang,

"Itulah sebabnya papi dan mami merencanakan pernikahan sederhana saja. Jika acara itu sukses, baru kita adakan resepsinya," jelas papi lagi.

"Yah ... terserah papi dan mami lah. Radit cuma kasih pertimbangan doang."

Papi mengangguk-angguk dan terus menepuk-nepuk tangan mami, untuk membujuknya agar berhenti menangis.

*********

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus semangat

2023-07-28

1

Rosnila Sari

Rosnila Sari

kalo calon suaminya se keren dewa gitu, masak sih aya mo kabur juga😇🤭ntar nyesel loh aya

2022-12-08

1

Ana Wiwid

Ana Wiwid

dewa sanggup kah dengan syarat nya aya.....

2022-12-04

1

lihat semua
Episodes
1 1. H -7
2 2. Sumpah Gayatri
3 3. Dewa
4 4. Kesepakatan
5 5. Tekad Dewa
6 6. Ultimatum Eyang
7 7. H-6
8 8. Jebakan Dewa
9 9. H-5
10 10. H-4
11 11. Kehilangan Dewa
12 12. Memanjat Plafon
13 13. Menuju Pernikahan
14 14. Pernikahan Aya
15 15. Rencana Dewa
16 16. Kejutan di kantor
17 17.
18 18. Mencari Pekerjaan
19 19. Akal Bulus Dewa
20 20. Arjuna
21 21. Pulang
22 22. Menunggu Jemputan Dewa
23 23. Kepanikan
24 24. Dewa Kritis
25 25. Operasi Dewa
26 26. Ujian Kesabaran Aya
27 27. Perkembangan Dewa
28 28. Kepergian Dewa
29 29. Rapat Keluarga
30 30. Rencana Pertunangan
31 31. Nasehat Mami
32 32. Arjuna 2
33 33. Protes Aya
34 34. Bertunangan
35 35. Perang Yang Tertunda
36 36. Ketahuan Aya
37 37. Kehilangan Aya
38 38. Diusir Eyang
39 39. Keputusan Papi
40 40. Langkah Baru Aya
41 Bab. 41. Persaingan Kerja
42 Bab 42. Ulang Tahun Jayadi
43 Bab 43. Pertolongan
44 Bab 44. Hukuman Direktur
45 Bab 45. Penangkapan
46 Bab 46. Peringatan Keras Papi
47 Bab 47. Pernikahan Aya.
48 48. Hari pertama Jadi Istri
49 49. Malam Terkutuk
50 50. Penyesalan Arjuna
51 51. Kekasih Arjuna
52 52. Penculikan Gayatri
53 53. Sandra
54 54. Sandra 2
55 55. Kehamilan Gayatri
56 56. Bulan ke Lima
57 57. Rahasia Dewa
58 58. Keluarga Pak Salam
59 59. Kiriman Dewa
60 60. Dicky dan Amplop Coklat
61 61. Pasien Bunuh Diri
62 62. Ruang Persalinan
63 Pengumuman
64 63. Menemukan Aya
65 64. Mencari Bayi Aya
66 65. Perkelahian Polisi dan Penculik
67 66. Sadarnya Aya
68 67. Pelarian
69 68. Diringkus
70 69. Interogasi
71 70. Rahman
72 71. Kepingan Petunjuk
73 72. Robert Giles
74 73. Sumpah Arjuna
75 74. Titik Terang
76 75. Terbunuhnya Dua Tahanan
77 76. Cemburu Pada Dewa
78 77. Bayi Arjuna!
79 78. Kelompok Kalajengking Hitam
80 79. Dicky Ditangkap
81 80. Kau Akan Mati!
82 81. Berhadapannya Musuh Bebuyutan
83 82. Kekalahan Robert Giles
84 83. Terima Kasih Dewa
Episodes

Updated 84 Episodes

1
1. H -7
2
2. Sumpah Gayatri
3
3. Dewa
4
4. Kesepakatan
5
5. Tekad Dewa
6
6. Ultimatum Eyang
7
7. H-6
8
8. Jebakan Dewa
9
9. H-5
10
10. H-4
11
11. Kehilangan Dewa
12
12. Memanjat Plafon
13
13. Menuju Pernikahan
14
14. Pernikahan Aya
15
15. Rencana Dewa
16
16. Kejutan di kantor
17
17.
18
18. Mencari Pekerjaan
19
19. Akal Bulus Dewa
20
20. Arjuna
21
21. Pulang
22
22. Menunggu Jemputan Dewa
23
23. Kepanikan
24
24. Dewa Kritis
25
25. Operasi Dewa
26
26. Ujian Kesabaran Aya
27
27. Perkembangan Dewa
28
28. Kepergian Dewa
29
29. Rapat Keluarga
30
30. Rencana Pertunangan
31
31. Nasehat Mami
32
32. Arjuna 2
33
33. Protes Aya
34
34. Bertunangan
35
35. Perang Yang Tertunda
36
36. Ketahuan Aya
37
37. Kehilangan Aya
38
38. Diusir Eyang
39
39. Keputusan Papi
40
40. Langkah Baru Aya
41
Bab. 41. Persaingan Kerja
42
Bab 42. Ulang Tahun Jayadi
43
Bab 43. Pertolongan
44
Bab 44. Hukuman Direktur
45
Bab 45. Penangkapan
46
Bab 46. Peringatan Keras Papi
47
Bab 47. Pernikahan Aya.
48
48. Hari pertama Jadi Istri
49
49. Malam Terkutuk
50
50. Penyesalan Arjuna
51
51. Kekasih Arjuna
52
52. Penculikan Gayatri
53
53. Sandra
54
54. Sandra 2
55
55. Kehamilan Gayatri
56
56. Bulan ke Lima
57
57. Rahasia Dewa
58
58. Keluarga Pak Salam
59
59. Kiriman Dewa
60
60. Dicky dan Amplop Coklat
61
61. Pasien Bunuh Diri
62
62. Ruang Persalinan
63
Pengumuman
64
63. Menemukan Aya
65
64. Mencari Bayi Aya
66
65. Perkelahian Polisi dan Penculik
67
66. Sadarnya Aya
68
67. Pelarian
69
68. Diringkus
70
69. Interogasi
71
70. Rahman
72
71. Kepingan Petunjuk
73
72. Robert Giles
74
73. Sumpah Arjuna
75
74. Titik Terang
76
75. Terbunuhnya Dua Tahanan
77
76. Cemburu Pada Dewa
78
77. Bayi Arjuna!
79
78. Kelompok Kalajengking Hitam
80
79. Dicky Ditangkap
81
80. Kau Akan Mati!
82
81. Berhadapannya Musuh Bebuyutan
83
82. Kekalahan Robert Giles
84
83. Terima Kasih Dewa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!