Pemuas Hasrat Istriku
Gavin melihat jam yang melingkar di tangan kanannya. Dia sangat cemas karena istrinya belum juga pulang ke rumah.
"Ke mana kamu Tiara? Ini sudah hampir jam dua belas malam. Apa kamu baik-baik saja?" ucap Gavin sambil berjalan mondar-mandir di ruang tamu.
"Papa… Mama masih belum pulang?" tanya Safira sambil berjalan dari dalam kamarnya dengan mengusap-usap matanya.
Gavin menoleh ke arah sumber suara dan dia menemukan putrinya yang dalam keadaan mengantuk berjalan ke arahnya.
"Sayang kok bangun?" tanya Gavin sambil berjalan mendekati Safira dan merentangkan tangannya bersiap untuk memeluk putrinya.
Safira pun masuk ke dalam pelukan papanya dan meletakkan kepalanya di dada papanya. Kemudian dia berkata,
"Pengen tidur sama Mama," jawab Safira sambil memejamkan matanya dan bersandar pada dada papanya.
Gavin pun menggendong gadis mungil itu dan menidurkannya di sofa dengan berbantalkan pada pahanya.
Diusapnya perlahan rambut putrinya itu sambil menatap wajahnya.
Kasihan kamu Nak, jarang sekali kamu bisa bersama Mamamu. Tapi tidak ada jalan lain karena itu pekerjaan Mamamu. Papa hanya berdoa agar semuanya baik-baik saja, Gavin berdoa dalam hatinya.
Setelah beberapa saat, terdengar suara deru mobil dari luar rumah. Gavin hendak meletakkan kepala Safira dengan menggantikan pahanya yang sebagai bantal tadi dengan bantal sofa, tapi Safira membuka matanya seolah tahu jika papanya hendak memindahkannya.
Ceklek!
Pintu rumah pun terbuka. Masuklah seorang wanita cantik dengan memakai pakaian elegan dan sepatu hak tingginya berjalan dengan sangat elegan ke arah Gavin dan Safira.
Kemudian dia meletakkan kantong plastik di meja ruang tamu yang ada di hadapan Gavin dan Safira.
"Kok kalian belum tidur?" tanya Tiara sambil duduk di sebelah Safira.
"Mama kok pulangnya malam terus? Safira pengen tidur sama Mama," ucap Safira sambil beralih memeluk mamanya.
"Kan Mama kerja Sayang. Kerjaan Mama banyak banget, jadi Mama harus kerja keras supaya bisa mendapatkan uang yang banyak," jawab Tiara sambil mengurai sedikit pelukannya dan tersenyum manis pada Safira.
Gavin menatap istrinya dengan perasaan yang tidak bisa diutarakannya. Dia ingin memprotes jam kerja istrinya. Tapi dia tidak bisa karena alasan pekerjaan yang selalu saja menjadi alasan utamanya.
"Itu apa Ma?" tanya Gavin sambil menunjuk kantong plastik yang diletakkan oleh Tiara tadi di atas meja tersebut.
"Makanan Pa. Tadi ada event dan aku ingat kalau kalian pasti belum makan, jadi aku bawakan saja makanan dari acara itu," jawab Tiara sambil tersenyum manis pada Gavin.
Gavin menghela nafasnya mendengar jawaban dari istrinya. Ingin sekali dia mengatakan jika bukan makanan dari restoran ternama yang mereka butuhkan. Dia dan anaknya membutuhkan kehadiran seorang istri dan mama yang ada di rumah bersama mereka.
Tapi itu semua tidak bisa dikatakan oleh Gavin. Dia melihat wajah lelah istrinya di balik wajah cantiknya itu.
"Kamu gak malu Ma membawa pulang makanan-makanan itu?" tanya Gavin pada istrinya dengan menatap intens manik matanya.
Tiara yang sedang mengusap rambut Safira kini melihat ke arah Gavin dan berkata,
"Mengapa harus malu? Aku gak nyuri kok. Makanannya masih sisa banyak sekali. Dan aku bagi dengan temanku."
Gavin pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Kemudian dia berkata,
"Ya sudah, ayo kita tidur. Sepertinya Safira sudah sangat mengantuk sekali."
"Biar Safira sama aku Mas. Lebih baik Mas Gavin makan saja dulu. Mubazir kan kalau gak dimakan," ucap Tiara sambil membantu Safira berdiri dari duduknya.
"Mana muat perutku Ma makan segitu banyaknya? Kita makan bersama saja ya besok pagi, buat sarapan kita besok," ucap Gavin sambil berdiri mengambil kantong plastik yang berisi makanan tadi.
Tiara memandang Gavin sambil menghela nafasnya. Kemudian dia berkata,
"Mas Gavin kan tau kalau aku gak pernah sarapan di rumah. Aku selalu makan siang di kantor Mas. Lebih baik Mas saja yang makan itu semua. Terserah Mas mau makan sekarang atau besok."
Kemudian Tiara menuntun Safira masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Gavin yang masih mematung sambil membawa kantong plastik yang berisi makanan tadi dan melihat nanar ke arah punggung istrinya.
Setelah istri dan anaknya masuk ke dalam kamar Safira, Gavin membawa kantong plastik tersebut ke dapur dan meletakkannya di dalam lemari es.
"Ma, Ma… ayo pindah ke kamar," ucap Gavin lirih di sebelah telinga Tiara sambil mengusap-usap lengannya untuk membangunkannya.
Mata Tiara terbuka dan dia mendapati wajah suaminya yang ada di depan wajahnya. Kemudian dia berkata,
"Aku sudah ngantuk Mas. Aku tidur di sini aja ya sama Safira."
Setelah mengatakan itu, mata Tiara kembali tertutup tanpa mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh suaminya.
Gavin kembali menghela nafasnya. Rasanya dia kembali menjadi bujang karena sering tidur seorang diri tanpa istrinya.
"Ma, aku kangen," bisik Gavin di telinga Tiara.
"Aku capek sekali Mas. Lain kali saja," ucap Tiara lirih sambil memejamkan matanya.
Sungguh Gavin ingin sekali mengumpat, tapi dia hanya bisa mengumpatnya dalam hati saja. Dia hendak merayu dan memprotes istrinya, hanya saja menurutnya bukan saat yang tepat baginya untuk mengatakan itu semua.
Akhirnya Gavin masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan kesal. Sudah berjam-jam dia menunggu kedatangan istrinya dan sudah berhari-hari mereka tidak melakukan hubungan suami istri.
Sebagai pria yang normal Gavin tidak betah untuk menahannya. Hingga dia menertawakan dirinya sendiri sambil berkata,
"Gavin… Gavin… kasihan sekali kamu. Punya istri cantik tapi tidak bisa merasakan berhubungan dengannya. Sampai kapan kamu akan seperti ini?"
Tidak ada yang bisa menjawabnya selain waktu. Dirinya tidak bisa menjawab pertanyaannya sendiri. Entahlah dengan istrinya, apa Tiara bisa menjawab pertanyaan suaminya itu, hanya waktulah yang bisa menjawabnya.
Gavin tahu jika istrinya sudah berubah sejak karirnya semakin melejit. Dan itu pun tidak lepas dari campur tangan Gavin.
Dia juga ikut serta menjadikan istrinya seperti sekarang ini. Dukungan tenaga, materi dan doa selalu diberikan pada istrinya hingga istrinya menjadi sesukses sekarang ini.
Mungkin untuk ukuran orang lain Tiara belum sukses, tapi bagi Gavin dan Tiara, suatu proses yang cepat bagi Tiara untuk mendapatkan itu semua. Dan mereka berdua bersyukur atas itu semua.
Sayangnya kehidupan mereka berubah sejak saat itu. Tiara sering sekali pulang larut malam, bahkan dia sering sekali pergi ke luar kota selama beberapa hari dengan alasan pekerjaannya.
"Aku banyak uang, tapi kenapa aku tidak bahagia?" tanya Gavin pada dirinya sendiri sambil meratapi nasibnya.
"Apa ada yang salah denganku atau keluargaku? Tapi kami baik-baik saja. Hanya saja perasaanku tidak tenang seolah aku harus selalu waspada," ucap Gavin sambil memandangi atap kamarnya.
"Ah sudahlah, lebih baik aku tidur saja," ucapnya kemudian.
Setelah itu dia memejamkan matanya. Selama beberapa menit matanya masih saja tidak bisa terpejam.
Perasaannya gelisah sehingga dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia berkali-kali menghadap ke lain arah dan tetap saja tidak bisa tidur dengan nyenyak. Bahkan matanya pun enggan terpejam saat ini.
Dengan segera Gavin beranjak dari tidurnya dan berjalan keluar kamarnya menuju kamar anaknya.
Dibukanya pintu kamar Safira dengan pelan dan hati-hati, kemudian dia mendekati istrinya berniat untuk menciumnya.
Namun, pada saat bibirnya akan mendarat di pipi istrinya, layar ponsel Tiara menyala. Dengan rasa penasaran, Gavin hendak mengambil ponsel tersebut.
Ketika tangannya hendak menyentuh ponsel Tiara, terdengarlah suara Tiara yang menghentikan gerakan tangannya.
"Mas Gavin mau apa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Erni Cahaya Nst
tdk bersyukur taruhan nya besar jgn menyesal lanjut thor and smangaaat👍👍👍👍👍👍
2022-12-22
2
Aulia Finza
baru ini ada yg selingkuh istrinya...biasanya suami yg selingkuh....
2022-12-01
1